Pembakaran yang terjadi di negeri Yaman diabadikan dalam firman Allah QS. Al-Buruj. Pada saat itu di negeri Yaman ada suatu wilayah bernama Najran yang penduduknya Nasrani. Saat itu ajaran Nasrani masih bertauhid dengan beriman hanya kepada Allah sebagaimana yang telah diajarkan oleh nabi Isa sebagai utusan Allah, bukan seperti saat ini yang justru meyakini nabi Isa sebagai jelmaan tuhan dan menyembahnya. Jadi kisah ini bukan menceritakan tentang umat Nasrani yang seperti itu (agama Kristen).
Penduduk Najran saat itu mayoritas Nasrani tapi dipimpin oleh raja Dzunuas yang Yahudi, sehingga memaksakan keyakinannya dengan cara bengis, sadis, dan bar-bar kepada rakyatnya agar mereka murtad. Akhirnya semua rakyatnya pun beragama Yahudi.
Sama halnya seperti raja Namrud dan Fir’aun, Dzunuas juga mengaku dirinya sebagai Tuhan. Agar diyakini sebagai tuhan maka ia harus punya keanehan atau menguasai sihir, oleh karena setiap penguasa pasti punya penasehat spiritual (tukang sihir/dukun) termasuk Dzunuas.
Tukang sihir Dzunuas selalu membuat keanehan-keanehan sampai pada akhirnya orang Najran mempercayai bahwa Dzunuas adalah tuhan. Tapi sangat disayangkan bahwa usia tukang sihir itu sudah tua sehingga mengatakan kepada rajanya agar mencarikannya seorang pemuda cerdas dan bersemangat untuk dijadikan murid agar bisa meneruskan ilmu sihirnya setelah ia mati.
Didapatkannya pemuda cerdas dan berani, mulailah pemuda itu belajar ilmu sihir. Setiap hari pemuda itu datang ke rumah tukang sihir dengan jarak yang cukup jauh dari rumahnya. Dalam perjalanan ia melewati tempat ibadah orang Nasrani dan didalamnya terdapat seorang rahib yang masih menjunjung ketauhidan. Merasa aneh saat melihat ibadah rahib tersebut, akhirnya pemuda itu mampir dan belajar di dua tempat yakni belajar tauhid ke rahib Nasrani tersebut dan belajar syirik ke tukang sihir.
Lama kemudian pemuda itu mengikuti fitrah yang diajarkan rahib karena lebih masuk di akal dan mengajarkan kebaikan. Sementara ajaran tukang sihir itu mengajarkan kejahatan seperti membunuh orang dan seterusnya sehingga tidak sesuai dengan fitrahnya. Hingga suatu saat dia ingin membuktikan ilmu yang ia dapatkan dari si rahib itu ketika mendengar berita tentang adanya binatang buas yang selalu mengganggu warga desa hingga menerkam, menyakiti, dan membunuh.
Pemuda itu ingin membuktikan ilmu yang diajarkan rahib dan ingin membunuh binatang itu, maka Allah memberinya kemudahan untuk bertemu dengan binatang buas itu. Diambilnya kerikil kecil itu dan mengatakan: “kalau yang diajarkan rahib kepadaku itu benar ya Allah, tolong bunuh binatang itu dan jangan sampai ia mengganggu warga desa ini”.
Akhirnya dia membaca bismillah dan melempar batu kecil itu pada binatang buas yang akhirnya mati. Warga desa yang melihatnya bersorak-sorai dan mengatakan: “lihatlah, sudah ada hasilnya dia belajar kepada tukang sihir itu”. Mereka mengatakan hal itu karena sekedar tahu bahwa pemuda itu hanya belajar pada si tukang sihir dan tidak tahu bahwa ia belajar pada rahibnya. Mereka tidak tahu bahwa pemuda itu sedang mengamalkan ilmu yang diajarkan sang rahib.
Setelah membuktikannya dia pergi menemui sang rahib untuk menceritakan kejadian itu. Kata rahib: “semua ilmu yang telah aku ajarkan kepadamu sudah sempurna maka kau pergilah dari sini dan amalkan ilmu-ilmu itu, tapi ingatlah jika kau ditanya belajar dari siapa maka jangan pernah kau menyebut namaku”.
Akhirnya berangkatlah pemuda itu untuk berdakwah sesuai dengan ilmu yang diterimanya dari sang rahib untuk mengajak manusia kembali pada ajaran tauhid. Diberikan karomah oleh Allah kepada pemuda itu untuk dapat mengobati berbagai macam penyakit mulai dari buta, kusta, dan penyakit lainnya yang tidak bisa diobati oleh kebanyakan orang. Tapi dia bisa mengobatinya dengan syarat pasiennya harus beriman kepada Allah. Sehingga setiap orang yang datang untuk berobat maka harus beriman terlebih dahulu kepada Allah, dan berdoa meminta kesembuhan kepada Allah, lalu baru akan sembuh penyakitnya.
