Kisah pendeta masuk Islam, Maxi Deeng S.Th. yang berkeinginan untuk mengganti namanya menjadi Abu Bakar setelah masuk Islam. Sesuai dengan nama mualaf yang diberikan kepada beliau. Beliau masuk Islam di Masjid Istiqomah Balikpapan pada tahun 2014. Beliau mencoba bertanya ke Pengadilan Pusat tapi hasilnya tidak mudah untuk seseorang mengganti nama karena akan berhubungan dengan perubahan nama di KTP, Ijazah, Akte Kelahiran, dan bahkan berhubungan pula dengan urusan anak-anak beliau.
Terlebih lagi beliau memiliki dua anak dari hasil pernikahan sebelumnya, yakni: anak tertua bernama Gracia Vini Deeng sedang berkuliah di kedokteran UNPAD yang meneruskan Koasnya di UNSRAT Manado. Anak kedua bernama Jhosua Deeng yang sedang berkuliah mengambil hukum.
Pada awalnya beliau berpisah dengan Istri sebelumnya bukan karena terjadi suatu kesalahan akan tetapi karena masalah pekerjaan dan saat itu situasi dari keluarga besar yang sudah masuk terlalu jauh. Singkatnya waktu itu, organisasi memutuskan beliau untuk ditugaskan di Papua. Selama di Papua beliau menjalankan tugas kependetaan di Kab. Biak Numfor dan Jayapura.
“Waktu itu saya ditugaskan dengan misionari penerbangan aviation yang ada di Jayapura”. Jelas beliau saat menjelaskan pengalamannya menjadi co-pilot. Membawa pesawat kecil untuk memasuki pedalaman dan mengantarkan berbagai macam obatan, makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya.
Sebagai seorang mantan pendeta dan saat ini sudah masuk Islam. Beliau menjelaskan tentang strategi dakwah. Kelebihan dari misi gereja adalah memiliki aviation yang sebenarnya juga harus diimbangin oleh umat Islam karena untuk dakwah di daerah-daerah terpencil sangat sulit jika hanya mengandalkan kendaraan darat. Terlebih lagi jika menjangkau lokasi yang berada diatas gunung. Beliau di Papua sudah cukup lama ditugaskan di Biak Numfor, Jayapura, Manokwari, dan bahkan sampai ke Timika. Jadi saat itu posisi beliau sudah menjadi pendeta yang sangat dikenal hingga seluruh Papua sudah pasti kenal dengan nama pendeta Maxi Deeng.
“Jadi bisa ya, jika suatu saat nanti kami ajak kembali ke Papua?”. Ujar salah satu tim kami saat menyimak kisah beliau.
“Sangat bisa, kalau dulu misinya adalah sebagai pendeta maka saat ini sudah pasti lain”. Kata pak Maxi Deeng menanggapi hal itu.
Apa yang membuat pak Maxi Deeng Ingin memeluk Islam?
1. Mendalami Alkitab dan menemukan fakta bahwa Yesus bukan Allah
Sebenarnya beliau lulusan S1 Jurusan Kependetaan atau Theologi di Universitas Klabat, Manado. Pada saat itu beliau memang merasa jika ada mata kuliah yang kurang pas atau mengganjal di hatinya.
“Jadi pada waktu itu tentang sejarah Kristen dan ke-Allah-an atau Yahwe atau ketuhanan, jadi kalau umat Islam menyebutnya Tauhid. Saya sempat bertanya kepada salah satu profesor saya, siapa sebenarnya Yesus ini? Kalau kita belajar dari bahasa aslinya memang ada kontradiksi yang sangat berbeda”. Kata beliau ketika menjelaskan kebimbangannya terhadap agama yang diyakininya saat itu.
“Kalau kita belajar bahasa asli kitab-kitab, kalau di kependetaan kami belajar bahasa Aramaik, Hebrew , bahasa Ibrani, dan bahasa Yunani. Jadi dalam bahasa itu menyatakan bahwa Allah atau Yahwe itu berbeda dengan Yesus.” Jelasnya lebih lanjut.
