Mualaf Center Medan – saat masih muda kita memiliki banyak tenaga dan semangat, sehingga pasti lebih suka mencari pengalaman baru dan melakukan hal yang bermanfaat untuk masa depan. Tapi tak sedikit pula yang terjerumus pada kemungkaran karena terlalu lalai dengan kenikmatan dunia. Di zaman sekarang orang berbondong-bondong memperbaiki nasib di dunia yang sementara ini dengan bekerja keras siang dan malam.
Mereka lupa dengan nasibnya di akhirat karena kesibukannya itu hingga melupakan sholat dan beibadah kepada Allah. Jika zaman Rasulullah orang kaya meninggalkan kekayaannya demi akhirat lain lagi dengan zaman sekarang orang justru meninggalkan urusan akhirat demi hidup di dunia yang sementara.
Sosok Mush’ab bin Umair
Pada kajian yang diadakan oleh Mualaf Center Medan mengisahkan jika di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang pemuda kaya raya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunianya. Ia adalah Mush’ab bin Umair. Suatu ketika saat Islam datang, ia jual semua kenikmatan duniawinya itu dengan kebahagiaan di akhirat yang kekal.
Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah pada tahun 585 M, empat belas tahun (atau lebih sedikit) setelah kelahiran Rasulullah. Ia merupakansalah satu pemuda tampan dan kaya keturunan Quraisy di Kota Mekah; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.
Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Seorang ulama perna mengatakan bahwa ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal yang digunakan oleh Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaian yang dikenakannya merupakan pakaian terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum karena aroma parfumnya semerbak meninggalkan jejak di jalan yang dilewatinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perna bersabda: “Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).
Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makan itu sudah ada di hadapannya. Kasih sayang ibunya itu ia tidak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat. Demikianlah keadaan Mush’ab bin Umair, seorang pemuda kaya yang mendapatkan banyak kenikmatan dunia.
Ketika hidayah Islam datang
Orang-orang pertama yang menyambut dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah istri beliau Khadijah, sepupu beliau Ali bin Abi Thalib, dan anak angkat beliau Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian diikuti oleh beberapa orang yang lain. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam radhiyallahu ‘anhu. Sebuah rumah yang berada di bukit Shafa, jauh dari pengawasan orang-orang kafir Quraisy.
Berdasarkan materi kajian yang diadakan oleh Mualaf Center Medan menjelaskan bahwa Mush’ab bin Umair yang hidup di lingkungan jahiliyah: penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta dan nyanyian. Allah memberi cahaya di hatinya, sehingga mampu membedakan agama yang lurus dan mana agama yang menyimpang. Sebagaimana ajaran seorang Nabi dan ajaran dari warsisan nenek moyang. Kemudian dengan sendirinya ia bertekad untuk memeluk Islam.
Ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah al-Arqam dan menyatakan keimanannya. Kemudian Mush’ab menyembunyikan keIslamannya sebagaimana sahabat yang lain, untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy.
Dalam keadaan sulit tersebut, ia tetap terus menghadiri majelis Rasulullah untuk menambah pengetahuannya tentang agama yang baru ia peluk. Hingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat yang paling dalam ilmunya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya ke Madinah untuk berdakwah di sana.
Menjual dunia untuk membeli akhirat
Suatu hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.
Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab sangat kecewa. Ibunya mengancam bahwa tidak akan makan, minum, serta akan terus berdiri tanpa naungan di siang yang terik atau malam yang dingin sampai Mush’ab meninggalkan agama Islam.
Sampai suatu ketika hal itu membuat Abu Aziz bin Umair (Saudara Mush’ab) tidak tega dengan yang akan dilakukan sang ibu, lalu ia berkata: “Wahai ibu, biarkanlah ia, sesungguhnya ia adalah seseorang yang terbiasa dengan kenikmatan. Kalau dibiarkan dalam keadaan lapar pasti akan meninggalkan agamanya itu”. Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di rumahnya.
Tidak hanya dilarang untuk keluar rumah, setiap hari dia merasakan siksaan secara fisik. Ibunya dulu sangat menyayanginya tapi kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena banyak luka siksaan, tubuhnya yang dulu berisi dan gagah mulai terlihat kurus. Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu, tidak ada lagi kenikmatan duniawi yang dulu didapatkannya dengan mudah.
Dijelaskan dalam kajian Mualaf Center Medan bahwa Ali bin Abi Thalib berkata: “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Masjid. Lalu datanglah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang.” (HR. Tirmidzi No. 2476).
Demikianlah perubahan keadaan Mush’ab ketika memeluk Islam yang mengalami penderitaan secara materi dan fisik. Segala kenikmatan yang dulu dirasakannya tapi setelah memeluk agama Islam semua itu hilang. Bahkan sampai tidak mendapatkan pakaian layak untuk dirinya. Mengalami penyiksaan hingga kulit-kulitnya mengelupas dari seseorang yang dulu menyayanginya dengan penuh kasih. Keimanannya di uji tapi semua hal buruk yang dialaminnya itu tidak membuatnya goyah dan tetap teguh dengan agama Islam.
