Pada kajian yang diadakan oleh Mualaf Center Jambi kali ini membahas mengenai Raja pertama bani Israil setelah sekian lama dengan sistem kenabian. Bani Israil telah mendapatkan malapetaka dari Allah atas sifatnya munafik dan yang selalu berbuat maksiat. Mereka tidak pernah mentaati perintah Allah yang disampaikan oleh para nabi-nabinya. Hingga pada akhirnya mereka hidup dalam kehinaan dan terputusnya kenabian diantara Bani Israil.
Setelah sekian banyak nabi yang diutus kepada Bani Israil, tapi akhirnya tidak ada lagi nabi yang diutus untuk bani Israil. Hingga suatu ketika mereka menyadari kesalahannya dan ingin agar hidupnya dapat kembali pada kemenangan, mereka pun berdoa dan memohon kepada Allah untuk diutus seorang nabi bagi mereka.
Perlu kita ketahui tentang tradisi bani Israil sejak zaman Nabi Yakub dan 12 orang keturunannya. Ada putra putra Nabi Yakub yang bernama Yahuda, seluruh keturunan Yahuda itu akan menjadi Raja bagi bani Israil sebagaimana takdir Allah. Disisi lain juga ada putra nabi Yakub yang bernama Lewi yang seluruh keturunannya akan menjadi Nabi.
Kemudian dari keturunan Lewi tidak ada lagi keturunan melainkan seorang wanita sholehah yang suaminya gugur dalam perang. Kemudian Allah takdirkan wanita itu untuk mengandung dan wanita itu terus berdoa kepada Allah ketika suaminya masih hidup agar diberikan seorang putra yang nantinya bisa menjadi seorang nabi.
Ketika bani Israel mengetahui bahwa wanita itu adalah keturunan Lewi dan sedang mengandung maka dijaganya wanita ini sampai melahirkan. Kekhusyukannya dalam berdoa kepada Allah agar memiliki putra dan ingin menjadi seorang nabi. Tiba-tiba Allah kabulkan doanya dan lahirlah seorang nabi yang disebut dengan Samuel. Dalam bahasa Ibrani, Samuel artinya seorang anak dari hasil doa yang diijabah oleh Allah. Dialah seorang nabi yang dimunculkan setelah sekian lama tidak ada kenabian.
Tumbuh besarlah Samuel dan Allah takdirkan dia menjadi seorang nabi, maka mulailah bani Israil mendatangi nabi Samuel. Mereka meminta kepada Samuel untuk memilihkan seorang Raja kepada mereka. Dari sinilah kisah dimulai sebagaimana firman Allah berikut ini:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖ قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim”.
(QS. Al-Baqarah: 246)
Raja pertama Bani Israil
Ketika itu ada seorang pemuda fakir miskin bernama Thalut yang bekerja untuk mengairi ladang orang. Ada yang mengatakan pekerjaannya adalah menyamak kulit lalu dijual kulitnya, namun ada juga yang mengatakan bahwa pekerjaannya adalah penggembala kambing orang lain, intinya kehidupannya sangat fakir dan miskin. Akan tetapi Thalut diberi kelebihan oleh Allah dengan memiliki kekuatan fisik yang luar biasa karena disebutkan sibat-sifat Thalut adalah: seorang laki-laki yang tinggi, besar, kekar, cerdas, dan berilmu.
suatu ketika, Thalut dan kawannya sedang menggembala kambing dan ternyata saat dihitung ia kehilangan kambing milik tuannya. Karena dia takut dengan tuannya sebagaimana amanah yang diberikan maka dia terus mencari sampai ke perbatasan kota. Sebagaimana kata kawannya: “kita sudah terlampaui jauh meninggalkan tempat penggembalaan kambing dan kita sudah mendekati kota ini”.
Ternyata kawannya ini kenal dengan nabi samuel dan mengatakan: sungguh kita sudah dekat dengan kota dan dekat dengan rumah seorang nabi bani Israil yaitu samuel. Bagaimana seandainya jika kita mampir kerumahnya dan meminta nasehatnya sebelum kita pulang. Thalut pun datang ke rumah bani Israil, nabi Samuel pun melihat Thalut agak berbeda. Setelah kemudian memberikan nasehat dan terjadi dialog antara Thalut dan Samuel.
Samuel melihat adanya sisi yang positif dari Thalut berupa sisi kebaikan dan kecerdasannya, kemudian Samuel pun berkata: “kenapa kau sampai ditempat ini?“. Thalut pun menceritakan kisahnya yang telah kehilangan kambing. Samuel pun mengatakan: “sesungguhnya kambing itu akan kembali ke tempat engkau menggebala dan kambing itu akan menuju kesana. Tetapi akan terjadi sesuatu hal yang sangat besar yang terjadi kepadamu yakni engkau akan memimpin bani Israel”.
Thalut pun kaget mendengar perkataan dari nabi itu tapi dia berlalu pergi tanpa menanggapinya. Sebagaimana firman Allah berikut ini: “dan berkatalah kepada mereka seorang nabi (Samuel): sesungguhnya Allah telah mengangkat untuk kalian Thalut sebagai raja kalian”.
