Mualaf Center Nasional Aya Sofya Papua membuka kesempatan untuk umat Islam atau masyarakat yang ingin memeluk Islam. Belajar bersama mendalami agama Islam untuk menjemput hidayah yang telah disebarkan oleh Allah. Kita tahu bahwa hidayah adalah hak preoregatif Allah dan tidak ada seorang manusia yang bisa memberikan hidayah.
Mungkin kita hanya bisa menjelaskan kebenaran tapi hidayah jelas hanya datang dari Allah. Disaat kita beriman kepada Allah maka sudah jelas bahwa kita telah mendapatkan hidayah dari Allah. Kita tahu bahwa hidayah adalah kuasa Allah yang menjadi takdir, sehingga kita tetap perlu mencari hidayah sama halnya seperti takdir lainnya.
Termasuk dalam perkara takdir, hidayah juga merupaka suatu perkara yang tidak diketahui oleh setiap manusia. Kita tidak akan mengetahui apakah mendapat hidayah Allah atau tidak tapi kita memang sudah sepatutnya bersyukur kepada Allah karena mendapatkan hidayah. Kita senantiasa beribadah kepada Allah dan berusaha untuk senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Disaat seseorang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah maka itu akan memudahkannya menuju surga.
Allah memudahkan urusan hambanya yang beramal saleh
Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Ali bin Abi Thalib ra. berkata bahwa ketika para sahabat sedang duduk bersama Rasulullah yang saat itu membawa tongkat sambil digores-goreskan ke tanah seraya bersabda: “Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.”
Kemudian para sahabat bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kami tinggalkan amal shalih dan bersandar dengan apa yang telah dituliskan untuk kami?”. Rasulullah berkata: “Lakukanlah amal shaleh, sebab semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya. Adapun orang-orang yang bahagia, maka mereka akan mudah untuk mengamalkan amalan yang menyebabkan menjadi orang bahagia. Dan mereka yang celaka, akan mudah mengamalkan amalan yang menyebabkannya menjadi orang yang celaka”.
Kemudian Rasulullah membacakan firman Allah berikut ini:
(٧) فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ (٥) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ (٦) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
Artinya: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al-Lail: 5-7)
Dari ayat itu sudah jelas bahwa Allah akan memudahkan seseorang menuju surga apabila telah berbuat baik dengan melakukan amal shaleh, tidak berbuat maksiat, dan senantiasa berprasangka baik kepada Allah bahwa sesunggunya Allah itu maha Adil dan maha mengetahui segala perbuatan kita yang akan mudahkan jalan kita menuju surga nantinya. Dan ketika kita melakukan kesalahan maka sudah seharusnya kita bertaubat kepada Allah.
Jadi untuk mendapatkan hidayah kita masih tetap harus berusaha untuk mencari hidayah Allah dengan melakukan banyak amal saleh. Jangan sampai terbesit dalam hati kita bahwa segala amal saleh yang dilakukan akan sia-sia karena Allah sudah menentukan takdir seorang hambanya. Sesungguhnya prasangka seperti itu tidaklah benar karena tidak ada satupun dari kita yang bisa mengetahui tentang takdir dan kita hanya bisa berusaha agar tidak sampai memiliki takdir yang buruk.
Tidak ada yang mengetahui takdir Allah
Kita tidak perna bisa mengetahui bagaimana takdir Allah kepada kita. Tapi kebanyakan orang saat melakukan kemaksiat akan berdalih bahwa itu adalah takdirnya, padahal tidak ada yang tahu takdir seseorang. Tapi ketika mereka melakukan kebaikan akan berkata bahwa itu semua karena usahanya. Perlu kita ketahui bahwa hidayah termasuk perkara takdir itu mencakup hidayah, rezeki, kematian, surga, dan neraka yang tidak ada satu orangpun yang mengetahu rahasia Allah.
Mungkin ada dari kita yang masih berdalih bahwa sudah berusaha dan beramal mencari hidayah tapi jika ditakdirkan masuk neraka maka semua itu itu sia-sia. Dalih itu adalah salah besar karena Allah maha adil dan maha mengetahui. Mencari hidayah sama halnya dengan mencari rezeki. Mari kita renungkan bersama, kenapa kita bekerja padahal rezeki kita sudah diatur oleh Allah? Apakah dengan berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa bisa mendatangkan rezeki kepada kita? Apakah rezeki bisa datang sendiri tanpa dicari?
Orang yang memiliki akal sehat akan berfikir, bahwa dengan berdiam diri dan tidak melakukan apapun maka tidak bisa mendapatkan rezeki. Hal itu sama seperti hidayah, yang akan kita peroleh jika kita berusaha untuk mencarinya sebagaimana kita juga berusaha untuk mencari rezeki. Meskipun tidak ada yang mengetahu takdir masuk surga atau neraka tapi satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah dengan berusaha mencari hidayah dan beramal shaleh.
Selain rezeki ada perumpaman lain yang serupa, ketika kita sakit maka sudah pasti akan berubat ke dokter dan tidak mungkin kita membiarkannya penyakit kita dengan beranggapan bahwa sudah takdir Allah jika harus menghadapi ajal. Orang yang berakal sehat tentu akan pergi ke dokter dan mengusahakan agar penyakitnya bisa diobati. Hal juga sama seperti hidayah yang perlu diusahakan untuk bisa mendapatkannya. Jadi perkara hidayah, surga, neraka, rezeki, dan ajal adalah termasuk dalam koridor takdir yang ketika diusahakan maka akan mendapatkan hasilnya, jika tidak berusaha maka tidak akan mendapatkan hasil apapun.
