
Tabiat Bani Israil yang selalu bengkok pada kesesatan
Sebelumnya, Bani Israil dipimpin oleh Yusya’ bin Nun a.s, yang membawa mereka ke wilayah Palestina (tanah suci) dan membagi wilayah itu kepada dua bagian sampai beliau wafat. Setelah beliau wafat, keadaan Bani Israil seperti kambing tanpa pengembala selama 356 tahun lamanya. Dengan demikian tersebarlah dikalangan mereka kemaksiatan, kemungkaran, dan hilangnya syariat Allah dengan tersebarnya dikalangan mereka Agama Watsaniah.
Agama Watsaniah adalah kepercayaan terhadap berhala dengan mempersonifikasikan Tuhan dalam bentuk patung-patung sembahan dan anggapnya sebagai perantara dengan Tuhan. Mereka percaya akan Tuhan Yang Esa, namun mereka juga meyakini adanya roh-roh penguasa yang di anggap dan diperlakukan sebagai Tuhan.
Dalam keadaan demikian mereka dijajah oleh bangsa Amaliqah, Aramiyun, bangsa Palestina, dan lainnya. Selama berperang dengan bangsa-bangsa tersebut mereka hampir memperoleh kemenangan. Ibnu Jarir berkata dalam tarikhnya: “Kemudian keadaan bani Irail makin menjadi-jadi, dan mereka membunuh para nabi sehingga Allah jadikan pemimpin mereka dari raja-raja yang kejam yang selalu menzalimi mereka dan melakukan pertumpahan darah mereka”.
Kemudian Allah mengutus kepada bani Israil seorang nabi yang namanya Syamwil dan ahli kitab menyebutnya dengan nama Shamwil. Lantas mereka meminta kepadanya agar Allah memberikan seorang raja dari kalangan mereka untuk memerangi musuh-musuh. Adapun diantara urusan mereka adalah sebagaimana yang dikisahkan Allah dalam firmannyanya berikut:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖ قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.
(Al-Baqarah: 246)
Muhammad Ali al-Shabuni dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: ”tidaklah sampai kepadamu wahai Muhammad berita kaum dari kalangan Bani Israil dan setelah wafat Musa a.s ketika berkata kepada nabi mereka (Syam’un) tentukan kepada kami amir (komandan) untuk memerangi musuh kami di jalan Allah. Lantas nabi mereka menjawab: ”Saya takut Allah akan mewajibkannya kepada kalian kemudian kalian tidak memerangi musuh kalian bahkan tidak mau mendekati mereka.”
Sayyid Quthub mengatakan bahwa Bani Israil meminta kepada nabi mereka untuk menentukan seorang raja yang mana mereka akan berjihad di jalan Allah di bawah perintahnya. Ini menunjukkan tentang kuatnya akidah dalam dada mereka dan kebangkitan iman dalam diri mereka. Mereka merasa bahwa sesungguhnya mereka adalah ahli agama, akidah, dan penegak kebenaran.
Sedangkan musuh-musuh mereka merupakan berada di atas kesesatan, kekufuran, dan kebatilan. Nampak dengan jelas di depan mereka jalas menuju jihad di jalan Allah. Mereka berkata kepada nabi mereka: ”Bagaimana kami tidak berjihad, bukankah mereka telah merampas tanah kami dan mencaci maki anak-anak kami.
Akan tetapi setelah perintah datang dari Allah, mereka membantahnya dan merasa takut untuk menghadapi musuh. Menurut Muhammad Quthub begitulah sifat Bani Israil yang selalu mengingkari janji kecuali sebagian kecil dari mereka yang konsisten dengan janjinya. Nabi mereka telah menjadikan kepada mereka seorang raja berdasarkan perintah Allah, yakni Thalut. Maka dia memimpin mereka dengan semua kekuasan dan kekuatan yang dia miliki, akan tetapi Bani Israil tidak mau tunduk kepadanya.
Imam Qurthubi mengatakan: “begitulah tabiaat mereka. Kalau musuh datang kepada mereka, mereka menjadi pengecut untuk menghadapi musuh”. Allah memberi ancaman atas kedlaliman mereka dan bermaksiat kepada-Nya.
Ketika Thalut menjadi Raja Bani Israel
Thalut telah menjadi raja bani Israil dan berhasil mendapat dukung dengan mendatangkan Tabut yang telah mereka pertentangkan diantara mereka. Dalam keadaan demikian maka Thalut memilih tentara yang kuat-kuat dan pemberani untuk menghadapi musuh bersamanya.
Dalam perjalanan mereka mendapat cobaan dari Allah dalam perjalanan darat ketika melewati sungai mereka dilarang meminum air sungai kecuali kecuali mengambil air satu jur’ah (jerigen) untuk membasahi badan, sebagai ujian kepada mereka dari pimpinan mereka Thalut. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ ۚ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al-Baqarah: 249)
Menurut Al-Sadiy tentara Thalut pada awalnya berjumlah 80 ribu orang, namun setelah menghadapi ujian tersebut yang tersisa dari tentara Thalut hanya 319 serdadu. Dengan jumlah sedikit itu mereka melakukan perlawanan terhadap kelompok watsaniyah (penyembah berhala) di Palestina yang dipimpin oleh Jalut dan dia sangat berani menghadapi musuh.
