KISAH MUALAF SEORANG DIRI DI DESA KRISTEN DAN KEHIDUPAN YANG BERA

Dalam satu desa, tepatnya di Desa Mogoyunggung, Kecamatan Dumoga Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara yang 100% penduduknya beragama Kristen dan hanya ada seorang wanita yang beragama Islam. Satu-satunya mualaf di Desa Kristen. Beliau adalah mantan seorang misionaris Kristen yang berasal dari keluarga pendeta. Sehingga awalnya sangat membenci Islam dan kurang senang dengan Islam karena sejak dulu ia bersekolah di Imandi.

Banyak pula masyarakat Bolaang Mongondow yang bersekolah di Imandi suka melempar-lempari orang Islam karena memang sejak kecil sudah tertanam untuk membenci Islam. Tapi seiring berjalannya waktu Allah memberinya hidayah untuk memeluk agama Islam.

Wanita itu bernama Sandra Ngongoloy disapa sebagai bu Sandra. Mempunyai dua putra dan saat ini masih tinggal bersama suaminya di rumah peninggalan orang tua bu Sandra. Ia telah masuk Islam di Malang sejak tanggal 15 Desember 2017 lalu tanpa sepengetahuan suaminya. Namun, semenjak suaminya tahu ia mulai dihadapi dengan kondisi yang miris dan penuh haru karena selalu dimusuhi dan tidak dinafkahi secara lahiriyah oleh suami. Setiap hari selalu didatangi oleh orang-orang dari gereja dan mengajaknya untuk kembali ke agama Kristen.

Alasan bu Sandra Ngongoloy masuk Islam

Kebencian terhadap Islam sudah mendarah daging hingga Bu Sandra mengaku ingin menjatuhkan Islam dengan rela mempelajari Islam melalui program dari salah satu teman. Awalnya ia merasa itu tidak akan membuatnya masuk Islam tapi setelah melihat keadaan orang Islam membuat hatinya tumbuh keinginan untuk masuk Islam.

“Saya melihat orang Islam melakukan sholat seperti menjadi tamparan bagi saya karena untuk membaca Alkitab saja masih sesuka hati.” Katanya.

“Orang Islam kalau mau sholat harus bersuci dulu, berwudhu, dan membaca Al-Qur’an. Melihat Islam yang seperti itu membuat saya tertarik.” Jelasnya lebih lanjut.

Kemudian bu Sandra mencoba menjelaskan kepada teman-temannya tapi justru dimarahi dan tidak dipedulikan. Namun, ia masih bertekat untuk mendalami agama Islam dengan mulai mencatat arti surat Al-Fatihah, belajar sholat, dan mengikuti orang-orang sholat lebih dahulu. Hingga suatu saat hidayah Allah juga diberikan dalam bentuk lain, melalui mimpi yang dialami oleh bu Sandra.

“Suatu malam saya bermimpi sedang berjalan bersama dua teman, tiba-tiba mereka meninggalkan saya. Kemudian ada orang tinggi besar menyerang dan ingin membunuh. Saya hampir mati dan berteriak berkali-kali meminta tolong pada Yesus tapi tidak ada bantuan sama sekali. Dalam mimpi itu saya teringat jika mulai belajar Islam dan ingat pula tentang Allah, lalu saya berteriak Allahu Akbar sampai tiga kali. Kemudian tubuh menjadi bertenaga dan membalas orang itu sampai babak belur. Setelah itu saya langsung mengatakan Alhamdulillah. Saya mengejar mereka dan bertanya kenapa meninggalkan saya? Tapi mereka mengira saya ada di belakang. Saya pun bilang pada mereka jika hampir dibunuh oleh seseorang tapi diselamatkan oleh Allah.” Begitulah cerita bu Sandra saat menjelaskan mimpinya dan itu membuatnya semakin mantap memeluk Islam secara utuh dengan memenuhi prosedur masuk Islam dan melakukan pensyahadatan di Malang.

Ujian masuk Islam tak semudah yang dibayangkan

Setelah berjalannya waktu ternyata masuk Islam dengan seutuhnya tidak semudah itu bagi bu Sandra. Ujian mulai ia terima satu demi satu, bahkan sesampainya di rumah masih belum berani untuk mengatakan ke pada suaminya, sangat takut baginya. Hingga saat mendekati bulan ramadhan ia harus kebingungan dan memutuskan menemui sepupunya yang berada di Bandung untuk melakukan puasa dan lebaran di sana.

