KAJIAN KEISLAMAN MUALAF CENTER AMLAPURA: AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Al-Qur’an mengantarkan kita pada jalan yang paling benar, oleh karena itu seseorang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an akan menjadi yang terbaik dalam segala hal. Jika mempelajari akhlak dalam Al-Qur’an maka akan menjadi orang yang terbaik dalam akhlaknya. Dan jika mempelajari sisi apapun dalam Al-Qur’an maka dia akan menjadi yang terbaik karena Al-Qur’an memberi petunjuk pada jalan yang terbaik.

Kita tauh bahwasanya Al-Qur’an adalah pedoman dalam kehidupan kita. siapapun yang semakin dekat dengan Al-Qur’an maka dia semakin bahagia dan berada di jalan yang lurus, sebaliknya siapa yang jauh dari Al-Qur’an maka hidupnya akan jauh dari kebahagiaan. Diturunkannya Al-Qur’an tidak akan membuat susah dan justru akan membuat hidup menjadi lebih bahagia seperti firman-firman Allah berikut ini:

( ) طٰهٰ .ۙ(١) مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓى
Artinya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. (QS. Thaha: 1-2)

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS. Al-Isra’: 9)

Kita akan bahas kaidah-kaidah yang berkaitan dengan amalan-amalan keseharian yang mungkin telah kita lalaikan. Kaidah yang sempurna karena diturunkan oleh Tuhan yang menciptakan alam semesta ini yang lebih tauh mengenai makhluk ciptaannya. Diantara yang mempraktekan Al-Qur’an adalah Nabi Muhammad, sehingga akhlak Rosulullah adalah Al-Qur’an.

Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah Alquran.” (HR Muslim).

Berikut ini adalah pedoman atau kaidah-kaidah kehidupan yang sesuai dengan syari’at dalam Al-Qur’an:

1. Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (QS.Al-Baqarah: 83)

Kaidah ini mengajarkan kita untuk berkata-kata yang baik kepada manusia secara umum mencakup kaum muslimin (orang-orang beriman), orang-orang kafir, pelaku maksiat, pelaku bid’ah, dan lainnya karena Allah mengatakan “وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ ” artinya “katakan kepada manusia” sehingga itu berlaku bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Dalam berinteraksi dengan banyak orang kita dianjurkan bertutur kata yang baik, tersenyum, tidak perlu meninggikan suara, dan tidak menyindir atau menyakitkan hati orang lain.

2. Berprasangkan baik kepada Allah

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: …. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216)

Kadang sebagai manusia terlalu berlebihan jika berhadapan dengan sesuatu yang dibenci atau disukai, Padahal bisa jadi suatu hal yang dibenci dapat membawa kebaikan bagi dirinya sendiri. Dari ayat ini kita sesungguhnya diajarkan untuk selalu husnudzon kepada Allah (Berprasangkan baik kepada Allah). Kalau kita bertaqwah dalam menghadapi musibah dengan sesuatu yang kita benci maka yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, bisa jadi Allah datangkan suatu kebaikan kepada kita dalam bentuk perkara yang tidak disukai.

Sebagai contoh yang telah kita ketahui dalam Al-Qur’an tentang kisah Nabi Musa, Nabi Yusuf, kisah perang Badar, dan masih banyak lagi. kaidah ini mengajarkan kita untuk senantiasa husnudzon kepada Allah, tetapi akan sulit terjadi kecuali kita melakukannya sesuai prosedur. Jika mendapat ujian dihadapi dengan sabar, bertawakal kepada Allah, hanya mengeluh kepada Allah bukan ke orang lain.

Kalau kita mengikuti prosedur saat diberi cobaan, InsyaAllah endingnya akan baik. Lain lagi jika menyalahkan Allah atas musibah yang dihadapi, maka musibah itu akan menjadi hukuman bagi kita. Barang siapa yang bertaqwah kepada Allah maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya.

3. Berinteraksi sosial sesuai syariat

وَإِن طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِن قَبْلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّآ أَن يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَا۟ ٱلَّذِى بِيَدِهِۦ عُقْدَةُ ٱلنِّكَاحِ ۚ وَأَن تَعْفُوٓا۟ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنسَوُا۟ ٱلْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Baqarah: 237)

Dari ayat ini ada dua hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni: Al-Muamalahtul bil fadl (bermu’amalah dengan yang terbaik meskipun orang tersebut tidak mempunyai jasa kepada kita) hal ini bisa kita lakukan pada tetangga yang tidak memiliki jasa bagi kita atau jasanya kecil, dan kepada siapa saja yang kita temui. Saat kita berbuat baik bagi mereka tentu Allah maha melihat apa yang dilakukan hamba-hambanya, mungkin orang lain tidak tauh saat kita berbuat baik, tapi Allah akan selalu tauh segala perbuatan yang kita lakukan.

Demikian jika kita marah dengan seseorang maka ingatlah kebaikan-kebaikan orang tersebut sehingga tidak membuat kita memiliki dendam berlarut-larut dan menjadikan kita pribadi yang mudah memaafkan. Kalau bisa kita balas kebaikan dengan keburukan maka itu akan membuat kita lebih bahagia dan memudahkan kita untuk masuk surga.

4. Jujur pada diri sendiri dalam memilih pendapat

( ) بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ ( ) وَّلَوْ اَلْقٰى مَعَاذِيْرَهٗۗ
Artinya: Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (QS. Al-Qiyamah: 14-15)

Pada saranya ayat ini berkaitan dengan kondisi pada hari kiamat kelak, ketika manusia dibangkitkan kemudian dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan Allah mereka menyampaikan alasan-alasan, tapi Allah benar-benar mengatahui bahwa mereka sebenarnya tauh jika semasa hidupnya telah melakukan kesalahan.