Perjuangan Mush’ab saat berdakwah dengan Rasulullah
Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat nabi memiliki ilmu mendalam dan kecerdasan, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah. Saat datang di Madinah, Mush’ab tinggal di tempat As’ad bin Zurarah.
Dalam waktu yang singkat, sebagian besar penduduk Madinah memeluk agama Allah ini. Hal ini menunjukkan bahwa Mush’ab bin Umair memiliki pemahaman yang bagus terhadap Al-Quran dan sunnah, memiliki kecerdasan dalam berdakwah, dan memiliki ketenangan jiwa. Hal tersebut sangat terlihat ketika Mush’ab berhadap dengan Saad bin Muadz.
Setelah berhasil mengIslamkan Usaid bin Hudair, Mush’ab berangkat menuju Saad bin Muadz. Berkatalah Mush’ab kepada Saad: “Bagaimana kiranya kalau kau duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi”. Saad menjawab: “Ya, yang demikian itu lebih bijak”. Mush’ab pun menjelaskan kepada Saad tentang Islam dan membacakannya Al-Quran.
Saad memiliki kesan mendalam terhadap Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu dan mengatakan: “Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya”. Kemudian Saad berkata lagi: “Apa yang harus kami perbuat jika kami hendak memeluk Islam?”. Mush’ab bin Umair menjawab: “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalatlah dua rakaat”. Saad pun melakukan apa yang diperintahkan Mush’ab.
Setelah itu, Saad berdiri dan berkata kepada kaumnya: “Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab, “Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling lurus tabiatnya”.
Lalu Saad mengucapkan kalimat yang luar biasa yang menunjukkan begitu besarnya wibawanya di sisi kaumnya dengan begitu besar pengaruhnya bagi mereka, Saad berkata: “Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”
Atas kehendak dan taufik dari Allah, dakwah Mush’ab menjadikan Madinah sebagai tempat pilihan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat untuk hijrah. Hingga kemudian kota itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah an-Nabawiyah).
Wafatnya Mush’ab bin Umair
Dalam kajian Mualaf Center Medan mengisahkan bahwa sosok Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada Perang Uhud, ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan akhir hayat sahabat yang mulia ini dengan berkata:
Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu datang penunggang kuda dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ
Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama.
Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ibnu Qumai-ah kembali ke pasukan kafir Quraisy, ia berkata: “Aku telah membunuh Muhammad”.
Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan bahwa setelah Perang Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Artinya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).”
(QS. Al-Ahzab: 23).
Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur adalah syuhada di sisi Allah. Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab: “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”
Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda: “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir“.
Di masa kemudian, setelah umat Islam jaya, dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan bahwa Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu sedang dihidangkan makanan mengenang Mush’ab bin Umair dan berkata: “Mush’ab bin Umair telah wafat terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Tidak ada kain yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah”. Abdurrahman bin Auf pun menangis dan tidak sanggup menyantap makanan yang dihidangkan.
Begitu pula dengan Khabab saat mengenang Mush’ab dan berkata: “Ia terbunuh di Perang Uhud. Ia hanya meninggalkan pakaian wool bergaris-garis (untuk kafannya). Kalau kami tutupkan kain itu di kepalanya, maka kakinya terbuka. Jika kami tarik ke kakinya, maka kepalanya terbuka. Rasulullah pun memerintahkan kami agar menarik kain ke arah kepalanya dan menutupi kakinya dengan rumput idkhir”.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-Nya dengan cara belajar agama Islam. Bersama Mualaf Center Medan dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Mualaf Center Nasional Aya Sofya Medan siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Rekomendasi Artikel:
- Kajian KeIslaman Mualaf Center Bandung: Kiat-Kiat Mewaspadai Hadist Paslu
- Kisah Mualaf Orang Atheis Berbondong-Bondong Masuk Islam, Makin Cerdas!!
- Kisah Mualaf Tertua Tahun Ini: Hidayah Datang Tidak Memandang Usia
- Donasi Baju Malang: Bersikan Hati Dengan Rapikan Lemari
- Bible Memerintahkan Menutup Aurat, Inilah Kisah Mualaf Masuk Islam Dengan Akal Sehat
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
KANTOR PUSAT SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2
No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
KANTOR PUSAT MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PASURUAN: Mualaf Center Nasional Aya Sofya Pasuruan – Griya Kebun Jaya Kav. 64 Kota Pasuruan, Jawa Timur
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
BOGOR: Komplek Kehutanan Cikoneng, No. 15, Ciomas, Bogor.
DEPOK: Jl. Tugu Raya No. 8 Kelapa Dua Cimanggis, Depok.
BEKASI: SAHABAT YAMIMA, Jl. Batu Giok II No. 110 B, Bojong Rawalumbu, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa barat, Kode Pos 17116
TANGERANG: Vila Pamulang Blok CE 1 no 3, RT 02 RW 17, Pondok Benda, Tangerang Selatan.
MANADO: Jl. Pumorow, Kel. Banjer Lingkungan 1 No. 97, Kec. Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara, Kode Pos 95125.