USTADZ DAYAK DARI KATOLIK: MENERJEMAHKAN AL QURAN BAHASA DAYAK DAN RIBUAN ORANG SYAHADAT

Ustaz Muhammad Damanhuri, atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai “Ustaz Dayak”. Sebuah julukan yang tak sembarangan, sebab beliau berasal dari suku Dayak, latar belakang Katolik, dan kini menjadi pejuang Islam yang telah mengislamkan sekitar 16.000 orang Dayak. Artinya, selama beliau menjadi pejuang Islam, dia telah membuat ribuan orang syahadat dengan pengetahuan yang dia miliki.

Tidak hanya itu, Ustaz Muhammad Damanhuri juga tercatat sebagai sosok penting di balik proyek besar: menerjemahkan Al-Qur’an 30 juz ke dalam bahasa Dayak, sebuah capaian luar biasa yang mengingatkan pada misi-misi penerjemahan Alkitab ke berbagai bahasa lokal di Nusantara. Proyek penerjemahan ini disahkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2015, meski pencetakannya sangat terbatas. Saat ini, di tangan Ustaz Damanhuri hanya tersisa satu eksemplar sebagai bukti sejarah yang hidup.

Perjalanan Awal: Dari Katolik ke Cahaya Islam

Ustaz Muhammad Damanhuri, yang sebelumnya bernama Hose Andreas Damsik, lahir di Desa Muun, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat pada 14 Desember 1984. Desa tersebut hingga kini masih terisolasi, belum memiliki akses listrik, dan jalan-jalannya masih berlumpur berat, mencerminkan betapa kerasnya medan tempat beliau dibesarkan.

Lahir dan besar dalam keluarga Katolik yang taat, Ustaz Damanhuri sangat aktif dalam kegiatan gereja. Bahkan, kakak kandung beliau adalah seorang pastor Katolik, yang membuat perjalanan spiritualnya semakin menarik. Kedekatan dengan dunia gereja membuat beliau sejak kecil akrab dengan pelayanan keagamaan.

Namun, takdir Allah berkata lain. Hidayah datang menghampirinya, dan setelah melalui proses panjang penuh pencarian dan perjuangan batin, beliau memutuskan untuk memeluk Islam. Sebuah keputusan yang berat, namun penuh keyakinan.

Misi Besar: Menerjemahkan Al-Qur’an ke Bahasa Dayak

Salah satu pencapaian monumental Ustaz Damanhuri adalah proyek penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Dayak. Pada tahun 2015, setelah melalui proses yang panjang dan rumit di Kementerian Agama Republik Indonesia, lahirlah Al-Qur’an terjemahan berbahasa Dayak. Namun, cetakan Al-Qur’an tersebut sangat terbatas karena kendala dana, sehingga hanya satu eksemplar yang tersisa di tangan beliau saat ini; selebihnya telah dibagikan kepada mualaf-mualaf di pedalaman Kalimantan Barat.

Dalam penerjemahan ini, beliau menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait pemilihan istilah keagamaan. Awalnya, untuk kata “Allah”, beliau menggunakan istilah “Jubata”, sebutan umum untuk Tuhan dalam tradisi Dayak. Namun, setelah mendapat banyak masukan, akhirnya beliau memutuskan untuk tetap menggunakan istilah “Allah” demi menjaga kemurnian ajaran Islam.

Begitu pula untuk kata “shalat”, beliau tidak menggunakan padanan “sembahyang” meskipun dalam bahasa Dayak lebih familiar, melainkan tetap mempertahankan istilah asli “shalat”. Pendekatan ini menunjukkan betapa hati-hatinya beliau dalam menjaga akidah saat melakukan proses penerjemahan. Bahkan penerjemahan yang seperti ini justru mampu membantunya mengajak ribuan orang untuk syahadat.

Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia dan PDMI

Kini, Ustaz Damanhuri memimpin Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia dan juga Lembaga Majelis Taklim Mualaf Kalimantan Barat, serta membentuk Persatuan Dayak Muslim Indonesia (PDMI). Berkat dedikasinya, jaringan dakwah di Kalimantan Barat terus berkembang, bahkan hubungan internasionalnya menjulang, termasuk pertemuannya dengan Raja Brunei Darussalam.

Aktivitas dakwah Ustaz Damanhuri bukan tanpa rintangan. Medan dakwah di Kalimantan Barat terkenal berat. Selain geografis yang sulit, hutan lebat, jalan berlumpur, sungai deras, tantangan sosial dan budaya pun sangat besar.

Masyarakat luar sering salah kaprah memandang suku Dayak, mengaitkannya dengan stigma negatif. Namun, Ustaz Damanhuri menegaskan bahwa suku Dayak bukanlah suku pemakan manusia seperti yang diduga orang-orang, melainkan masyarakat yang bermartabat dan beradat kuat.

Menurut beliau, berdakwah di Kalimantan Barat membutuhkan ketahanan fisik yang kuat, keberanian, kesabaran, dan tentu saja, strategi dakwah yang bijaksana. Pendakwah tidak boleh terlalu menonjolkan identitas luar yang bisa memicu ketersinggungan. Mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan adat istiadat lokal, tanpa kompromi terhadap prinsip-prinsip Islam.

Dakwah di Tengah Tantangan Pedalaman

Dakwah di Kalimantan Barat bukan perkara mudah apalagi sampai membuat ribuan orang mengucap syahadat. Ustaz Damanhuri menuturkan bahwa banyak orang dari luar, terutama ketika pertama kali mendengar tentang suku Dayak, memiliki persepsi negatif,  bahkan ada yang menyangka suku Dayak “makan orang”. Padahal itu hanyalah mitos yang jauh dari kenyataan.

