Jika ketika belajar ilmu hadist dan terdapat istilah sunnah maka pengertiannya sama seperti hadist. Dalam kitab hadist yang disampaikan dalam kajian Mualaf Center Bandung dijelaskan pendalaman sunnah menjadi 2 hal paling utama yang disebut dengan sayap hadist. Pertama adalah matan yakni isi substansi hadistnya. Kedua adalah sanad yakni orang-orang yang meriwayatkan hadist sampai kepada Rasulullah (transmisi periwayatan).
Kedua hal itu sangat penting, hingga ulama mengibaratkan bahwa kedua hal ini bagaikan sayap burung. Jika satu sayap terluka maka burung tidak bisa terbang (bekerja), apabila terdapat satu sayap diantara dua hal ini bermasalah maka kualitasnya hadistnya akan turun. Misalnya dalam suatu hadist memiliki isi yang bagus tapi periwayatannya bermasalah maka belum tentu hadistnya bisa di terima. Semua yang bersandar dari Rasulullah seperti perkataan, perbuatan, dan ketetapan seharusnya pastikan dan dikaji terlebih dahulu kebenaran dari informasi tersebut.
Cara memastikan kebenaran dari suatu hadist adalah dengan menelusuri informasi ini sampai tersambung kepada Rasulullah dan tidak boleh terputus. Cara menelusurinya disebut dengan istilah Isnad, sedangkan urutan-urutannya disebut sebagai sanad. Oleh Imam Muslim langsung membuat bab khusus pada jilid pertama dari 9 jilid Shahih Muslim halaman 119. Tentang pentingnya sanad sebagai bagian yang menentukan dalam ajaran agama Islam.
Sehingga perlu hati-hati jika menerima informasi dari orang yang tidak jelas karena hal itu dapat bermasalah. Begitu pula jika seseorang pemberi informasi diketahui tapi ternyata memiliki masalah (perilakunya buruk) maka akan berpengaruh pada kualitas hadistnya.
MACAM-MACAM HADIST
1. Maudhu’
Segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Rasulullah sebagaimana perbuatan, perkataan, dan ketetapan beliau akan tetapi secara disengaja dibuat dan bersifat bohong mengatas namakan Rasulullah termasuk dalam hadist palsu. Hadist ini biasanya sengaja dibuat dan informasinya bukan dari Rasulullah. Jadi kita sebagai umat Islam harus berhati-hati.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui beberapa hadist paslu, sebagaimana berikut ini: “Perbedaan pendapat diantara umatku adalah rahmat” dan “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Kedua hadist itu adalah hadist palsu, meski bukan karena informasinya tidak bagus. Sesungguhnya makna kalimatnya bagus tapi Rasulullah tidak pernah mengucapkannya hanya saja kebanyakan orang mengatakan bahwa hadist ini adalah dari Rasulullah.
Sama halnya seperti hadist, “makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang” juga merupakan hadist palsu. Bahkan saking palsunya tidak ditemukan di kitab hadist palsu dan hanya ada dalam Kitab Ar-Rahmah Fi ath-Thibbi Wa al-Hikmah karangan Syekh Jalaludin as-Suyuthi. Kitab itu menjelaskan suatu kisah yang berkaitan dengan kalimat itu dan diduga sebagai hadist maka dimunculkan.
Jadi akan lebih baik jika umat Islam senantiasa berhati-hati karena akan menyebabkan fitnah kubra. Pada suatu ketika ada orang yang dieksekusi karena sering memalsukan hadist, saat ditanya berapa banyak hadist yang anda palsukan dan dia menjawab ada 40 ribu hadist yang telah ia palsukan. Jadi kita bisa membayangkan hanya satu orang saja dapat memalsukan 40 ribu hadist dan orang seperti itu ada banyak karena memang sangat mudah orang berbuat seperti itu.
Sangat mudah orang membuat hadist palsu sampai Rasulullah mengatakan sejak awal-awal masa kenabian, sebagaimana dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).
Sesungguhnya membuat hadist itu sangat mudah sampai dirasa kalimat-kalimatnya terasa bagus dan benar kemudian disandarkan atas nama Rasulullah. Tapi itu adalah tindakan yang salah.