Hal itu nyatanya membuat bani Israel kaget karena nasab dari Thalut bukan berasal dari Nasab para Raja, sebagaimana yang diyakini oleh mereka bahwa raja harus berasal dari keturunan Yehuda dan nabi dari keturunan Lewi. Sedangkan Thalut berasal dari keturunan Benyamin yang merupakan saudara seibu dari nabi Yusuf. Sehingga mereka mengatakan sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 247)
Dari ayat itu kita bisa mengetahui bahwa kebiasaan bani Israil sejak zaman nabi Musa hingga Samuel memang suka mendebat para nabi-nabinya. Oleh karena itu Rasulullah bersabda: Jangan sekali-kali kalian seperti bani Israil yang mengatakan: “kami mendengar kemudian kami bermaksiat”. Tapi sebaiknya katakanlah: “kami mendengar kemudian kami taat“.
Sebagaimana juga firman Allah berikut ini:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَىٰ وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman”.
(QS. Al-Baqarah: 248)
Dalam ayat tersebut mengatakan bahwa tanda bahwa Thalut akan menjadi raja adalah dengan memiliki Tabut. Tabut yang dimaksud itu semacam kotak, sebagaimana dulu di zaman nabi Musa dijadikan sebagai tempat penyimpanan papan Taurat. Nabi Musa pun selalu membawa Tabut yang berisi papan taurat dalam setiap peperangan. Tabut adalah suatu bendah yang diberkahi oleh Allah.
Sebelum diutusnya nabi Samuel dan ketika itu bani Israil masih dihinakan. Dari berbagai sumber ada yang mengatakan bahwa Tabut dicuri oleh raja Jalut dan pasukannya. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Tabut hilang ketika bani Israel berada di padang Tih setelah kematian nabi Musa dan Harun.
Saat nabi Samuel menunjuk Thalut sebagai raja maka malaikat menurunkan Kotak itu dihadapan Thalut yang disaksikan oleh Bani Israil. Hal tersebut menunjukan tandah bahwa dia adalah seorang Raja pilihan Allah berdasarkan keterangan dari nabi Samuel. Bani Israil pada akhirnya percaya bahwa bahwa Thalut adalah seorang raja bagi mereka.
Isi dalam Tabutnya disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Tabut membawah sakinah. Dari beberapa sumber mengatakan bahwa sakina dalam hal ini adalah sebuah angin yang menghembuskan badan pasukan Bani Israil dan kemudian membawah ketenangan, menumbuhkan keberanian, tidak memiliki rasa takut, dan memiliki optimis kemenangan yang tinggi.
Kemudian ada yang mengatakan bahwa sakinah adalah ruh dari Allah atau malaikat utusan Allah yang mengajak mereka bicara dan menjajikan kemenangan kepada mereka sehingga mereka tenang. Ada pula yang mengatakan bahwa ketenangan dalam hal ini adalah rahmat dan ketenangan yang Allah anugerahkan kepada mereka.
Jika pada zaman Nabi Musa, Tabut adalah berisi papan Taurat, tapi isi Tabut yang dibawah oleh Thalut itu bukan hanya papan taurat saja tetapi juga tongkat nabi Musa meski tongkat tidak berfungsi lagi, bekas pakaian dan barang peninggalan Nabi Musa dan Harun lainnya. Oleh karena itu, kotak Tabut itu disucikan oleh mereka dan dianggap suatu berkah.
Perlu kita ketahui bahwa dengan adanya Thalut maka mereka pun kemudian berani melawan Jalut. ketika itu ada yang mengatakan bahwa jumlah pasukan yang dibawah oleh Raja Thalut adalah sejumlah 80.000 pasukan Bani Israil. Tentu Allah pun menguji mereka, dari 80.000 pasukan itu tentu ada sebagian yang tidak ikut berperang. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ ۚ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Baqarah: 249)
(Bersambung….)
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (umat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-nya dengan cara belajar agama Islam. Bersama Mualaf Center Jambi dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Kami siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
Mualaf Center Nasional Aya Sofya senantiasa menyambut dengan hangat saudara kita yang telah mendapatkan hidayah ingin memeluk agama Islam dengan adanya pembinaan dari mulai pengenalan dasar ke-Islaman hingga mempelajari ilmu keagamaan mulai dari tingkat dasar sampai lanjutan.
Lembaga ini juga difokuskan dalam pemberdayaan ummat kepada para mualaf di seluruh Indonesia dengan menjadi media perantara yang menyalurkan dan menjembatani para Muhsinin (orang-orang baik) untuk saling berbagi sebagian rizkinya kepada saudara kita para mualaf dhuafa di pelosok-pelosok nusantara.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Rekomendasi artikel:
- Kisah Mualaf Chinese yang Sebelumnya Memiliki Banyak Agama tapi Akhirnya Menemukan Kebenaran Tuhan dalam Agama Islam
- Seperti Kisah Orang Beriman di Zaman Para Nabi, Inilah Kisah Mualaf Yang Hampir Dibunuh dan Rumahnya Dibakar Karena Masuk Islam
- Lelang Mobil Bmw untuk Pembangunan Masjid Terpadu Aya Sofya Kota Malang
- Ingin Mengajak Keluarga Masuk Islam, Inilah Kisah Perjuangan Mualaf dalam Mempelajari Agama
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361