Pemuda ini akhirnya dicintai dan dikenal oleh banyak orang sampai pada suatu saat salah satu perdana menteri mengalami penyakit buta. Dia mendengar berita tentang pemuda itu yang bisa menyembuhkan penyakitnya. Berobatlah dia ke pemuda itu, sebagaimana layaknya masyarakat lainnya jika ingin sembuh maka harus beriman kepada Allah dan cabut keyakinan yang menuhankan raja Dzunuas. Perdana menteri yang sangat ingin sembuh itu akhirnya mengikuti beriman anjuran si pemuda dan ia pun disembuhkan oleh Allah.
Melihat kesembuhan sang perdana menteri, membuat raja Dzunuas kaget dan ingin tahu siapa yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Maka perdana menteri itu mengatakan: “Allah”. Raja yang kebingungan itupun bertanya: “apakah yang kau maksud adalah aku?”. Perdana menteri pun menjawab pertanyaan raja: ”bukan, Dia adalah Allah, tuhanku, tuhanmu, dan tuhan semua orang”. Mendengar hal itu membuat raja Dzunuas marah dan berkata: “tidak ada tuhan selainku, tangkap dia dan masukkan ke dalam penjara”.
Dari kisah ini kita tahu bahwa ketika orang kafir berkuasa maka akan menindas orang-orang beriman walaupun kelompoknya adalah minoritas, dan akan lebih semena-mena jika dari kelompok kafir itu adalah mayoritas.
Ditangkaplah perdana menteri yang telah beriman itu dan memasukkannya kedalam penjara, kemudian disiksa habis-habisan dan ditanyakan kepadanya: “siapa yang menyembuhkanmu?”. Perdana menteri itupun berkali-kali menjawab: “Allah yang menyembuhkanku”. Hingga pada saat tidak mampu untuk bertahan maka disebutkan nama pemuda itu.
Rajapun menyuruh prajuritnya untuk menangkap pemuda itu dan yang membuatnya kaget adalah ternyata dia adalah murid tukang sihirnya dulu. Pemuda itupun disiksa dan dipaksa untuk menyebutkan nama rahibnya. Akhirnya karena tidak tahan disebutkanlah nama si rahib, ditangkaplah dan dimasukan kedalam penjara. Jika di zaman ini mungkin istilah yang digunakan adalah “penangkapan para ulama”.
Tertangkaplah 3 orang itu oleh raja Dzunuas, jika ingin mendapatkan ampunan dan kebesanan mereka bertiga harus murtad tapi tenyata mereka menolak perintah raja Dzunuas. Sampai akhirnya raja memutuskan untuk mengeksekusi ketiga-tiganya di depan pengikutnya.
Kemudian raja meminta perdana menterinya itu untuk kembali menyembah dan bersujud kepadanya. Tapi sang menteri menolak dan tetap teguh pada keimanannya kepada Allah. Perdana menteri pun bunuh lebih dulu dengan dibelah tubuhnya menjadi 2 menggunakan gergaji.
Setelah perdana menteri itu mati, giliran sang rahib yang juga tak mau murtad hingga ia pun digergaji tubuhnya menjadi dua. Sebenarnya raja ingin membuat perhitungan kepada pemuda itu karena telah memiliki paling banyak pengikut. Pemuda itu sudah terlanjur dicintai rakyatnya karena bisa mengobati orang sakit. Raja Dzunuas mengatakan: “khusus pemuda ini harus mendapatkan hukuman yang lebih kejam, saya ingin membuatnya lebih menderita lebih daripada dua orang itu”.
Dari sini menunjukkan bahwa sebaik-baiknya manusia itu adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Kalau kita memiliki ilmu maka gunakan ilmu itu agar lebih bermanfaat bagi orang lain. Seperti halnya saat mempunyai ilmu kesehatan maka jadikan itu untuk mengobati orang, dan lain sebagainya.
Sebenarnya kisah ini diisyaratkan oleh Rosulullah ketika bersabda kepada Khabbab bin Al-arat yang tidak tahan disiksa oleh majikannya karena ia beriman kepada Allah. Setiap kali majikannya datang maka diletakkan besi panas pada tubuhnya. Majikannya adalah seorang pandai besi, sedangkan Khabbab adalah budak yang bekerja untuk pandai besi. Dia adalah budak beriman seperti Bilal bin Rabah.