Nama-nama Yesus pada tiap bahasa memang sudah berbeda dan jika dibandingkan dengan Yahwe atau Yehova memiliki makna yang berbeda pula. Intinya adalah pendalaman Alkitab itu sendiri.
“Maka ketika saya berangkat ke Manila waktu itu untuk menambah pendidian. Saya bertanya juga kepada profesor saya, saat itu saya berani bertanya seperti ini: Sir, i believe the Jesus Srist is not God, because according of what he say, he is just the messenger of god”. Jelasnnya.
2. Yesus hanyalah utusan Tuhan
Beliau berani bertanya mengenai hal itu kepada profesor bahwa Yesus Kristus itu bukanlah Allah melainkan hanya utusan Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus dalam Alkitab berikut ini:
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. [Yohanes 17:3]
Jadi kenapa kita umat Kristen menyamakan Yesus dengan Tuhan, padahal itu adalah suatu hal yang berbeda. begitu pula yang dikatakan oleh profesor beliau saat di Manila bahwa yang beliau katakan adalah suatu kebenaran.
“Profesor saya mengatakan bahwa ucapkan itu benar. Jadi ucapan saya yang memberikan penjelasan bahwa Yesus itu memang bukan sama dengan Allah, dia hanyalah sebagai yang diutus oleh Allah”. Jelasnya.
Dalam Alkitab tidak ada satu ayat yang mengatakan bahwa Yesus itu sama dengan Allah, tetapi yang ada hanyalah bahwa Yesus adalah “the messenger of god”. Jadi yang perlu diketahui oleh umat Kristen yang sebenarnya adalah siapa itu Yesus dan misinya untuk apa? hal itu harus diketahui oleh umat-umat Kristen.
Yohanes pasal 17 ayat 3 merupakan do’a Yesus untuk 12 murid-muridnya. Umat Kristen kebanyakan juga tidak tahu dan tidak paham dengan jelas, misalnya Yesus datang ke dunia itu sudah dinubuatkan sebelum 700 tahun Yesus lahir yakni khusus untuk bani Israil bahwa akan lahir seorang Mesias yang akan memberi petunjuk kepada bangsa Israel.
Sebagaimana sejarah mencatat bahwa bani Israel atau yang kita kenal saat ini adalah bangsa Israel memang sudah sangat jelas dikenal sebagai bangsa yang suka memberontak dan gampang melupakan suatu ajaran. Sehingga karena itulah mereka melupakan Tuhan yang mereka sembah dalam hal ini adalah Yahwe atau Yehuva atau Allah.
Apa moment puncak yang membuat pak Maxi Deeng ingin segera masuk Islam?
“Saat mendapatkan study lanjut di Manila ternyata yang diajarkan selama ini ada kekeliruan. Tapi pada waktu itu saya masih berfikir ya sudah saya jalani dulu. Saya bekerja dulu sebagai pendeta, saya waktu itu ditamatkan S1 mendapatkan cumlaude, dan nilai IPK saya adalah 3 koma sekian”. Kata beliau saat menjelaskan riwayat pendidikannya mempelajari tentang Teologi sebagai salah satu mata kuliah wajib untuk menjadi seorang pendeta meskipun saat ini beliau sudah masuk Islam.
Jadi ketika beliau kembali dari Manila itu rasanya ada kebanggaan tersendiri. Seperti pendeta artis yang tiap kehadirannya itu membuat orang gampang menangis. Perna suatu ketika beliau berkhutbah di Jayapura yang penduduknya dikenal sebagai orang keras, dalam artian karena statusnya para pejabat yang biasa membawa banyak uang dan banyak ibu-ibunya saling memamerkan perhiasan atau segala macam. Tetapi waktu beliau berkhutbah di tengah-tengah mereka, membuat mereka menangis dan menanggalkan semua kekayaannya.
“Saya bikin itu tidak ada artinya perhiasan itu yang ada di tangan kalian. Jadi saya menjadi salah satu pendeta yang memang bisa dikatakan laris, selalu dipanggil kemana-mana. Dan memang saya sendiri merasa bahwa ada kharisma. Jadi pendeta itu jika punya kharisma akan lebih mudah dicintai umatnya”. Kata beliau.
