Oleh: Ust. Fariq Gasim Anuz
Seringkali kita mendengar nasihat yang berbunyi, “Bencilah kepada perbuatan maksiat tapi janganlah membenci pelakunya.” Ungkapan di atas ini perlu penjelasan agar kita tidak salah dalam keimanan terutama dalam masalah al wala wal bara’ (loyalitas dan berlepas diri) dan agar kita tidak keliru dalam mempraktikkan dakwah, nasihat dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Perlu dibedakan dalam muamalah kita kepada orang kafir dan kepada saudara seiman. Seorang muslim harus berkeyakinan bahwa orang-orang kafir itu adalah musuh Allah, RasulNya, dan musuh orang-orang beriman.
Allah berfirman yang artinya,
“Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. Ali Imran: 32)
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 98)
Seorang mukmin harus membenci orang-orang kafir secara mutlak dikarenakan kekafiran dan kesyirikan mereka. Allah berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kalian dan daripada apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja…” (QS. Al Mumtahanah: 4)
Kebencian dan permusuhan orang beriman kepada orang-orang kafir dikarenakan kekufuran mereka akan berubah menjadi percintaan dan loyalitas jika mereka masuk Islam.
Kemudian ada hal yang penting untuk dipahami bersama, bahwa kebencian kepada mereka tidak berarti kita harus selalu bersikap keras kepada mereka dalam setiap saat dan di setiap tempat. Iya, hukum asalnya kita harus bersikap keras kepada mereka yang memerangi kita berdasarkan firman Allah Ta’ala yang artinya,
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS. At Taubah: 73)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka… “
(QS. Al Fath: 29)
Tapi dalam kondisi mereka tidak memerangi kita, kita diperintahkan untuk berbuat baik, berbuat adil dan tidak menzalimi mereka berdasarkan firman Allah yang artinya,
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi kalian karena agama dan tidak (pula) mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)
Seorang muslim yang memiliki orang tua yang kafir juga diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, patuh kepada mereka selama bukan dalam kemaksiatan. Kita diperintahkan untuk bertutur kata yang sopan dan baik kepada kedua orang tua yang kafir berdasarkan firman Allah yang artinya,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembali kalian, maka Kuberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.”
(QS. Luqman: 15)
Dalam mendakwahi mereka, pada tahap awal harus dengan lemah lembut sebagaimana Allah telah memerintahkan Nabi Musa dan Harun Alaihimas Salam mendakwahi Fir’aun dengan kata-kata yang lembut,
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44)
Seorang muslim juga harus memiliki hati yang lembut dan menginginkan serta berusaha agar orang-orang kafir mendapatkan hidayah dan selamat dari azab Allah. Sebagai seorang muslim mendoakan mereka agar Allah memberikan hidayah kepada mereka.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, mereka saling bersaudara. Sikap mukmin kepada sesama mukmin lainnya harus saling mencintai dan melindungi. Allah berfirman yang artinya,
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.”
(QS. At Taubah: 71)
Jika seorang muslim bermaksiat maka kita membenci kepadanya sebatas maksiat yang dilakukannya dan mencintainya sesuai kadar ketaatannya kepada Allah. Jika kita yang berbuat maksiat maka kita juga harus membenci diri sendiri disebabkan kemaksiatan kita. Kebencian kepada saudara kita disebabkan kemaksiatannya bukan berarti kita merasa lebih baik darinya.
Kebencian seorang muslim kepada saudaranya disebabkan kemaksiatan yang dilakukannya bukan berarti dia membencinya secara mutlak sehingga ia menganggapnya sebagai musuh dan tidak mau menyapanya. Ia tetap bermuamalah dan menghormatinya, dan tetap terus mendoakan dan berupaya memperbaiki kekurangan saudaranya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إنْ كَرِهَ منها خُلُقًا رَضِيَ منها آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci (secara keseluruhan) kepada mukminah (istri), jika ia (suami) tidak suka darinya (istri) akhlak yang buruk tentu dia (suami) ridha darinya (istri) akan akhlak baik lainnya.” (HR. Muslim)
Prof. Dr. Khalid AsSabt berkata dalam Syarah Riyadhush Shalihin,
“Seorang suami dilarang membenci istrinya secara keseluruhan. Seorang suami harus bersikap adil, membandingkan antara kekurangan istrinya dan kelebihan-kelebihan istrinya.”
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memperingatkan banyak perempuan masuk neraka dikarenakan tidak berterima kasih kepada suaminya. Ketika suaminya bersalah, ia melupakan semua kebaikan suaminya. Semoga Allah melanggengkan keharmonisan rumah tangga kami dan mengaruniakan untuk kami, anak-anak yang shalih dan shalihah, aamiin.
Terkadang terapi untuk memperbaiki kemaksiatan dan penyimpangan dari seseorang dengan cara memboikot atau mengisolasinya.
Pembahasan kita kali ini tidak membahas masalah boikot kepada sesama saudara muslim. Penulis telah menulis masalah tersebut dalam buku “Tepat Memberi Nasehat” dari halaman 149-226.