Jalut meminta salah seorang dari mereka untuk datang kepadanya, maka datanglah seorang anak kecil yang bernama Daud dari keturunan Yahudla. Tidak seorangpun menyangka bahwa seorang anak kecil akan mengikuti peperangan. Ketika dia masuk dalam rombongan itu, dia mendapatkan hinaan dan diejekan dari Jalut dengan berkata: “kembali! Aku tidak suka anak kecil seperti kamu ikut berperang”.
Tetapi Daud menjawab: “Akan tetapi aku suka membunuhmu”. Kemudian terjadilah perkelahian yang pada akhirnya dia mampu membunuh Jalut. Kemenangan diperoleh Daud a.s. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
Artinya: Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
(QS. Al-Baqarah: 251)
Ayat memberitakan tentang kekuatan yang Allah berikan kepada Daud ketika dia masih kanak-kanak. Beliau mampu membunuh Jalut atas izin Allah dan dianugrahkan kekuasaan dan hikmah, serta Allah ajarkan kepadanya apa saja yang dikehendakinya. Semenjak saat itu nama Daud tersebar di tengah-tengah kaum Bani Israil.
Allah mengangkat Daud as. sebagai Rasul sekaligus Raja untuk Bani Israil
Mereka bersatu kembali semenjak wafatnya Thalut dan beramai-ramai membaiat atau memberi dukungan kepada Daud dan mengangkatnya sebagai raja mereka. Menurut Ali al-Shabuni umur Daud ketika itu tidak lebih dari 30 tahun. Dia memimpin rakyatnya dengan penuh keadilan dan memberi hak yang sama kepada rakyatnya. Ketika beliau mencapai umurnya 40 tahun, Allah Ta’ala mengangkatnya menjadi seorang Rasul sekaligus Raja untuk Bani Israil.
Daud menjalankan syariat Taurat pada Bani Israil sampai Allah menurunkan kepadanya kitab Zabur sebagai salah satu kitab samawiyah yang empat. Didalamnya terdapat nasihat-nasihat, pelajaran, dan dzikir. Allah juga memberinya ilmu dan cara-cara berdakwah. Kemenangan demi kemenangan terjadi di tangannya dengan demikian Allah angkat Bani Israil dari kehinaan.
Daud a.s adalah salah seorang nabi yang berasal dari Bani Israil, para Ahli kitab menyebutkan bahwa nasabnya secara terperinci dalam kitab-kitab mereka dan mereka sepakat silsilah atau nasabnya adalah Daud bin Yahuza bin Ya’qub a.s (Israil) bin Ishaq bin Ibrahim a.s. Sebagaimana berfirmanNya berikut ini:
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
Artinya: “Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud”. (QS. Al-Isra’: 55)
Daud a.s diilhami dengan suara yang sangat merdu sehingga Nabi Muhammad sangat mengagumi keindahan suaranya. Allah juga memberi kelebihan-kelebihan kepadanya, seperti: gunung-gunung bertasbih besamanya, burung-burung berhenti ketika mendengar Daud a.s melantunkan ayat-ayat Zabur, mampu melunakkan besi, dan kelebihan-kelebihan lainnya.
Daud a.s dalam hidupnya membagi waktunya untuk beribadah, menjadi qadhi untuk berdakwah dan memberi petuah-petuah, dan juga menggunakan waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Demikianlah kehidupan sehari-hari beliau sampai menemui ajalnya ketika mencapai umur beliau 100 tahun. Sedangkan menurut Ahli Kitab beliau wafat pada umur 77 tahun.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-Nya dengan cara belajar agama Islam. Bersama Mualaf Center Banyuwangi dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Kami siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Rekomendasi Artikel:
- Kajian Keislaman Mualaf Center Denpasar: Mengapa Ibadah Harus Dipaksa ?
- Kajian Kristologi Mualaf Center Riau: Yesus Akan Dihakimi Oleh Bapa Di Hari Kiamat Karena Mengaku Tuhan
- Lelang Dakwah Pembebasan Lahan Masjid Terpadu Aya Sofya Kota Malang
- Kajian Kristologi Mualaf Center Merauke: Bukan Dari Tuhan, Inilah Agama Berkembang Budaya
- Kajian Keislaman Mualaf Center Demak: Belajar Dari Kisah Unta
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
KANTOR PUSAT SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2
No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
KANTOR PUSAT MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PASURUAN: Mualaf Center Nasional Aya Sofya Pasuruan – Griya Kebun Jaya Kav. 64 Kota Pasuruan, Jawa Timur
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
BOGOR: Komplek Kehutanan Cikoneng, No. 15, Ciomas, Bogor.
DEPOK: Jl. Tugu Raya No. 8 Kelapa Dua Cimanggis, Depok.
BEKASI: SAHABAT YAMIMA, Jl. Batu Giok II No. 110 B, Bojong Rawalumbu, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa barat, Kode Pos 17116
TANGERANG: Vila Pamulang Blok CE 1 no 3, RT 02 RW 17, Pondok Benda, Tangerang Selatan.
MANADO: Jl. Pumorow, Kel. Banjer Lingkungan 1 No. 97, Kec. Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara, Kode Pos 95125.