Jadi pada puncaknya beliau sudah berpetualang dan memiliki banyak pengalaman sebagai pendeta, kenyataannya Allah sudah memberikan banyak petunjuk dan jalan untuk masuk Islam. Tetapi saat itu kondisinya beliau masih lebih condong ke dunia.
“Dan saya berfikir, saya sudah cukup tahu ilmu itu tetapi untuk mengambil suatu keputusan masih harus menunggu dulu. Saat itu saya masih berfikir: nanti dulu, saya bekerja dulu, dan itu membuat saya semakin terlena dalam pekerjaan itu”. Jelasnya.
“Salah satu yang pasti Allah sayang kepada saya adalah ketika diberikan mimpi. Dalam mimpi itu, saya masuk dalam lubang yang sangat dalam dan gelap, mendengar suara-suara mengerikan dan menakutkan. Saya berusaha mencari jalan keluar dan melihat ada titik kecil seperti cahaya jadi saya mengikutinya. Semkain dekat membuat cahaya itu semakin besar, maka saya mengejarnya dan terus mengajar. Dan semakin saya mengejar cahaya itu, suara yang diluar semakin dahsyat dan menakutkan. Cahaya itu semakin besar dan saya kejar terus, hingga akhirnya saya masuk kelubang cahaya dan melihat begitu terang, sejuk, dan indah pemandangan”. Jelas pendeta Maxi mengenai hidayah Allah berupa mimpi yang akhirnya membuat dirinya masuk Islam.
“Saya hanya mendengar waktu itu nama saya disebutkan: Maxi, La ilaha illallah sebanyak tiga kali. Setelah saya mendengar suara itu, membuat saya terbangun dan seperti habis mandi karena badan saya begitu basah semuannya”. Jelasnya lebih lanjut.
Jadi setelah kejadian itu beliau berkesimpulan bahwa tidak ada lagi alasan apapun yang membuatnya untuk tidak segerah berhijrah dan memeluk agama Islam. Sehingga beliau meminta bantuan sahabatnya yang merupakan seorang pejabat imigrasi untuk membantunya mengurus proses pensyahadatannya.
“Saya telepon dia, datang ke kantornya, dan saya mengatakan kalau ingin masuk Islam. Dia akhirnya menolong saya untuk mencarikan tempat yang netral agar tidak terjadi keributan. Jadi dia memberi petunjuk di Balikpapan tepatnya d Masjid Istiqomah”. Jelas beliau.
Jadi di situlah beliau belajar dan mengucapkan kalimat syahadat. Juga melalui departemen agama, sehingga mendapatkan sertifikat yang membuat beliau secara resmi masuk Islam.
Jadi bagaimana yang benar, Islam atau Kristen?
Menurut beliau, sejatinya agama yang benar adalah yang berpedoman pada kitab-kitab Allah yaitu: Taurat, Zabur, Injil, dan yang terakhir ditutup oleh Al-Qur’an. Kita ketahui bahwa kitab suci Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad dan hingga kini menjadi kitab suci umat Islam. Jadi itulah, orang yang tidak masuk Islam pasti tidak akan selamat.
Tidak ada lagi petunjuk yang diberikan karena semuanya sudah lewat. Sebagaimana Taurat, Zabur, dan Injil itu sudah lewat. Allah sudah mengutus nabi dan rasulnya sesuai dengan zaman-zamannya. Saat ini kita berada di zaman penghujung yang tidak akan ada nabi lainnya dan tidak ada wahyu lain yang yang diberikan selain wahyu yang diberian oleh Allah kepada nabi Muhammad.
“Jadi kalau dikatakan sekarang ini siapa yang benar? maka yang benar adalah yang membawa kitab suci Al-Qur’an dan saat ini umatnya disebut umat Islam”. Kata beliau.
Sesuai dengan bahasa artinya Islam itu adalah orang yang patuh dan juga taat yang memegang kitab suci Al-Qur’an dan ajaran yang diberikan oleh hamba Allah yang terakhir dan tidak ada lagi hamba Allah selain dia yaitu nabi Muhammad.
Apa saja yang beliau tinggalkan untuk masuk Islam?
