
link: https://www.youtube.com/live/Re14SPNhXS8?si=SYOm7ygcKhco4lem
Dari Gereja ke Cahaya Hidayah
Malam itu, suasana live streaming di Channel YouTube Mualaf Center Aya Sofya terasa begitu hangat dan penuh keberkahan. Acara yang dipandu oleh Khairunisa menghadirkan dua sosok istimewa: Bapak Dantji Mumek, seorang mualaf yang baru sebulan meninggalkan statusnya sebagai pendeta, dan Tuan Guru Agus Tan dari Bukit Tinggi, yang turut hadir memberikan pandangan reflektifnya.
Tema yang diangkat malam itu adalah “Kelebihan Islam dan Al-Qur’an di Mata Para Mantan Pendeta.”
Tema ini bukan sekadar menarik, melainkan menyentuh hati karena datang dari dua orang yang pernah mengabdikan diri dalam dunia teologi Kristen, namun akhirnya menemukan kebenaran sejati dalam Islam.
Islam: Agama yang Mengatur Segala Aspek Kehidupan
Bapak Dantji Mumek mengawali dengan pengakuan yang penuh rasa syukur.
“Saya bangga menjadi seorang Muslim. Dalam Al-Qur’an saya temukan seluruh aturan hidup manusia, dari lahir hingga wafat, tertata begitu sempurna.”
Ia menjelaskan bahwa tidak ada satu pun aspek kehidupan yang dibiarkan tanpa panduan. Bahkan hal sederhana seperti doa sebelum makan, tidur, atau bepergian, memiliki nilai ibadah bila diniatkan karena Allah.
“Bahkan membaca huruf Arab saja sudah berpahala,” ujarnya dengan haru. “Apalagi membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan penuh kesadaran.”
Keajaiban Shalat dan Doa yang Menembus Langit
Sebagai mantan pendeta, Dantji mengaku momen paling menyentuh baginya adalah shalat lima waktu.
“Setiap membaca Al-Fatihah, saya merasa doa itu langsung sampai kepada Allah. Tiap kalimatnya menuntun hati pada jalan yang lurus.”
Baginya, panggilan “Allahu Akbar” adalah bentuk penyerahan total. Ia kagum bagaimana umat Islam selalu menyertai nama Allah dengan penghormatan seperti Subhanahu wa Ta’ala, atau mengucap ‘Alaihissalam bagi para nabi sebuah adab luhur yang jarang ditemukan dalam tradisi keagamaannya dulu.
Al-Qur’an: Kitab yang Tak Pernah Berubah
Sebagai mantan rohaniwan yang terbiasa membaca berbagai versi kitab, Dantji menyoroti keaslian Al-Qur’an sebagai keajaiban terbesar.
“Al-Qur’an itu tidak pernah berubah. Dicetak berkali-kali, tapi satu huruf pun tak bergeser. Bahasa Arabnya tetap sama. Ini bukan sekadar teks, tapi mukjizat yang hidup.”
Ia menambahkan, bahkan orang non-Muslim pun dapat merasakan ketenangan ketika mendengar lantunan ayat suci.
“Orang kafir sekalipun, bila mendengarnya dengan hati yang terbuka, akan merasakan kedamaian. Itulah keajaiban Islam.”
Bahasa Arab: Bahasa Pemersatu Umat
Dantji juga menyoroti keindahan bahasa Arab sebagai bahasa universal umat Islam.
“Bayangkan, jutaan Muslim dari berbagai bangsa bisa beribadah dengan satu bahasa yang sama. Bahasa ini menyatukan hati, bukan sekadar lidah.”
Bagi dia, keseragaman bahasa dalam doa adalah bukti nyata bahwa Islam adalah agama persaudaraan dunia.
Kelebihan Islam: Kebenaran yang Logis dan Terbuka
Ketika giliran Tuan Guru Agus Tan berbicara, beliau menegaskan bahwa Islam unggul karena keterbukaannya.
“Dalam Islam tidak ada dusta. Semua dijelaskan secara logis, apa adanya, dan bisa diuji dengan akal maupun hati.”
Beliau kemudian mengutip firman Allah:
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)
Menurutnya, ayat itu adalah pernyataan final Islam bukan sekadar keyakinan, tapi sistem hidup yang teruji oleh waktu.
Keberanian Seorang Mualaf
Agus Tan memuji keberanian Dantji Mumek yang memilih Islam di tengah lingkungan mayoritas non-Muslim.
“Berislam di tengah tekanan sosial itu ujian besar. Tapi beliau memilih kebenaran, bukan kenyamanan. Itu keberanian luar biasa.”
Ia menambahkan bahwa banyak pendeta sebenarnya telah menemukan cahaya kebenaran, namun belum berani keluar karena tekanan lingkungan dan ketakutan sosial.
Islam Mengajarkan Takwa, Bukan Sekadar Iman
Agus Tan lalu mengutip firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Ia menjelaskan bahwa mati dalam Islam bukan hanya karena ucapan syahadat, tapi karena konsistensi amal dan ketaatan.
