Dari Pendeta Menjadi Muslim: Kisah Tuan Guru dan Kebenaran yang Ditemukan dalam Alkitab

Menginjili atau Mencari Kebenaran?

Sebuah forum kajian yang digelar oleh Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Surakarta menghadirkan suasana hangat, penuh canda namun sarat makna. Ustaz Ipung, sang moderator, membuka acara dengan kalimat yang menggelitik, “Malam ini kami datang untuk melakukan penginjilan untuk mewartakan Injil yang sejati.” Ucapan itu sontak mengundang senyum para jamaah. Namun kemudian ia melanjutkan, “Semakin kita membaca Bibel, semakin kita cinta kepada Allah, dan semakin kita membaca Alkitab, semakin kita cinta kepada Islam.”

Ucapan itu bukan tanpa dasar. Ia memperkenalkan bintang tamu malam itu: Tuan Guru Danumek, seorang mantan pendeta asal Manado, Sulawesi Utara, yang kini telah dua tahun memeluk Islam. Perjalanan spiritualnya tidak terjadi secara instan, melainkan melalui pencarian panjang selama 15 tahun, pencarian yang justru dimulai dari lembar-lembar Alkitab yang dulu ia jadikan pedoman hidup.

Awal Pencarian: Ketika Pendeta Mulai Membaca Al-Qur’an

Tuan Guru membuka kisahnya dengan salam dan rasa syukur. “Masuk Islam bukan kemauan manusia, tapi karena hidayah,” ujarnya. Ia mengibaratkan hidayah itu seperti hadiah cinta dan rahmat dari Allah, yang datang kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari kebenaran.

Sebelum menjadi Muslim, ia adalah pendeta yang gemar belajar. Dari rasa ingin tahu yang besar, ia mulai membeli Al-Qur’an dan membandingkannya dengan Alkitab yang ia kuasai. Ia melakukan comparative study, membandingkan ayat demi ayat, kisah demi kisah, serta ajaran demi ajaran antara dua kitab tersebut.

Dari proses itu, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan: ajaran Islam dan ajaran para nabi terdahulu dalam Alkitab ternyata searah.

Menurutnya, dari tiga agama samawi Yahudi, Kristen, dan Islam, dua yang paling konsisten mengajarkan tauhid, yaitu pengesaan Tuhan, adalah Yahudi dan Islam. Hanya Kristen yang mengajarkan konsep “satu hakikat tiga pribadi”: Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Padahal, menurut penelitiannya, ajaran asli para nabi dalam Alkitab tidak mengenal konsep trinitas.

Para Nabi dan Penyembahan kepada Tuhan yang Esa

Tuan Guru menguraikan bahwa dalam Alkitab, para nabi seperti Musa, Daud, dan Daniel semuanya menyembah satu Tuhan. Mereka sujud, ruku, membasuh tangan dan kaki sebelum beribadah, sebagaimana juga dilakukan oleh umat Islam hari ini.

“Bahkan Yesus sendiri mengajarkan hal yang sama,” tegasnya. Ia menyebut bahwa dalam Injil terdapat perintah membasuh kaki sebelum beribadah, yang menunjukkan kesucian lahir dan batin sebagai syarat mendekat kepada Tuhan. Dalam Islam, ajaran itu dilengkapi melalui tata cara wudhu, membasuh tangan, kaki, wajah, dan sebagian rambut sebelum salat.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa para nabi terdahulu menyembah dengan cara sujud. “Yesus pun bersujud kepada Allah, sebagaimana disebut dalam kitab mereka,” ujar Tuan Guru. “Artinya, agama para nabi dari zaman Ibrahim, Musa, Yesus hingga Muhammad ﷺ adalah satu garis lurus, agama tauhid.”

Bahasa dan Akar Sejarah: Dari Aram ke Arab

Dalam kajiannya, Tuan Guru menyoroti pula sisi bahasa. Menurutnya, para nabi terdahulu, termasuk Yesus, menggunakan bahasa Aram, yang kemudian berkembang dan berkerabat dengan bahasa Arab.

“Jadi ketika kita menyebut nama Allah, itu bukan hal baru,” jelasnya. “Karena nama itu sudah digunakan sejak zaman para nabi. Kata ‘Allah’ bukan ciptaan umat Islam, melainkan nama asli Sang Pencipta yang telah disebut dalam kitab para nabi.

Ia pun menunjukkan bukti-bukti dalam Alkitab yang mencatat nama “Allah” secara eksplisit, bukan “Yahweh” atau “Jehovah”. Ia membuka beberapa ayat dari kitab Keluaran dan Kejadian, serta kitab Amos, yang semuanya menyebut nama Allah sebagai Tuhan semesta alam.

Alkitab Menyebut “Allah” sebagai Sang Pencipta

Dalam kitab Keluaran 3:15, tertulis:

“Beginilah firman Allah kepada Musa: Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub telah mengutusku kepadamu. Itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan sebutan-Ku turun-temurun.”

Bagi Tuan Guru, ini adalah bukti kuat bahwa nama Sang Pencipta adalah Allah, bukan yang lain. “Kalau Alkitab menyebut Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, maka itu berarti Allah yang sama yang disembah oleh Nabi Muhammad ﷺ,” katanya.

Ia bahkan mengutip Kejadian 1:1,

“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

“Kalau kita tanya siapa nama pencipta langit dan bumi, jawabannya adalah Allah,” ujarnya tegas. “Jadi dari awal sampai akhir, nama Sang Pencipta tidak berubah, tetap Allah.”