“Saya ada sepupu di Bandung yang tahu kalau saya masuk Islam dan saya disuruh kesana untuk melakukan puasa ramadhan sampai lebaran baru pulang. Kemudian menyuruh saya untuk berani berterus terang kepada suami.” Kata bu Sandra.

Sepulangnya dari Bandung bu Sandra memberanikan diri untuk berterus terang meski pada akhirnya mendapati suaminya marah besar dan menuduh dengan tuduhan yang tidak berdasar seperti berselingkuh, menjual agama demi uang, dan membuat malu keluarga, serta suaminya pun menghina agama Islam pada saat itu.

“Kamu sudah bikin malu, ini bukan hal main-main. Apa kamu mau ikut agama teroris? Kamu ikut agama Jihad? Tidak benar membunuh orang dengan bom.” Kata suaminya kepada bu Sandra saat mereka berselisih dan ia yang hanya bisa mengucapkan kalimat Istighfar.

“Sampai suami saya juga bilang kalau saya selingkuh, bukan karena keinginan sendiri saya masuk Islam. Saya hanya menjawab: Allah yang Maha Tahu.” Kata bu Sandra melanjutkan.

Sejak saat itu bu Sandra selalu dimusuhi oleh suaminya, tidak diberi nafkah untuk belanja dan hanya memberi uang untuk anaknya saja. Tapi bu Sandra tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri yang mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, dan lainnya. Hingga suatu saat suaminya sedikit luluh dan sudah kembali ada rasa sayang meski masih tidak bisa menerima jika bu Sandra telah beragama Islam.

“Tetap kita akan pisah, cepat atau lambat kita akan pisah. Saya tidak senang dengan agama Islam.” Kata suaminya dengan tegas kepada bu Sandra yang merasa sedikit kecewa tapi juga lega karena setidaknya ia sudah berani untuk sholat 5 waktu dan tidak harus sembunyi-sembunyi seperti dulu.

Tak lama setelah suaminya tahu, warga desa pun tau dan itu sangat berdampak pada kondisi psikis bu Sandra, ia mengalami gangguan stress dan sengsara secara batin. Karena mayoritas penduduk desa beragama Kristen maka menjadi perbincangan hangat oleh banyak orang yang tidak percaya jika ia masuk Islam, padahal berasal dari lingkungan kristen dan keluarga pendeta.

Tersebarlah berita masuk Islamnya bu Sandra ke penjuru kota hingga para pendeta datang ke rumahnya silih berganti untuk mengajak kembali ke agama Kristen dengan melakukan perbandingan agama. Tapi bagi bu Sandra telah mantap di hatinya untuk beragama Islam karena membawa ketenangan dan kedamaian meskipun ajaran agama Kristen lebih mudah dan tidak banyak aturan seperti Islam

Bagaimana perasaan bu Sandra setelah masuk Islam?

Agama Islam memang membawah kedamaian dan ketenangan bagi setiap orang, begitu pula yang dirasakan oleh bu Sandra yang merasa lebih nyaman dan merasa hatinya penuh kedamaian karena dekat dengan Allah. Walaupun mendapatkan banyak ujian dari suami tapi ketika sholat dan mencurahkan isi hati kepada Allah, dirinya merasa lebih tenang. Kalimat Laa Haula Walaa Quwwata Illah Billah menjadi andalan saat mendapatkan ujian berat dan itu membuatnya yakin bahwa Allah adalah tempat berserah diri yang tepat karena Allah yang Maha Agung akan memberi kemudahan disetiap kesusahan.

“Ya Allah! jangan tinggalkan saya, saya masih baru mengenal Islam, tuntun saya dan kuatkanlah saya.” Kata bu Sandra sambil menyekah air matanya yang mulai keluar saat menyampaikan salah satu permohonannya kepada Allah.

Dihadapkan dengan pilihan berat dalam hidupnya

Menjadi mualafah dan mendapatkan ujian bertubi-tubi bukan karena Allah membencinya melainkan agar lebih bersabar dan akan diangkat derajat ketaqwaannya oleh Allah, Insya Allah. Ini adalah puncak yang harus dilalui oleh bu Sandra yang dihadapkan dengan pilihan berat antara harus memilih suaminya atau Allah karena Islam melarang pernikahan beda agama.

Kisah bu Sandra ini pada mulanya mendapatkan pendampingan khusus dari pendiri Mualaf Center Nasional Aya Sofya yakni Alm. Ust. Insan LS Mokoginta saat semasa hidupnya. Pada saat itu melalui negoisasi yang panjang dan rumit dan suaminya pun yang sempat menantang Ust. Insan LS Mokoginta untuk berdebat dengan membuat kesepakatan. Jika suaminya kalah berdebat maka bersedia masuk Islam seperti istrinya namun jika menang maka Ust. Insan LS Mokoginta harus masuk Kristen. Pada akhirnya suami bu Sandra kalah tapi masih bersikukuh tidak ingin masuk Islam.

