Beberapa waktu yang lalu sempat viral pernyataan dari salah satu tokoh ormas Islam yang menyatakan bahwa: “๐ฎ๐ข๐ฏ๐ถ๐ด๐ช๐ข ๐ข๐ต๐ข๐ถ ๐ด๐ถ๐ข๐ต๐ถ ๐ฃ๐ข๐ฏ๐จ๐ด๐ข ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ช๐ฉ ๐ฅ๐ช๐ฉ๐ข๐ณ๐จ๐ข๐ช ๐ซ๐ช๐ฌ๐ข ๐ข๐ฌ๐ฉ๐ญ๐ข๐ฌ๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ถ๐ญ๐ช๐ข, ๐ฃ๐ถ๐ฅ๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฃ๐ข๐จ๐ถ๐ด, ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ข๐จ๐ข๐ฎ๐ข๐ฏ๐บ๐ข”. Topik ini akan menjadi pembahasan yang menarik untuk dikupas dalam kajian keIslaman Mualaf Center Nasional Aya Sofya Kota Malang karena sontak pernyataan itu menjadi polemik yang menyebabkan perang pemikiran terhadap aktivis muda yang bisa saja dilema antara aqidah dan akhlaq.
Padahal keduanya harus berjalan berdampingan. Jangan sampai karena pemikiran yang salah dapat mendegradasi keimanan kita. Sangat miris jika kebingungan itu justru disampaikan oleh Tokoh Islam. Sehingga hal inilah ditanggapi oleh Gus Mbethik sebagai Pakar Kristologi sekaligus Budayawan dalam podcast bersama Mualaf Center Nasional Aya Sofya Kota Malang.
Penyataan yang disampaikan oleh tokoh ormas itu seolah mengartikan bahwa tingkah laku dan budaya seseorang itu lebih penting dari pada agamanya. Padahal sejatinya agama mendasari segalanya karena bersifat universal. Agama yang benar adalah agama yang mengajarkan tingkah laku dan budaya baik sebagaimana agama Islam. Al-Qur’an menganjurkan kita untuk berlaku baik kepada seluruh makhluk ciptaan Allah.
Menurut Gus Mbethik, kita harus jelas mengetahui apa itu agama. Jangan sampai kita membicarakan agama tapi kita tidak mengetahui tentang agama. Jadi jangan pula kita membicarakan budaya ketika tidak mengetahui tentang budaya.
Agama
Agama berasal dari Bahasa Sansekerta, terdapat kata “A” yang artinya “Tidak” dan “GAMA” artinya “Kacau”. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau dengan merujuk pada suatu ajaran tertentu.
Terminologi agama adalah sistem dari sebuah ajaran yang mengatur tata keimanan berupa kaidah yang berhubungan tentang relasi atau pergaulan manusia dengan Tuhan, sebagai pribadi yang maha tinggi. Jadi ini relasinya secara vertikal yakni atas dan bawah (habluminnallah). Berikutnya adalah ajaran yang berhubungan dengan relasi manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungannya. Relasi ini bentuknya horizontal atau hablumminannas.
Jika membahas mengenai kelompok agama maka ada agama wahyu yakni agama yang bersumber dari satu pribadi yang maha tinggi yang kita sebut Samawi. Contohnya agama dari Nabi Ibrahim yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Kelompok agama kedua adalah agama Pencaharian yakni agama yang bersumber dari pencaharian pemikiran manusia yang kita disebut sebagai agama Ardhi. Contohnya agama Konghucu, Sabi’in, Sinto, Hindu, Budha, Kejawen, dll. Kemudian ada agama Hybrid merupakan perpaduan antara agama Samawi dan Ardhi. Agama ini pada awalnya adalah agama Samawi tetapi kemudian di tengah jalan terjadi intervensi manusia dan sudah tidak murni lagi, contohnya adalah agama Kristen.
Budaya
Budaya atau kebudayaan juga berasal dari bahasa Sansekerta, merupakan bentuk jamak dari kata “Budi” atau akal. Diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi/akal manusia. Bentuk kata lain dari budaya adalah culture. Budaya adalah sesuatu ide atau gagasan yang terdapat dari kerangka berpikir manusia, buah hasil dari pikiran manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu sebagai bentuk dari kesepakat bersama yang terikat oleh ruang dan waktu. Hal itu mengartikan bahwa kebudayaan akan ada perberbedaan budaya di tempat lain dan akan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Jadi sifat kebudayaan adalah abstrak yang akan diwariskan oleh nenek moyang kita secara terus menerus yang merupakan hasil olah karsa pemikiran manusia.