Sebagai mana kisah berikut ini, tentang seseorang yang ingin membuktikan bahwa ketika tidak berusaha maka rezeki akan tetap sampai kepadanya. Dia tidak ingin merusaha dan hanya berdiam diri di rumahnya. Suatu ketika ada pembagian makanan yang dibagikan oleh kepala desa. Maka hendaknya jika kita ingin mendapatkannya maka akan itu berkumpul, mengantri, dan berbaris untuk mendapatkan makanan.
Seseorang itu tidak mau berkumpul karena itu artinya dia berusaha karena dalam benaknya meyakini bahwa rezeki itu takdir dan akan sampai kepadanya meskipun tidak berusaha. Tapi ternyata benar makanan itu diantar ke rumahnya tapi dia enggan berusaha meski hanya membukakan pintu, akhirnya makanan itupun diberikan kepada orang lain. Dari kisah itu menjelaskan bahwa ketika ingin memperoleh rezeki maka harus berusaha, hal itu sama seperti dengan mencari hidayah Allah yang akan didapatkan dengan berusaha.
Memang benar ada beberapa rezeki yang tiba-tiba diberikan oleh Allah, tapi sesungguhnya adalah karunia dari Allah yang diberikan secara tiba-tiba. Tetapi seseorang harus berusaha walaupun sedikit. Sebagaimana sebuah hadist dari Umar bin Al Khattab menyatakan bahwa Rasulullah bersabda: ”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Maksud dari hadist itu oleh sebagian besar ulama mengatakan bahwa kita harus berusaha meskipun sedikit tetapi tawakal harus ditingkatkan. Sehingga, dengan usaha yang sedikit akan bisa mendatangkan rezeki akan lebih banyak daripada yang diusahakan. Artinya rezeki itu tidak berbanding dengan usaha kita tetapi semua itu dari tawakal yang kita miliki. Demikianlah perkara hidayah juga harus dicari sebagaimana kita mencari rezeki, dan menjaga kesehatan meski ajal sudah ditentukan.
Allah maha adil dan maha mengetahui
Kita tahu bahwa diantara nama-nama Allah adalah Al-Hakim yang artinya Maha Bijak dan Maha Hikmah, tidak ada perbuatan Allah yang sia-sia yang tidak ada perhitungan. Sehingga semua perbuatan Allah pasti memiliki hikmah. Allah juga maha Adil, sehingga barang siapa yang berusaha mencari hidayah maka dia pasti akan mendapatkannya. Kalau dia benar-benar mencari hidayah dengan tulus dengan hati yang bersih dari kesombongan dan masalah duniawi maka InsyaAllah seseorang itu akan mendapatkan hidayah Allah. Tidak ada orang yang berusaha mencari hidayah kemudian menjadi sesat.
Sebagaimana kisah Salman Al-Farisi ketika berusaha untuk mencari hidayah Allah dengan berbagai sejarah yang panjang. Beliau berpindah dari satu pendeta ke pendeta lainnya, dari satu ulama ke ulama lainnya, kemudian menjadi seorang budak yang diperjual belikan, hingga pada akhirnya bertemu dengan Rasulullah. Beliau berusaha untuk mencari hidayah dengan perjalananan panjang dan bertahun-tahun tanpa adanya rasa putus asa hingga akhirnya bisa menemukan hidayah.
Sehingga maksud dari kisah itu adalah ketika seseorang mencari hidayah maka akan mendapatkannya karena sesungguhnya Allah itu maha Adil. Kita sering mendapati banyak orang yang masuk Islam, setelah banyak memperlajari, berusaha mencari kebenaran dengan membaca kitab-kitab suci agama lain, kemudian membaca Al-Qur’an, dan pada akhirnya mendapatkan hidyah lalu memeluk agama Islam. Tetapi semua itu harus dengan hati yang bersih dari kepentingan-kepentingan duniawi, serta benar-benar memurnikan niat untuk mencari kebenaran.
Namun, terkadang ada orang yang tidak mencari hidayah tapi Allah memberinya hidayah secara tiba-tiba. Bisa jadi itu dipengaruhi oleh doa orang shaleh di dekatnya, sebagaimana doa orang tuanya, saudaranya yang shaleh, dll. Sesungguhnya hidayah berada ditangan Allah tapi kita bisa mencarinya.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-nya dengan cara belajar agama Islam. Bersama Mualaf Center Papua dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya Papua, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Mualaf Center Nasional Aya Sofya Papua siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya. Serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah. Masyarakat yang mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
Mualaf Center Nasional Aya Sofya Papua senantiasa menyambut dengan hangat saudara kita yang telah mendapatkan hidayah ingin memeluk agama Islam dengan adanya pembinaan dari mulai pengenalan dasar ke-Islaman hingga mempelajari ilmu keagamaan mulai dari tingkat dasar sampai lanjutan.
Lembaga ini juga difokuskan dalam pemberdayaan ummat kepada para mualaf di seluruh Indonesia dengan menjadi media perantara yang menyalurkan dan menjembatani para Muhsinin (orang-orang baik) untuk saling berbagi sebagian rizkinya kepada saudara kita para mualaf dhuafa di pelosok-pelosok nusantara.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Rekomendasi artikel:
- Kisah Mualaf Chinese yang Sebelumnya Memiliki Banyak Agama tapi Akhirnya Menemukan Kebenaran Tuhan dalam Agama Islam
- Seperti Kisah Orang Beriman di Zaman Para Nabi, Inilah Kisah Mualaf Yang Hampir Dibunuh dan Rumahnya Dibakar Karena Masuk Islam
- Lelang Mobil Bmw untuk Pembangunan Masjid Terpadu Aya Sofya Kota Malang
- Ingin Mengajak Keluarga Masuk Islam, Inilah Kisah Perjuangan Mualaf dalam Mempelajari Agama
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361