Sebenarnya jika suami bu Sandra bersikap jujur dan serius mencari kebenaran yang haqiqi, ia akan mengakui bahwa Islam adalah agama yang benar. Suami bu Sandra sangat keras kepala dan mempertahankan keyakinannya dengan menolak kebenaran berdasarkan bukti-bukit dalam Alkitab.

Tak langsung ke pengadilan untuk membuat gugatan cerai, bu Sandra mencoba untuk mendekati suaminya, berbuat baik, meyakinkan, dan mengajaknya masuk Islam karena telah mengakui kalah saat debat dengan Ust. Insan LS Mokoginta pada waktu itu. Namun, pada akhirnya ia harus rela bercerai dengan suaminya.

“Ini adalah keputusan yang bukan datang secara tiba-tiba, tapi penuh dengan pertimbangan, memikirkan ribuan kali dan berusaha mengajak suami untuk bisa satu keyakinan. Saya berusaha untuk mendekatinya dan selalu berbuat baik kepadanya. Tapi Allah berkehendak lain, suami sudah mengambil keputusan yang tegas dengan tidak akan ikut agama saya.” Jelas bu Sandra.

“Meskipun begitu saya tidak segera ke pengadilan. Tapi pada suatu ketika suami saya sering tidak pulang ke rumah, datang pergi seenaknya dan tidak perna bilang apa-apa. Saya sempat menghubungi adik ipar dan menanyakan kabar suami, dia mengatakan pesan dari suami saya bahwa: meskipun saya telah baik kepadanya dan mengurusi banyak hal tapi suami sudah tidak mau bersama saya lagi karena perbedaan agama itu. Jadi itulah yang menjadi kekuatan saya untuk mengambil keputusan dengan segera ke pengadilan.” Jelas bu Sandra lebih lanjut.

Awal November adalah sidang putusan yang menyatakan bahwa bu Sandra dan suaminya disetujui untuk bercerai. Namun, karena berkas putusan dari pengadilan belum diterima sampai saat ini mereka masih tinggal bersama karena suaminya merasa memiliki hak atas rumah itu. Dan belum sampai disitu saja, masih ada kemungkinan bahwa suaminya akan mengajukan gugatan balik. Insya Allah Mualaf Center Nasional Aya Sofya akan terus mengawal dan membantu bu Sandra, termasuk dari segi finansial hingga masalahnya selesai.

Kehidupan bu Sandra saat proses perceraian

Selama proses perceraian, kehidupan bu Sandra sangat berat karena memang ia terbiasa berada di rumah untuk mengurus keperluan rumah. Sebelumnya Ia hanya menerima uang dari suami untuk belanja, masak, dan memenuhi kebutuhan rumah lainnya. Tapi setelah mengajukan gugatan cerai kepada suaminya, ia tidak perna lagi menerima nafkah untuk kebutuhannya.

“Sejak saya gugat, tidak perna lagi kasih anggaran untuk kebutuhan saya. Hingga ada tetangga yang kasihan melihat saya. Ingin memberikan beras tapi takut saya tidak terima karena mereka tau posisi saya bukan orang yang terlalu susah disana, beli beras pun sebelumnya saya memilih yang bagus. Padahal saya mau terima beras apapun yang ada ulatnya pun saya mau, akan saya masak sekarang. Mungkin inilah pembelajaran bagi saya. Inilah perjuangan saya masuk islam, saya harus menerima keadaan ini, saya harus menerima apapun yang saya alami dan saya akan jalani.” Cerita bu Sandra mengingat masa lalunya yang penuh haru sambil sesekali menyekah air mata yang mulai menetes lagi.

Saat ini Mualaf Center Nasional Aya Sofya sedang berusaha mencarikan sumber pendanaan agar bisa memberi hadiah umroh kepada bu Sandra. Sebagai obat penghibur lara dari banyaknya ujian bertubi-tubi yang ia terima. Bagi siapapun yang berkenan untuk mengumrohkan bu Sandra dapat menghubungi Mualaf Center Nasional Aya Sofya. Mari berdoa agar kita senantiasa istiqomah dengan Islam.


Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

SURABAYA: Pesantren JEHA Dolly. Jl. Putat Jaya No. 4B, Putat Jaya, Kota Surabaya.

DEPOK: Jl. Tugu Raya No. 8 Kelapa Dua Cimanggis, Depok.


Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.