ORANG ISLAM MEMBUAT PETINGGI GEREJA MENANGIS

Cerita ini bermula dari kegiatan berbagi Mualaf Center Aya Sofya di hari Idul Adha. Kegiatan yang dimaksudkan untuk membangun kerukunan antar umat beragama antara Islam dengan Katolik maupun dengan Protestan. Kegiatan ini bukan dimaksudkan untuk menarik banyak orang untuk masuk ke dalam Islam, tapi murni untuk menjaga kerukunan dan berbagi keindahan Idul Adha. Acara Kurban ini bahkan dihadiri oleh petinggi dari Katolik maupun Kristen itu sendiri. Harapannya adalah, semoga ke depannya umat beragama di Indonesia tetap hidup rukun berdampingan tanpa permusuhan.

Dalam pembukaan kali ini, Ustadz Ipung Atria menjelaskan bahwa saingan dari Gereja dan Masjid bukanlah satu sama lain, melainkan hiburan malam yang kerap menjadi tempat pelampiasan anak-anak muda zaman sekarang. Hal yang membuat Masjid maupun Gereja kalah adalah,tempat hiburan malam selalu terbuka 24 jam. Berbeda dengan masjid dan Gereja selau ditutup jika sudah larut malam. Harusnya Gereja maupun Masjid harus tetap terbuka 24 jam untuk melayani masyarakat dan menjadi tempat mengadu bagi orang-orang yang ingin datang pada Allah.

Ustadz Ipung Atria menceritakan seorang pemuda yang keluar dari tempat hiburan malam sekitar jam 1 malam. Pemuda yang menyadari dosanya dan hendak bertaubat pada malam itu itu juga. Dia berlari menuju masjid dengan niat untuk mengubah dirinya. Sayangnya, masjid tersebut telah tutup membuat pemuda tersebut merasa putus asa. Pemuda tersebut takut bahwa dia tidak akan diterima taubatnya oleh Allah lagi. Kemudian dia berlari ke arah Gereja yang dimana Gereja tersebut juga tutup. Seolah niat baiknya tak diterima oleh kedua tempat yang ingin dia jadikan sebagai tempat untuk mengubah dirinya, dia akhirnya merasa tempat yang cocok untuknya hanyalah tempat hiburan malam. Dia merasa Tuhan tidak akan menerima taubatnya lagi untuk itu dia mengurunkan niat untuk bertaubat. Itulah sebabnya mengapa Masjid dan juga Gereja kalah dengan tempat hiburan malam.

Jika membicarakan tentang perbedaan, umat Islam, Kristen dan Katolik tidak akan ada habis-habisnya dengan persoalan itu. Satu hal yang menyatukan umat Islam, Kristen dan juga Katolik adalah mereka sama-sama berasal dari Abraham atau yang dikenal sebagai bapak dari para nabi. Abraham juga disebut dengan Ibrahim di Al-Qur’an.

Ibrahim menjadi teladan bagi orang Islam untuk mengadakan acara berkurban. Berkurban yang diawali dengan dua perbedaan cerita, dimana Islam mempercayai bahwa yang dikorbankan oleh Ibrahim untuk dipersembahkan kepada Allah adalah Ismail, sementara orang Kristen percaya bahwa yang dikorbankan adalah Isak. Tapi pada akhirnya, satu pun diantara mereka tidak ada yang menjadi kurbasn. Nabi Ibrahim menggantikan posisi itu dengan domba yang berasal dari malaykatnya Allah.

Ustadz Ipung Satria memulai cerita tentang Nabi Ishak, Yakub, dan Esau. Kisah yang sudah ribuan tahun bersemayam dalam kitab-kitab langit. Tentang sup kacang merah yang ditukar dengan hak kesulungan, tentang pergulatan Yakub dengan malaikat hingga ia diberi nama baru: Israil. Tentang bagaimana hingga hari ini, orang Yahudi tak makan daging paha karena sebuah luka suci di masa lalu. Kisah-kisah itu tidak disampaikan sebagai ajaran tunggal, tetapi sebagai “oleh-oleh” hikmah yang bisa dibawa pulang untuk anak-anak, untuk mengajarkan bahwa akar dari semua ini adalah satu: Ibrahim, sang ayah para nabi.

Hari itu, hewan-hewan kurban pun disalurkan. Kambing dan sapi dari para donatur dari berbagai penjuru negeri bahkan luar negeri diserahkan dengan penuh ketulusan. Dagingnya tak hanya untuk Muslim, tapi juga untuk saudara-saudara non-Muslim. Karena lapar tidak mengenal agama, dan kasih tidak mengenal batas.

Lalu cerita yang diakhiri dengan salam kemudian dilanjutkan dengan momen yang paling menyentuh, yang terjadi saat seorang ibu dari umat Kristen berdiri, suaranya pelan dan bergetar. Ia menahan air mata saat menceritakan bahwa dalam keluarganya, ada Islam, ada Katolik dan ada Kristen.