2. Matruk
Hadist yang perawinya secara individu melakukan kebohongan agar hadits itu bertentangan dengan kaidah-kaidah yang telah diketahui dan tidaklah diriwayatkan kecuali berasal dari dirinya sendiri (perawih itu). Hadist yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh sering berdusta meski secara tidak langsung seperti mengarang-ngarang cerita sehingga sulit dibedakan antara hadist dengan bukan.
Salah satu contoh berikut ini termasuk hadist yang sangat populer, “Awal ramadhan itu rahmat, pertengahannya adalah ampunan, ujungnya adalah pembebas dari api neraka” hadist ini termasuk jenis hadist matruk yang banyak menyebar di mimbar-mimbar saat datang ramadhan karena memang pernah diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah padahal terdapat catatan bahwa bab ini menceritakan keutamaan ramadhan.
Hadist itu oleh Ibnu Khuzaimah termasuk dalam hadist yang “diduga shahih” oleh karena itu beliau memberikan catatan “tidak shahih” karena penuh dengan keraguan. Pada saat itu ada kebanjiran yang menyebabkan naskah hadist tersebut rusak. Kemudian oleh orang setelahnya dinukil dan ditulis ulang hingga tersebar di masyarakat. Padahal pada awalnya hadist tersebut adalah hadist matruk.
3. Mungkar
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi dhaif yang riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat. Hadist mungkar adalah hadist yang di riwayatkan oleh orang-orang yang menyimpang dalam ketentuan agama seperti pemabuk tapi meriwayatkan hadist. Maka hadist yang mungkin ingkar ini jangan diambil karena bukan kalimatnya yang kurang bagus tapi diriwayatkan oleh orang-orang yang memiliki perilaku buruk.
Hadist mungkar ini dikhawatirkan ketika diamalkan akan menyebabkan adanya tuduhan-tuduhan buruk pada agama Islam. Oleh karena itu, para ulama memberikan kualifikasi yang sangat ketat dalam persoalan ini, jika sanad bermasalah maka dapat menurunkan status hadist. Dan jika matan yang bermasalah maka menyebabkan kehilangan kepercayaan dari riwayat yang disampaikan.
Jika ingin mencari pengertian sunah dalam pengertian hadist maka kembalikan ke kitab hadist. Mencari referensinya ada 4 jenis kalau ingin melihat tuntunan umum cari kitab Al-Jami. Misal kita ingin melihat tuntunan Rasulullah tentang persoalan yang umum seperti bab tentang bisnis, iman, ilmu pengetahuan, pemerintahan, rumah tangga, dan bab lainnya dapat ditemukan dalam kitab Al-Jami’ karena itu sesuatu yang masih umum dan konperhensif.
Diantara kitab hadist yang paling populer adalah kitab al-Jâmi‘ al-Musnad ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umur Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama wa Sunanihi wa Ayyâmihi atau Shahih Al-Bukhari sebuah kitab yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari terdiri dari 95 bab berisi hadist-hadist tuntunan Rasulullah.
SUNAN DALAM KITAB HADIST
Istilah “sunan” dalam kitab hadist dimaksudkan untuk kitab-kitab hadist yang disusun berdasarkan urutan fiqih. Jadi jika ingin mencari referensi sunah Rasulullah cepat dan tepat dalam urusan Fiqih, jangan mencari kitab Jami’ melainkan kitab sunan. Sebagaimana Kitab Sunan Abu Daud, Sunan an-Nasa’i, Sunan At-Tirmidzi, dan kitab sunan lainnya.
Ada beberapa orang yang menganggap bahwa jika suatu hadist tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari berarti hadist terebut tidak shahih. Pernyataan itu menandakan bahwa masih banyak orang yang belum memahami ilmu hadist padahal yang dimaksud Sahih Al-Bukhari itu hadist yang dikumpulkan oleh Imam Al-bukhari dalam kitab beliau yang mencakup masalah-masalah umum. Semua hadistnya memang shahih tapi tidak mencakup semua persoalan yang beliau kumpulkan selama hidup. Ketika beliau meninggal sudah tidak mengumpulkan hadist lagi dan dilanjutkan oleh Imam Muslim.