Lalu Siapa Yesus Sebenarnya?

Pertanyaan besar pun muncul: Jika Alkitab menyebut Allah sebagai satu-satunya Tuhan, lalu siapa Yesus?
Tuan Guru menjawab dengan tenang, mengutip Matius 21:9–11, di mana orang banyak menyebut Yesus sebagai “nabi dari Nazaret”, bukan Tuhan.

Ia menjelaskan bahwa Yesus adalah nabi yang diutus oleh Allah, bukan Tuhan yang disembah. Dalam ayat itu, Yesus disebut “anak Daud”, “diberkati oleh Tuhan”, dan “datang dalam nama Tuhan”. Semua ungkapan ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sumber berkat, melainkan penerima berkat.

“Kalau Yesus diberkati, berarti dia bukan sumber berkat,” jelasnya. “Kalau dia datang dalam nama Tuhan, berarti dia memiliki Tuhan yang disembahnya.”

Ia menambahkan, istilah “Tuhan” yang muncul dalam Alkitab versi terjemahan sering kali berasal dari kata “kurios” dalam bahasa Yunani, yang sebenarnya berarti “tuan” atau “pemimpin”, bukan “ilah”. Dalam bahasa Arab, istilah ini diterjemahkan sebagai “Sayyid” atau “Tuan Mulia”. Artinya, Yesus dihormati sebagai guru dan pemimpin spiritual, bukan Tuhan dalam arti pencipta langit dan bumi.

Firman Menjadi Manusia: Pemahaman yang Salah Kaprah

Tuan Guru juga meluruskan penafsiran populer tentang ayat “Firman menjadi manusia.” Ia menjelaskan bahwa maksudnya bukan Tuhan berubah menjadi manusia, tetapi bahwa wahyu atau kalam Allah turun kepada manusia melalui perantara malaikat Jibril.

“Ketika Yesus berkata, ‘Akulah terang dunia’, itu bukan ucapan pribadinya sebagai Tuhan,” jelasnya. “Itu adalah wahyu dari Allah yang dititipkan kepadanya, sebagaimana Jibril menyampaikan wahyu kepada para nabi.”

Dengan demikian, Yesus harus dihormati sebagai nabi dan utusan Allah, bukan disembah sebagai Tuhan.

Menemukan Ketenangan Setelah Islam

Ketika ditanya apakah ia menyesal menjadi Muslim, Tuan Guru menjawab tegas, “Tidak sedikit pun.”
Ia memang mengakui bahwa keputusannya membuat sebagian besar keluarga menolak dan menjauh. Bahkan istrinya, yang masih menjadi pendeta, kini hidup terpisah secara keyakinan. Namun baginya, ketenangan, kedamaian, dan limpahan rezeki setelah Islam adalah bukti bahwa jalan yang ia pilih benar.

“Setelah dua tahun menjadi Muslim, saya sehat, damai, dan banyak rezeki,” tuturnya. “Saya kini punya ilmu ganda: memahami Alkitab dan Al-Qur’an, sehingga bisa melihat kebenaran dari dua sisi.”

Ia juga menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang mualaf asal Kanada di Masjidil Haram. “Dia bilang, banyak sekali pendeta yang masuk Islam, bahkan ada gereja yang diubah menjadi masjid,” kisahnya. Hal itu membuatnya semakin yakin bahwa kebenaran Islam bersifat universal, melintasi bangsa dan bahasa.

Kebenaran yang Tak Terbantahkan: Allah Tidak Pernah Menjadi Manusia

Dalam sesi penutup, Ustaz Ipung menegaskan:

“Bible setebal ini tidak pernah menyebut bahwa Yesus berkata ‘Aku adalah Tuhan’ atau ‘Sembahlah Aku.’”

Tuan Guru pun mengiyakan. “Tidak ada satu ayat pun yang menunjukkan Yesus menyebut dirinya Tuhan atau Allah,” tegasnya. Bahkan, ketika Alkitab versi bahasa Arab dibuka pada Yohanes 13:13, kata “Tuhan” di sana diterjemahkan sebagai “Sayyid” (Tuan), bukan “Rabb” atau “Ilah”. Ini menunjukkan bahwa terjemahan-terjemahan modern kerap menimbulkan kesalahpahaman makna.

Penutup: Dari Firman ke Hidayah

Perjalanan Tuan Guru Danumek bukan sekadar kisah perpindahan agama, tetapi kisah pencarian kebenaran melalui nalar dan hati. Ia tidak menemukan Islam di luar Alkitab, tetapi justru di dalamnya.

Dari setiap ayat yang ia teliti, dari setiap nama Allah yang muncul, dari setiap tindakan para nabi yang bersujud, ia menemukan jejak yang sama: agama semua nabi adalah Islam, agama ketundukan kepada Allah Yang Esa.

Kini ia bertekad membantu para mantan kolega pendeta agar menemukan kebenaran yang sama, bukan dengan debat, tetapi dengan membuka kembali kitab suci mereka sendiri.

“Kami bukan sedang memusuhi,” katanya lembut, “tetapi membantu para pendeta untuk mengenal Injil yang sejati, Injil yang menuntun pada Allah Yang Esa.”


Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA

PRODUK PARFUM AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.

TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416

BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat

DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451

BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16610

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.