“Kami sudah terbiasa saling membantu. Jika ada yasinan, saya yang masak. Jika saya ada sembahyangan, mereka yang bantu masak. Kami tak melihat perbedaan, kami hanya tahu bahwa kami satu keluarga,” ucapnya, dengan suara nyaris pecah.

Ia tak datang sebagai pejabat, bukan juga tokoh gereja. Ia hanya seorang ibu biasa, yang setiap hari bekerja sebagai guru di sekolah negeri. Namun dari tutur katanya, kita tahu bahwa ia adalah perempuan dengan hati yang luar biasa luas. Dengan sabar, ia menjelaskan bahwa di sekolahnya, ia bertugas mendidik anak-anak dari berbagai agama. Ia tak pernah membedakan kasih sayang kepada murid Muslim, Katolik, atau Kristen. Semua dipeluk dengan cinta yang sama.

Ibu itu mengutarakan ketulusannya di depan para undangan. “Saya membaca doa Al-Fatihah bersama anak-anak Muslim saya setiap hari Jumat, saya ajarkan mereka doa makan, Allahumma bariklana… bukan karena saya mengubah iman saya, tapi karena saya ingin mereka merasa diterima, dihormati. Tapi karena saya ingin mereka tumbuh dalam suasana damai, bukan curiga.”

“Saya tidak pernah mengajarkan anak-anak untuk membenci agama lain. Saya justru mengajarkan mereka untuk menyayangi siapa pun, apa pun agamanya. Karena kelak mereka akan hidup berdampingan. Bukan dalam gelembung keyakinan sendiri, tapi dalam keberagaman”, ucapnya derngan matanya yang berkaca-kaca dan suara yang bergetar.

Diamnya membuat suasana di dalam acara menjadi haru dan penuh air mata. Tangis perjuangan seorang ibu dan pendidik yang menjalankan tugasnya tanpa pamrih.

islam dan kristen, islam dan kristen duluan mana, islam dan kristen menikah, islam dan kristen bersaudara, islam dan kristen harus saling, islam dan kristen bersatu, islam dan kristian, islam dan kristen mana yang benar, islam dan kristen lebih tua mana, islam kristen katolik hindu budha konghucu, islam kristen yahudi termasuk agama apa, islam kristen yahudi sering disebut sebagai agama samawi karena, islam kristen katolik dan budha adalah contoh keragaman, islam kristen yahudi, islam kristen katolik, islam kristen katolik hindu dan budha adalah contoh keragaman dalam hal, islam kristen katolik hindu budha dan konghucu, qurban 2025, qurban kornet, qurban 2024, qurban dan aqiqah, qurban sapi untuk berapa orang, qurban atau kurban, qurban adalah
islam dan kristen bersaudara

“Saya tahu, mungkin ini pertama kalinya umat Kristen diundang dalam acara seperti ini. Tapi saya sangat bersyukur. Terima kasih karena sudah membuka pintu selebar ini. Saya yakin, ini bukan akhir. Ini adalah awal. Mari kita jaga ini, mari kita wariskan ini kepada anak cucu kita.” Ujar ibu dari umat Kristen itu sebagai penutup dari kata sambutannya.

Cerita ibu itu tak akan masuk headline media besar. Tapi bagi yang hadir hari itu, ia adalah cahaya. Cahaya kecil di desa sunyi yang memperlihatkan wajah asli Indonesia: ramah, lembut, dan penuh kasih. Dan dalam setiap tangis dan kalimatnya, kita melihat betapa kurban sejati tidak hanya tentang daging, tetapi tentang hati yang rela terbuka.

Masyarakat di Kedung Waru, yang merupakan cerminan dari keragaman Indonesia, terdiri dari penganut agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha yang hidup rukun. “Dasare nopo Pancasila, semua agama dilindungi,” ujar salah seorang perwakilan warga sekitar, menekankan bahwa keutuhan NKRI dan nilai-nilai persatuan tidak terpisahkan dari semangat toleransi dan saling menghormati antarumat.

Pidato tersebut juga menyentuh sisi haru ketika sang pembicara menyatakan betapa pentingnya persatuan dalam menjalankan kegiatan sosial dan keagamaan, sekaligus mengapresiasi berbagai upaya bersama dari masyarakat yang telah mengatur acara dengan sepenuh hati. Ungkapan terima kasih dan doa dipanjatkan agar kegiatan ini membawa keberkahan serta dapat menjadi cikal bakal untuk acara serupa di masa mendatang.

Dalam rangkaian kata penutup, sang pembicara mengajak seluruh warga untuk selalu mengingat dan menjalankan ajaran persatuan yang telah tertanam dalam Pancasila, guna menjaga keutuhan negara serta meningkatkan rasa kebersamaan antarumat. “Mugi Gusti tansah maringi berkah lan kita saged guyub rukun,” ungkapnya dalam bahasa Jawa yang menunjukkan kedalaman rasa dan harapan agar semangat kebersamaan tetap terjaga.

Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.

TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416

BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat 17114

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.