Sepeninggal Imam Bukhari dan Imam Muslim maka tidak ada yang mengumpulkan hadist serupa dengan mereka karena dua-duanya sudah ada metode pengumpulan yang umum maka ulama-ulama selanjutnya mengumpulkan dengan metode yang berbeda untuk memberikan spesialisasi yang biasanya terkosentrasi di bidang fiqih. Ketika hadist-hadist dikumpulkan khusus dalam bidang fiqih maka berubah istilah menjadi Hadist Sunan Nabayan. Oleh karena itu, jika ingin cepat belajar fiqih dari tuntunan sunnah maka referensi hadistnya adalah di kitab sunan, misalnya Sunan Abu Daud, dan lainnya.
Sebagai contoh saat mencari hukum menggunakan telapak tangan atau lutur terlebih dahulu saat hendak turun dari i’tidal ke sujud, hukum itu dijelaskan dalam kitab hadist sunan (hadis fiqih) yang terdapat perbedaan pendapat dari para ulama dan tafsir para sahabat. Jika mengenai hal itu tidak ditemukan dalam Shahih Al-Bukhari atau Muslim akan tetapi dapat ditemukan dalam Shahih Abu Daud karena beliau berkonsentrasi dalam meriwayatkan hadist-hadist tentang fiqih.
Hadist pertama menanggapi persoalan tersebut pada hadist nomor 838 riwayat Abu Daud dari Wail bin Hujr menjelaskan bahwa Rasulullah di awal-awal masa keIslaman, ketika itu melihat Rasulullah dalam keadaan kuat melakukan sholat dengan turun lututnya terlebih dahulu saat hendak sujud. Rasulullah berkata: “Kalau anda ingin sujud jangan sujud seperti duduknya unta (ibil). Maka dahulukan lututnya sebelum kedua tangannya”.
Akan tetapi pada hadist berikutnya pada hadist nomor 840-841 diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang ketika itu baru masuk Islam 3 tahun sebelum Rasulullah wafat, di tahun ke 7 hijrah. Saat usia Rasulullah sudah 60th dan kondisinya saat itu sudah semakin lemah. Beliau melihat Rasulullah sedang shalat dengan menurunkan telapak tangannya terlebih dahulu. Rasulullah pun berkata: “Kalau anda sujud jangan sujud seperti duduknya unta (ba’ir). Silakan dahulukan telapak tangannya sebelum lututnya”.
Menanggapi perbedaan itu pasti akan ada pertanyaan, Bagaimana bisa 2 hadist ini seakan-akan bertolak belakang? jadi jika menemukan 2 hadis dalam satu peristiwa yang sama tapi terlihat berbeda maka rumus hadistnya adalah kumpulkan keduanya, cari petunjuk, dan lihatlah. Allahu akbar, pasti sungguh indah kesimpulannya.
Sebagaimana kata ulama hadist tersebut mengatakan bahwa Rasulullah memberikan contoh menggunakan lutut di awal-awal masa keIslaman yang menunjukan bahwa boleh kita menggunakan lutut terlebih dahulu saat hendak sujud. Tapi di akhir-akhir kehidupan beliau terlihat lemah, sehingga masalah pertama saat lemah adalah pada lututnya maka beliau secara alternatif menggunakan telapak tangannya.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (umat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-Nya dengan cara belajar agama Islam. Mualaf Center Bandung dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Kami juga melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
Rekomendasi artikel:
- Kisah Mualaf Chinese yang Sebelumnya Memiliki Banyak Agama tapi Akhirnya Menemukan Kebenaran Tuhan dalam Agama Islam
- Seperti Kisah Orang Beriman di Zaman Para Nabi, Inilah Kisah Mualaf Yang Hampir Dibunuh dan Rumahnya Dibakar Karena Masuk Islam
- Lelang Mobil Bmw untuk Pembangunan Masjid Terpadu Aya Sofya Kota Malang
- Ingin Mengajak Keluarga Masuk Islam, Inilah Kisah Perjuangan Mualaf dalam Mempelajari Agama
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361