Pada saat itu beliau sudah menjadi pendeta senior yang memiliki banyak jam terbang untuk mendampingi pendeta-pendeta dari luar negeri meski akhirnya masuk Islam. Sehingga ketika mereka berkhotbah, maka beliau yang menjadi penerjemahnya. Kita tahu bahwa seorang pendeta jika sudah mempunyai nama atau jabatan maka kehidupannya sudah dalam keadaan aman yang sangat luar biasa karena mendapatkan segala macam fasilitas, seperti: perumahan, kesehatan, pendidikan, bahkan pendidikan anak untuk sekolah diluar negeri.
“Jadi dulu waktu saya khutbah saat membawa laptop dan juga tas berisi uang itu rasanya laptop lebih ringan. Duit yang mereka berikan kepada pendeta itu uang-uang yang baru, uang yang menjadi penghargaan kepada hamba Allah”. Kata beliau sedikit bernostalgia.
Jadi itu semua, bisa dikatakan bahwa beliau telah menggakan kenikmatan dunia tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun. Bagi beliau hal seperti uang dan kekayaan akan dihancurkan tapi yang akan bawah mati adalah perjalanan hidup yang akan selalu dicatat.
Saat ini mantan pendeta Maxi Deeng tinggal di rumah kost sederhana tapi bisa membantu keberhasilan membangun sebuah Mushalah
Kondisi terkini pendeta Maxi Deeng setelah masuk Islam adalah tinggal di rumah kost sederhana bersama dengan Istrinya. Misi beliau saat ini adalah berusaha untuk lebih banyak memberi. Menurut beliau memberi tidak harus menunggu mempunyai banyaj uang atau kaya. Di tempatnya tinggal pun beliau sudah banyak dikenal orang karena selalu memberi dan berbagi. Beliau dikenal sebagai pak Abu Bakar.
“kami adalah orang yang suka untuk saling berbagi. Jadi itulah kenapa kami bisa membangun Mushallah. Itulah mengapa saya dipercayakan menjadi ketua pembagunan pada waktu itu. Mungkin mereka sudah melihat perjalanan hidup saya selama ini. Bahkan saya saat ini juga menjadi staff RW untuk anak-anak yatim disini”. Jelasnya.
Beliau memberikan saran agar mushallahnya dibangun secara permanen meski memerlukan biaya banyak. Sehingga beliau banya share pemberitahuan di facebook kalau sedang membangun mushallah, sehingga tanpa disadari ternyata banyak orang berdatangan mencarinya untuk menyumbangkan uang. Alhamdulillah, saat ini mushallah sudah dipakai begitupula lantai 2 sudah indah. Rencananya di lantai 3 akan dibangun untuk taman.
“Jadi walaupun kami tinggal di tempat begini, tapi kami berdua berfikir bahwa harus memiliki pola pikir yang besar karena tidak ada yang tidak bisa”. Jelasnya kepada kami.
Selama menjadi pendeta apakah perna mengkristenkan orang?
“Alhamdulillah saya tidak punya hutang di situ, misi saya pada saat itu adalah membantu masyarakat yang berekonomi lemah, dan memang mereka pada awalnya itu sudah kristen”. Kata beliau saat kami bertanya seputar mengkristenkan orang.
Saat menceritakan kisahnya kepada kami, beliau mengatakan jika pada saat itu ada satu misi kekristenan yang sempat beliau kacaukan. Misi gereja membuat suatu planing untuk mengkristenkan dengan menerjunkan para pendeta untuk mengajarkan kursus bahasa inggris, motoris untuk driver atau permesinan di daerah Labuan Banten dengan mengganti KTPnya diganti menjadi KTP Islam.
“Misinya untuk pengkristenan, tapi waktu itu memang sudah ada internal tauhidnya, itu saya kacaukan sedikit: itu hati-hati sama pergeran ini, hati-hati ada misi terselubung”. Kata beliau saat menjelaskan kepada kami pengalamannya menjadi pendeta sebelum masuk Islam.