Saat Umar bin Khattab mengenang sejarah Islam pertama kali di Makkah dan ketika para sahabat disiksa. Khabbab berkata: “Wahai Amirul Mukminin, engkau tidak tahu bahwa penderitaanku lebih besar daripada penderitaanmu”. Disingkaplah pakaian Khabbab itu rupanya seluruh pinggangnya terdapat lubang-lubang kecil bekas siksaan majikannya. Melihat hal itu Umar pun menangis.
Oleh karenanya ia tidak tahan dan berkata berkata kepada Rosululla: “Wahai Rosulullah, tidakkah engkau lihat kami yang seperti ini disiksa jadi tolong kasihani kami, cepat berdoalah kepada Allah agar didekatkan pada kemenangan itu supaya kami terbebas dari siksaan ini”.
Rosulullah mengatakan: “wahai Khabbab tenanglah, kau tergesah-gesah dengan semua ini. Dahulu ada kaum yang digergaji jadi dua tapi tidak melepas keimanannya, dahulu ada yang dikubur hidup-hidup tetap istiqomah pada agamanya, dan dahulu ada yang disisir dengan besi hingga daging dan tulangnya terkelupas tapi tetap saja istiqomah dengan aqidahnya, maka nanti akan ada kemenangan itu”.
Kisah Ashabul Ukhdud
Raja pun memerintah pasukannya untuk membawa pemudah itu ke atas gunung dan menyuruh untuk menjatuhkannya dari atas gunung tersebut. Jika memang pemuda itu belum mati maka harus dijatuhkan lagi sampai ia mati. Dibawalah pemuda itu dan sesampai di atas gunung ia berdoa kepada Allah: “Ya Allah, cukupkanlah aku, dan lindungilah aku dari mereka”.
Akhirnya gunung itu gempa dan semua prajurit raja jatuh dan mati tak ada yang tersisa kecuali pemuda itu yang telah diselamatkan oleh Allah. Mendengar pemuda ini masih selamat, maka raja murka dan menyuruh prajurit lainnya untuk menangkap pemuda itu. Ditangkaplah pemuda itu dan raja memerintahkan untuk membuangnya ke lautan.
Sesampainya di laut pemuda itu berdoa lagi, maka datanglah ombak besar hingga membuat kapalnya karam dan semua prajurit mati. Segala macam cara dilakukan raja untuk membunuh pemuda itu. Sedangkan anak muda itu memikirkan cara agar kematiannya dapat bermanfaat bagi umat manusia.
Ketika tertangkap untuk yang terakhir kalinya maka anak muda ini berkata kepada raja: “wahai raja, apakah kau ingin membunuhku?”. Raja menjawab: “iya, jelas aku ingin membunuh mu”. Mendengar hal itu pemuda itu berkata: “untuk membunuhku sangat gampang wahai raja, cukup kumpulkan 20 ribu rakyatmu di lapangan dan sediakan tiang gantungan. Aku memiliki satu anak panah maka siapkan busurmu pula. Kemudian gantung aku di tiang itu dan tembaklah dengan panahmu. Tapi jangan lupa, kau harus mengucapkan Bimillah karena hanya dengan itulah kau bisa membunuhku”.
Raja pun melakukan persis seperti yang dikatakan oleh pemuda itu hingga tidak sadar telah menyebut nama Tuhannya si pemuda yang disaksikan oleh para rakyatnya hingga membuat mereka bingung tentang siapakah tuhan yang sebenarnya harus mereka sembah. Apakah sang raja yang mengaku tuhan atau tuhan yang disembah oleh pemuda itu. Tapi ketika melihat dan mendengar raja menyebut nama tuhan yang disembah pemuda itu akhirnya mereka serentak mengatakan: “kami pun beriman kepada Tuhannya pemuda itu wahai raja”.
Secara tidak sadar raja Dzunuas telah membimbing rakyatnya untuk beriman. Kenyataan itu membuatnya marah dan menyuruh mereka untuk kembali murtad, tapi mereka tidak mau karena sebagian besar rakyatnya memang sudah tahu kebaikan pemuda itu dan sebagian mereka juga sudah beriman kepada Allah. Makanya mereka tetap pada keimanannya.
Dengan murka, diperintahnya para prajurit untuk menutup pintu gerbang kota dan mencegah mereka untuk keluar dari lapangan. Raja berkata: “wahai prajurit, buatlah parit yang besar dan kumpulkan kayu bakar setinggi mungkin. Barang siapa yang tidak menyembahku maka masukan mereka semua ke dalam sana”.