Memilih Kata yang Tepat dalam Berkomunikasi
Meskipun kita membenci orang-orang kafir secara mutlak, akan tetapi saat mengingkari mereka perlu memilih kata-kata yang diharapkan akan melembutkan hati mereka dan menjadikan mereka kembali ke jalan kebenaran. Nabi Luth Alaihis Salam membenci orang-orang kafir dan beliau bersama Nabi Ibrahim Alaihis Salam ikut serta dalam pernyataan kebencian dan permusuhan kepada kaum Nabi Ibrahim saat berada di Babilonia di Irak.
Meskipun demikian, beliau mengingkari penduduk Sodom dengan memilih kata bahwa beliau sangat membenci perbuatan buruk kaumnya. Allah berfirman ketika menceritakan percakapan Nabi Luth Alaihis Salam dan kaumnya,
قَالَ إِنِّى لِعَمَلِكُم مِّنَ ٱلْقَالِينَ
Artinya: Luth berkata, “Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatan kalian.”
(Surat Asy Syu’ara 168)
Sebuah ungkapan, “Aku membenci perbuatan kalian” lebih halus dari ungkapan, “Aku membenci kalian”. Kalimat ungkapan, “Aku membenci perbuatan kalian” mengandung makna bahwa kebencian akan berubah menjadi kecintaan jika orang yang diingkari meninggalkan perbuatan buruknya. Ungkapan, “Aku membenci kalian” bisa disalahpahami bahwa kebencian tersebut bersifat langgeng dan disebabkan masalah pribadi.
Para orang tua atau guru ketika menegur anak atau murid hendaknya mengungkapkan ketidaksukaan dengan perbuatan bukan kepada pelaku. Anak dan anak didik akan merasa nyaman dengan ungkapan tersebut sehingga diharapkan mereka akan segera memperbaiki kesalahan.
Kesimpulan
Seorang muslim membenci kekafiran dan membenci orang-orang kafir.
Kebencian muslim kepada orang kafir dikarenakan kekafirannya. Kekafiran itu merupakan kezaliman yang sangat besar.
Kebencian muslim kepada orang kafir tidak menghalangi untuk bersikap ramah saat bermuamalah dan mendakwahinya.
Seorang muslim dituntut bersikap baik dan menghormati orang tuanya yang kafir. Ketaatan kepada orang tua selama tidak dalam maksiat kepada Allah.
Seorang muslim harus saling mencintai dan melindungi kepada sesama muslim.
Jika saudara kita berbuat salah, lihatlah kebaikannya yang banyak sehingga akan melanggengkan persahabatan dan persaudaraan di jalan Allah.
Apabila berkumpul pada diri seorang muslim, kebaikan dan keburukan, sunnah dan bid’ah, maka ia berhak mendapatkan loyalitas dan apresiasi atas segala ketaatannya dan ia berhak mendapat kebencian dan hukuman sebatas kemaksiatan yang ia lakukan.
Termasuk tidak adil jika kita membenci secara mutlak kepada saudara seiman dikarenakan kemaksiatan yang dia lakukan dan menyikapinya bagaikan orang kafir.
Termasuk tidak adil jika seorang muslim menilai saudaranya yang di luar kelompoknya dengan cita-citanya dan menilai dirinya atau saudaranya yang satu kelompok dengan realitanya. Ia memaklumi dirinya atau saudara yang satu kelompok jika bersalah dengan ungkapan udzur dan maaf. Ia berkata bahwa tidak ada manusia yang sempurna, kita masih berproses dan pemberian udzur lainnya.
Adapun jika saudaranya yang di luar kelompoknya berbuat salah maka tidak ada maaf bagi mereka, berbagai ungkapan kasar disematkan kepadanya.
Jika ia sudah memperbaiki kesalahannya sekali pun maka orang yang membencinya tetap saja membencinya dan tidak berubah kebenciannya.
Allahul Musta’an.
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita sikap adil dan melindungi kita dari kebodohan dan kezaliman, aamiin.
اللهم حبب إلينا الإيمان وزينه في قلوبنا وكره إلينا الكفر و الفسوق والعصيان واجعلنا من الراشدين
Allahumma habbib ilainal iimaan wa zayyinhu fii quluubinaa wa karrih ilainal kufra wal fusuuqa wal ‘ishyaan waj’alnaa minarraasyidiin.
Ya Allah, berilah rasa cinta kepada kami akan keimanan dan hiasilah keimanan di hati kami, dan berilah rasa benci kepada kami akan kekafiran, kafasikan dan kemaksiatan, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang lurus (mendapatkan bimbingan Allah)
Sabtu,
28 Rabiul Awal 1422 H /
14 November 2020 M
Tentang Penulis:
Ulama dan Penulis Lebih Dari 15 Buku Best Seller,
Pembina Mualaf Center Nasional Aya Sofya Cirebon.
Rekomendasi artikel:
- Kisah Mualaf Bule Asal Australia yang Akhirnya Masuk Islam Di Indonesia
- Surat Terbuka Untuk Para Da’i Dan Penuntut Ilmu
- Kajian Keislaman Mualaf Center Cirebon: Menghindari Perkataan Buruk
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
SURABAYA: Pesantren JEHA Dolly. Jl. Putat Jaya No. 4B, Putat Jaya, Kota Surabaya.
DEPOK: Jl. Tugu Raya No. 8 Kelapa Dua Cimanggis, Depok.