Apakah agama dan budaya itu harus bertanding?
Kesimpulannya bahwa agama tidak terkait ruang dan waktu yang setiap komunitas manusia itu tidak berhak membentuk agamanya sendiri. Budaya dalam Islam boleh tumbuh dan berkembang selama budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Jadi agama Islam itu datang tujuannya bukan untuk membunuh budaya.
Bahkan ketika para sahabat hendak berdakwah diberikan suatu nasihat bahwa segala sesuatu yang ada di wilayah tersebut untuk dibiarkan terlebih dahulu. Dari situ ada sebuah toleransi yang tidak serta merta semua budaya itu harus dihapus karena manusia adalah makhluk budaya.
Benarkah budaya itu lebih otoritatif dibanding agama?
Menurut Gus Mbethik pada podcast di studia Mualaf Center Nasional Aya Sofya Kota Malang menyatakan bahwa pernyataan yang disampaikan Tokoh Agama itu sangat berbahaya karena menyatakan bahwa budaya itu lebih otoritatif dari pada agama.
Jadi dalam penyataan beliau ini seolah agama adalah nomor sekian setelah budaya. Sama halnya mengartikan budaya yang mendasari peradaban dan mempertanyakan tujuan Allah menciptakan Agama. Padahal agama adalah pedoman hidup umat manusia selama tinggal di dunia.
Jadi jelas otoritas agama tidak bisa dikalahkan dengan otoritas budaya. kedudukan agama jelas harus lebih tinggi daripada budaya. Kalau saja hanya dengan budaya memang sudah cukup untuk peradapan manusia maka Allah tidak akan menurunkan guru atau nabi kepada umat manusia dan tidak akan ada kitab suci yang merupakan buku panduan kita untuk hidup di dunia.
Agama memiliki otoritas lebih tinggi daripada budaya karena agama bisa merubah budaya menjadi lebih baik. Sedangkan budaya tidak bisa mengubah agama karena budaya adalah produk manusia sedangkan agama berasal dari Tuhan. Jadi apakah mungkin produk yang dibuat oleh manusia dapat mengkoreksi produk dari Tuhan.
Orang sekuler selalu berkata, bahwa:
“Tidak masalah tidak memiliki agama asalkan selalu berbuat baik”.
Pernyataan itu juga tidak dibenarkan karena menimbulkan pertanyaan baru yakni baik menurut siapa?
Seorang Filsuf Jerman, Leibniz, berkata bahwa:
“Tuhan bertindak untuk yang terbaik secara objektif dan manusia bertindak dengan niatan yang menurutnya baik”.
Jadi suatu kebaikan yang menurut manusia adalah baik belum tentu baik untuk manusia lain karena bersifat subjektif. Sama halnya dengan budaya di suatu daerah bisa dianggap baik akan tetapi di daerah lain bisa dianggap suatu hal yang menyimpang. Agama yang bersifat universal tidak bisa disamakan atau otoritasnya direndahkan dengan budaya yang sifatnya partikular.
Contoh budaya yang baik menurut negara Amerika belum tentu baik untuk negara Arab, dan semacamnya. Tetapi sebagaimana contoh Agama Islam mengajarkan untuk berinfaq dan shadaqah itu berlaku bagi seluruh umat Islam di bagian bumi manapun, tidak terbatas ruang dan waktu. Maka seperti inilah keindahan Islam.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-Nya dengan cara belajar agama Islam. Mualaf Center Nasional Aya Sofya kota Malang, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Kami siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syiโar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Rekomendasi artikel:
- Kesaksian Pendeta Setelah Masuk Islam: Kelebihan-Kelebihan Islam dan Al Quran bagi Kehidupannya
- Kajian Kristologi Mualaf Center Malaysia: Islam VS Kristen
- Mualaf Center Tangerang: Islam Lebih Menarik bagi Generasi Muda
- Brother Lim Jooi Soon Datang Ke Indonesia: Hal Mengganjal dalam Bible Hingga Membuatnya Masuk Islam
- Brother Lim Jooi Soon Datang Ke Indonesia: Mualaf Malaysia Percaya Bahwa Yesus Bukan Tuhan
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361