Bahkan beliau juga mencuri bahan-bahan bantuan dari misionaris itu untuk dibagikan kepada masyarakat ekonomi lemah disana dengan berkata kepada meraka bahwa bantuan ini tidak ada misi lain tapi hanya untuk membantu masyarakat ekonomi lemah.
Pengalaman hidup beliau
Selain Beliau perna menempuh pendidikan Teologi dari Manado hingga ke Manila, beliau juga perna menjadi ketua Master Guide (MG) di Papua, Chief of Pathfinder di seluruh Papua. Organisasi gereja itu terdapat pathfinder yang melatih anak-anak muda untuk lebih disiplin dan mengenal bermacam-macam tanda kepahaman. Salah satu program misionari gereja adalah satu tahun untuk tuhan, waktu itu beliau adalah orang Indonesia yang pertama yang menjadi misionari muda di Manila.
Namun, setelah memeluk agama Islam beliau menanggalkan semua gelar dan kejayaannya. Kemudian melanjutkan kehidupannya dengan memulai semuanya dari nol. beliau meyakini bahwa apapun yang jalani pasti atas seizin Allah. Meski pada awalnya beliau tidak memiliki pekerjaan dan mencoba banya hal seperti berjualan kue, berdagang kacang ijo, menjadi kuli bangunan, hingga akhirnya menjadi supir di sebuah rental mobil ternama. Beliau banyak mencoba pekerjaan lain karena meskipun memiliki ijazah S2, nyatanya itu tidak berarti karena semuannya berhubungan dengan kekristenan.
“Jadi mulai dari nol saya mencari apa saja , lalu saya ingat kalau saya bisa membawa mobil. Jadi saya cari-cari tempat yang bisa driver. Alhamdulillah waktu itu ada satu rental mobil, saya di tes dan diterima. Kemudian saya menjadi supir rental selama 3 bulan, lalu saya harus menjemput orang-orang yang dari luar negeri”. Jelasnya.
“Kemudian BPJS memakai rental kami karena membutuhkan tambahan sopir, jadi saya yang diajukan dan Alhamdulillah sampai sekarang”. Tambah beliau.
Bagaimana menghadapi anak-anak yang masih beragama Kristen ?
Anak-anak dari istri yang sebelumnya masih beragama Kristen, bagi beliau mungkin untuk sementara waktu masih membiarkan anaknya untuk menempuh pendidikan terlebih dahulu. Lebih pastinya suatu saat nanti setelah mereka selesai pasti akan bertanya lebih lanjut kepada bapaknya.
“InsyaAllah, mereka pasti akan bertanya kepada saya: kenapa papa yang sudah sampai pendeta tapi semuanya ditinggalkan. Mudah-mudahan kedepannya itu akan mereka tanyakan kepada saya.” Kata beliau dengan penuh harap.
Tak hanya keluarga dan kerabat dekat beliau yang kaget mendengar bahwa beliau telah masuk islam. Tetapi juga para jemaat yang berada di Papua karena sampai sekarang pun beliau masih menjalin silaturahmi yang baik kepada mereka.
“Iya semuanya kaget. Jadi sampai sekarang kalau mereka berguru itu sering bertanya: jadi saya ini dipanggil apa, pendeta atau ustads?.” Jelasnya sembari tertawa menanggapi tingkah jemaatnya.
Dalam menghadapi mereka, beliau juga tidak langsung menunjukan salah atau benar, melainkan dengan pelan-pelan hingga mereka paham. Begitu pula saat adik-adiknya memeluk Islam.
“Alhamdulillah seperti adik-adik, ada dua orang yang masuk Islam, mereka sekeluarga. Jadi mereka sendiri yang bertanya kepada saya. Jadi saya berikan penjelasan kepada mereka tanpa menyalahkan sedikitpun ajaran yang mereka pegang.” Kata beliau dengan bangga.
Rekomendasi artikel:
- Kajian Kristologi Mualaf Center Wonosobo: Kisah Pertama Kali Nabi Isa As Dianggap Sebagai Tuhan
- Kajian Keislaman Mualaf Center Kerinci: Inilah Tanda Bahwa Beragama Islam Belum Tentu Mukmin
- Kajian Keislaman Mualaf Center Amlapura: Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361