Di pedalaman, kondisi geografis sangat berat. Jalan berlumpur, harus menyeberangi sungai, hingga minimnya fasilitas dasar membuat dakwah menjadi perjuangan fisik dan mental yang luar biasa. Bahkan, beliau menuturkan bahwa banyak rekan-rekan dai dari luar daerah, seperti dari Sunda atau Bogor, yang akhirnya menyerah karena tidak kuat menghadapi medan dan tekanan sosial.

Bagi Ustaz Damanhuri, kunci sukses dalam dakwah pedalaman adalah ketahanan fisik, kekuatan mental, dan kedekatan spiritual dengan Allah. Beliau menekankan bahwa jika seseorang mampu bertahan lama di Kalimantan Barat dalam misi dakwah, barulah layak disebut sebagai “Ustaz sukses”.

Menjaga Identitas Dayak dalam Islam

Satu hal unik dari perjalanan dakwah Ustaz Damanhuri adalah komitmennya untuk tetap mempertahankan identitas suku Dayaknya meskipun telah memeluk Islam. Beliau menolak pandangan keliru bahwa orang Dayak yang masuk Islam harus berubah menjadi “Melayu”. Meskipun beliau masuk Islam dan keberhasilannya membuat ribuan orang untuk syahadat, beliau tetap memegang teguh identitasnya sebagai suku dayak.

Untuk menegaskan hal ini, beliau selalu menggunakan pakaian adat Dayak saat berdakwah. Koko khas Dayak, kopiah Dayak, celana adat Dayak,  semua dipakai saat menyampaikan dakwah, bahkan dalam kegiatan internasional sekalipun.

Beliau memiliki sekitar 27 setel pakaian adat Dayak yang khusus disiapkan untuk berdakwah. Tentunya, beliau selektif memilih motif batik yang tidak bergambar makhluk hidup seperti dewa-dewa, sesuai dengan syariat Islam.

Dengan cara ini, beliau menunjukkan kepada masyarakat bahwa memeluk Islam tidak berarti kehilangan jati diri budaya. Islam hadir untuk menyempurnakan fitrah manusia tanpa menghapus identitas suku dan budaya selama tidak bertentangan dengan ajaran tauhid.

Tantangan dan Ancaman Nyawa

Dalam perjalanan dakwahnya, Ustaz Damanhuri menghadapi berbagai ancaman serius. Beliau beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan. Dalam satu kisah, beliau menceritakan bahwa saat pulang dari misi dakwah, beliau dihadang oleh sekelompok pemuda yang berniat mencelakainya. Bahkan ada kejadian di mana beliau hampir ditembak.

Tidak hanya itu, penolakan keras juga datang dari sebagian keluarga besarnya sendiri. Ada rasa kecewa mendalam di kalangan keluarga Dayak-nya ketika beliau memeluk Islam, karena perubahan agama seringkali dianggap sebagai bentuk “pengkhianatan” terhadap tradisi leluhur.

Namun semua itu tidak menyurutkan langkah beliau. Dengan penuh kesabaran dan tawakal, beliau terus melangkah, meyakini bahwa pertolongan Allah akan selalu menyertai perjuangan suci ini.

Kebanggaan dalam Keterbatasan

Meskipun dakwah beliau berlangsung dalam keterbatasan (medan berat, dana minim, hingga ancaman nyawa), Ustaz Damanhuri merasa sangat puas dan bahagia. Baginya, keberhasilan bukan diukur dari kemewahan fasilitas, melainkan dari sejauh mana perjuangan menegakkan kalimat Allah di tempat-tempat yang belum tersentuh dakwah.

Beliau sangat menikmati setiap tantangan, mulai dari harus melewati sungai berlumpur, mengarungi hutan lebat, hingga berdakwah dalam kondisi cuaca ekstrem. Semua dilakukan dengan penuh keikhlasan, semata-mata mengharapkan ridha Allah.

Harapan dan Cita-cita

Kini, sebagai seorang calon doktor, Ustaz Muhammad Damanhuri berharap dapat melahirkan lebih banyak generasi pendakwah yang tangguh. Ia ingin membangun sistem dakwah di Kalimantan Barat yang kokoh, yang tidak hanya bergantung pada dirinya pribadi, tetapi juga melibatkan banyak dai muda dari berbagai penjuru nusantara.

Beliau juga bermimpi memperbanyak Al-Qur’an terjemahan Dayak dan menyebarkannya ke seluruh pedalaman Kalimantan. Dengan demikian, lebih banyak masyarakat Dayak akan dapat memahami Islam dalam bahasa ibu mereka sendiri, sehingga dakwah dapat lebih mudah diterima dan dipahami.

Lebih jauh, Ustaz Damanhuri ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Islam dan budaya lokal bisa berjalan seiring. Ia ingin menghapus stigma bahwa memeluk Islam berarti harus kehilangan jati diri budaya.

Perjalanan hidup Ustaz Muhammad Damanhuri adalah kisah nyata tentang perjuangan, kesabaran, dan komitmen luar biasa terhadap dakwah Islam di pedalaman Indonesia. Dari seorang pelayan gereja Katolik, ia bertransformasi menjadi cahaya Islam yang membuat ribuan orang mengucapkan syahadat.

Dengan segala keterbatasan, tantangan, dan ancaman, beliau membuktikan bahwa dakwah sejati tidak hanya butuh ilmu, tetapi juga butuh keteguhan hati, keberanian, serta cinta tanpa batas terhadap agama Allah.

Semoga Allah senantiasa menjaga beliau, memperluas jalan dakwahnya, dan menjadikannya inspirasi bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal Alamin.

Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA

Ribuan orang syahadat


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.

TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416

BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat 17114

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.