Kaidah ini berkaitan dengan jiwa seseorang dan Allah menyuruh kita untuk menyucikan jiwa kita. Saat kita berinteraksi dengan jiwa kita haruslah jujur, meskipun kita pandai menyangkal, sesungguhnya manusia itu lebih tauh tentang dirinya.

Kaidah ini berkaitan dengan cara menyikapi jiwa sendiri, kita bersikap jujur pada diri kita sendiri sebelum berinteraksi dengan orang lain. Dalam menyikapi suatu dalil, jiwa kita cenderung terpengaruh dengan dua hal yakni hawa nafsu dan kepentingan. Terkadang ada dalil yang menyatakan haram tapi kita berusaha untuk tidak mengharamkannya, kita berusaha memakruhkan dan memalingkannya.

Bahkan memutar balikan perkataan ulama karena tidak sesuai dengan hawa nafsu kita, tapi setiap manusia lebih tauh tentang dirinya sendiri meskipun ia dapat mengutarakan dalil-dalilnya tapi dalam dirinya telah tauh bahwa itu haram .

Begitu pula jika tidak sesuai dengan kepentingan seperti saat bermuamalah dengan sikap yang diambil dari kekhilafan para ulama atau pendapat yang nyeleneh dia lebih mendahulukan nafsunya dan tidak jujur pada dirinya sendiri. jadi janganlah kita mentarjih atau memilih pendapat berdasarkan hawa nafsu.

5. Sungguh merugi orang yang berdusta

قَالَ لَهُم مُّوسَىٰ وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُم بِعَذَابٍ ۖ وَقَدْ خَابَ مَنِ ٱفْتَرَىٰ
Artinya: Berkata Musa kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.
(QS. Thaha: 61)

Kaidah ini datang dalam kisah Nabi Musa ketika ditantang oleh Fir’aun untuk melawan penyihir-penyihirnya dan Nabi Musa menasehati mereka dengan ayat diatas, bahwa mereka sebenarnya dalam kerugian besar karena telah berada dalam kedustaan. Dalam ayat ini Allah telah menjamin bahwasanya tidak akan ada keberuntungan bagi orang yang pendusta, Allah akan memberinya sebuah kerugian-kerugian kepadanya, dan Allah tidak akan memberi petunjuk. Kedustaan dalam hal ini dapat bermakna syirik, bohong, dan zalim.

Hal ini juga termasuk berbohong atas nama Allah, berbohong atas nama Nabi, dan juga mencakup berbohong yang berkaitan dengan hak orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama bahwa kejujuran adalah keselamatan meskipun kejujuran menjadikan seseorang terpuruk tapi sebenarnya kejujuran adalah keselamatan. Meski seseorang tidak selamat di dunia yang terpenting adalah mendapatkan keselamatan di akhirat, asalkan berlaku jujur.

Begitu pula sebaliknya jika berdusta mungkin tersehiat seperti hal yang menyelamatkannya dan menjadi keberuntungan sementara di dunia tapi sesungguhnya akan mendapatkan kerugian di dunia sebelum di akhirat, dan terlalu banyak contoh kasus mengenai hal ini. Salah satunya seperti dalam perdagangan, jika penjual tidak jujur maka akan dicabutnya keberkahan dari hasil perdagangannya.

6. Damai itu lebih baik

وَإِنِ ٱمْرَأَةٌ خَافَتْ مِنۢ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَٱلصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ ٱلْأَنفُسُ ٱلشُّحَّ ۚ وَإِن تُحْسِنُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An Nisa’ : 128)

Damai adalah hal yang baik, tapi semuanya penuh dengan pengorbanan. Allah menjelaskan bahwa jiwa itu dihadiri rasa pelit, banyak orang yang ketika damai tidak terpenuhi damainya karena banyak orang yang ingin bahwa haknya terpenuhi dengan seutuhnya. Jika kita ingin damai maka akan ada hak-hak kita yang harus kita jatuhkan. Ketidak terjadinya suatu perdamaian karena masing-masing orang mempunyai ego, ingin haknya di penuhi, ingin mendapatkan kebenaran, dan semua kesalahan ditimpahkan kepada pihak lainnya. Jadi harus berlapang dada dan diniatkan karena Allah.

Tapi jika kita lebih mengedepankan ego dan tidak ingin mengalah, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Ada waktunya kita mengalahkan ego kita karena Allah yang menyuruh kita. Bahkan sebagian ulama berfatwah kalau kita ingin mendamaikan kita harus mengeluarkan duit jika menghadapi masalah yang bersifat duniawi dan itu boleh menggunakan uang zakat dengan tujuan mendamaikan diantara kaum muslimin, terutama jika perdamaian tersebut diantara kabilah yang membutuhkan banyak biaya karena perdamaian diantara kaum muslimin sangat penting baik itu skala kecil atau besar.

Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-Nya dengan mengajak belajar agama Islam. Seorang ulama berpesan kepada kami: “Berbuat baik jangan diborong semua sendirian. Tapi ajak yang lainnya juga ” Maka dari itu, sejatinya kami mengajak seluruh masyarakat untuk bersama berdakwah dan mensyi’arkan agama Islam hingga ke pelosok negeri bersama dengan MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Imran: 85)


Rekomendasi Artikel:


Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

SURABAYA: Pesantren JEHA Dolly. Jl. Putat Jaya No. 4B, Putat Jaya, Kota Surabaya.

DEPOK: Jl. Tugu Raya No. 8 Kelapa Dua Cimanggis, Depok.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.