“Iman tanpa amal itu kosong. Dalam Islam, iman harus dibuktikan dengan tindakan.”
Perbandingan dengan Ajaran Sebelumnya
Agus Tan juga membandingkan pandangan agamanya dahulu.
“Dalam Katolik, amal kebaikan masih punya tempat. Tapi di ajaran lain, keselamatan hanya berdasarkan iman tanpa amal, itu sangat menyesatkan.”
Ia menegaskan, Al-Qur’an selalu menautkan dua hal: iman dan amal saleh. Tanpa keduanya, manusia tidak akan mencapai kebahagiaan sejati.
Al-Qur’an: Kitab Terakhir yang Otentik dan Tidak Berpolitik
Menurut Agus Tan, keunggulan lain Al-Qur’an adalah pesannya yang murni.
“Al-Qur’an tidak berteologi politik, tidak bertele-tele. Pesannya langsung, jujur, dan tidak dimanipulasi manusia.”
Beliau menegaskan bahwa Allah menurunkan wahyu terakhir secara langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ tanpa campur tangan banyak tangan seperti kitab sebelumnya, bukti kemahakuasaan Allah.
Makna Islam dan Keindahan Syariat
Dalam sesi reflektif berikutnya, Dantji dan Agus Tan sepakat bahwa Islam bukan sekadar agama, tetapi cara hidup.
Islam berarti damai, tunduk, dan selamat. Menjadi Muslim bukan karena keturunan, melainkan karena kesadaran untuk taat pada perintah Allah.
Agus Tan menambahkan:
“Syariat itu bukan beban, tapi pelindung. Ia menjaga manusia agar tidak tersesat dalam kebebasan yang tak terkendali.”
Ia mencontohkan keadilan Islam dalam mengatur rumah tangga dan menjaga martabat perempuan, sesuatu yang dulu tidak ia temukan di agamanya.
Waspada terhadap Pengaruh Luar
Agus Tan kemudian mengingatkan ayat:
“Tidak akan ridha Yahudi dan Nasrani kepadamu sampai engkau mengikuti agama mereka.”
Beliau menekankan pentingnya menjaga identitas dan akidah Islam dari pengaruh budaya luar yang sering kali masuk lewat hiburan dan gaya hidup.
Tiga Pelajaran Bagi Mualaf
Di penghujung acara, Dantji Mumek berbagi tiga nasihat penting:
- Belajar tanpa henti.
Seorang mualaf harus rajin membaca Al-Qur’an dan mencari ilmu agar imannya kokoh. - Istiqamah.
Setelah syahadat, ujian akan datang. Tetaplah teguh karena setiap kesulitan akan diganti Allah dengan kemudahan. - Menghormati perbedaan.
Islam tidak mengajarkan penghinaan. Hidayah adalah urusan Allah, tugas kita hanya menyampaikan dengan akhlak mulia.
Ujian dari Keluarga dan Keteguhan Hati
Ketika ditanya reaksi keluarga, Dantji menjawab lirih:
“Awalnya mereka menolak. Tapi saya sabar, tidak membalas dengan marah. Kini mereka mulai memahami bahwa keputusan saya bukan karena benci, tapi karena cinta pada kebenaran.”
Dari Prasangka ke Cinta
Dantji mengaku tidak pernah membenci Islam sejak kecil. Ia sudah terbiasa bergaul dengan Muslim dan melihat ketulusan mereka.
Sementara Agus Tan mengakui bahwa dulu ia sempat salah paham karena doktrin. Namun setelah berinteraksi dengan umat Islam, semua prasangka itu runtuh.
“Saya justru ditolong oleh tetangga Muslim saat saya susah. Mereka yang belum tentu kaya, tapi hatinya dermawan. Bagaimana saya bisa membenci orang seperti itu?”
Islam Menjaga Kebhinekaan
Keduanya sepakat bahwa Islam adalah agama yang paling menghormati perbedaan.
“Kalau semua memahami Islam dengan benar, maka kebhinekaan sejati akan terwujud,” ujar Agus Tan.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Malam itu ditutup dengan kalimat lembut dari Dantji Mumek:
“Saya tidak hanya berpindah agama, tetapi berpindah dari kegelapan menuju cahaya.”
Dan Tuan Guru Agus Tan menegaskan:
“Jangan takut kehilangan dunia karena memilih Islam. Karena sesungguhnya, innad-dīna ‘indallāhil Islām, agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.”
Suasana pun hening dan haru. Dua mantan pendeta berbicara bukan dengan nada kebencian, melainkan dengan syukur dan cinta. Mereka kini berjalan di jalan cahaya, memegang petunjuk yang tidak berubah oleh waktu Al-Qur’an, kitab yang menjaga hati dan menuntun manusia menuju Allah.
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416
BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat
DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451
BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16610