Apabila keimanan dan keyakinan sudah menghujam di hati maka susah untuk digoyahkan karena sudah menjadi kuat. Satu persatu rakyatnya dilempar, sampai ada seorang wanita yang hampir murtad karena tidak tega melihat anaknya akan dilempar, tapi anaknya berkata: “jangan ibuku, kita akan berjumpa di surga” dan akhirnya ibu dan anak itu masuk ke dalam api. Satu per-satu sampai 20 ribu orang tidak ada yang selamat dan semua masuk ke dalam api yang dibuat oleh raja Dzunuas.
Mereka semua mati terbunuh disaksikan oleh raja, para menteri, dan orang kufur lainnya. Mereka menyaksikan orang muslimin dibakar hidup-hidup. Tidaklah mereka di azab seperti itu dikarenakan membela Allah dan membela agama Allah. Surga akan Allah sediakan untuk mereka yang mati terbunuh karena keteguhan iman.
Itulah pentingnya memperkuat akidah dan keimanan, sebagaimana seharusnya pembangunan yang pertama kali adalah pembangunan aqidah sebelum membangun yang lainnya karena akidah yang akan membangun bangsa. Jika aqidahnya rusak maka akan jatuh pada kesyirikan dan Allah akan mengirimkan bencana. Tetapi jika pembangunan aqidah terjadi secara merata dari kota ke desa, maka Allah akan mengirimkan berkah dari langit dan bumi.
Sebenarnya kalau rakyatnya baik maka pemerintahannya akan baik, kalau rakyatnya tidak baik maka pemerintahannya akan buruk. Jika rakyatnya beriman maka tidak mungkin memilih pemimpin yang ahli maksiat dan kemungkaran. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al An’am ayat 129, berikut ini:
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan amal yang mereka lakukan.”
Mari kita berubah dengan membangun aqidah kita secarah tashfiyah dan tarbiyah. Menjernikan hati dari segala kesyirikan atau kemusyrikan, dan mempelajari ilmu yang benar. Maka dengan begitu Allah akan menurunkan barokah-Nya kepada pemerintah dan rakyat.
Sesungguhnya yang dikehendaki Dzunuas berbeda dengan kehendak oleh Allah. Meski mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, tapi sebenarnya mereka sedang menipu dirinya sendiri.
Setelah 20rb rakyatnya masuk kedalam api, ternyata ada 1 atau 2 orang yang diselamatkan oleh Allah, entah bagaimana ceritanya Wallahualam Bissawab. Maka larilah orang itu menuju Syam karena ketika itu Syam adalah negara Nasrani terbesar di dunia. orang itu melaporkan kejahatan Dzunuas yang menindas dan membakar hidup-hidup kaum Nasrani di Najran.
Raja Syam akhirnya mengutus delegasinya untuk menghubungi sekutu yang ada di Ethiopia (karena jarak Yaman cukup dekat dengan Ethiopia). Maka sekutunya itu mengirimkan pasukan besar yang dipimpin 2 jendral, diseranglah kerajaan Najran dan kemudian kalah. Kemudian raja Dzunuas dilemparkan kelautan dan mati.
Wilayah Najran pun dikembalikan ke dalam kepercayaan Nasrani seperti sebelumnya, dan ketika itu dibawah penguasaan bangsa Ethiopia yang rajanya bernama Abrahah Al-asyram. Dalam kisah yang lain karena kesombongannya akhirnya ia mati dilempari batu oleh burung Ababil bersama dengan pasukan gajahnya yang hendak menghancurkan Ka’bah.
Jika pada zaman dahulu ada seseorang yang rela menjual dunia demi agamanya, tapi saat ini banyak orang yang menjual agama demi dunia yang sementara ini. Sudah banyak wanita yang murtad karena memilih suami yang bergelimangan harta tapi kafir.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-Nya dengan cara belajar agama Islam. Mualaf Center Flores dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Kami juga melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
Rekomendasi Artikel:
- Kisah Mualaf Chinese yang Sebelumnya Memiliki Banyak Agama tapi Akhirnya Menemukan Kebenaran Tuhan dalam Agama Islam
- Seperti Kisah Orang Beriman di Zaman Para Nabi, Inilah Kisah Mualaf Yang Hampir Dibunuh dan Rumahnya Dibakar Karena Masuk Islam
- Lelang Mobil BMW untuk Pembangunan Masjid Terpadu Aya Sofya Kota Malang
- Ingin Mengajak Keluarga Masuk Islam, Inilah Kisah Perjuangan Mualaf dalam Mempelajari Agama
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361