Oleh: Ust. Fariq Gasim Anuz
ASH SHAAHIBU SAAHIBUN
Rafi’ bin Umair seorang Arab Badui dari suku Ath Thaa’iyy tinggal di dekat bukit Thayyi. Bukit Thayyi berada di daerah Hail sebelah Timur Laut dari kota Madinah. Jarak dari Madinah ke Hail sekitar 424 km. Ia seorang pencuri unta, bukan unta biasa tapi unta spesial yang harganya sangat mahal. Harga unta biasa sekarang ini antara lima sampai sepuluh ribu real Saudi, sedangkan unta yang spesial harganya mencapai jutaan real Saudi bahkan ada yang mencapai enam puluh lima juta real Saudi.
Dalam beroperasi, Rafi’ bekerja sendiri tanpa kawan yang membantunya. Sebelum mencuri, Rafi’ mempersiapkan bekal air minum yang banyak, ia masukkan air tersebut ke telur burung unta yang sudah kosong. Ia sembunyikan telur burung unta yang berisi air di beberapa tempat yang akan dilaluinya terutama di tempat persembunyiannya yang terakhir di pedalaman padang pasir. Rafi’ terkenal orang yang menguasai medan padang pasir.
Ketika Rafi’ mencuri unta di malam hari, ia akan melarikan untanya ke tempat yang sangat jauh di pedalaman padang pasir. Pemilik unta yang dicuri keesokan harinya akan mengejar pencuri dari jejak kaki unta yang membekas di pasir. Tapi ia sudah ketinggalan cukup jauh, dan tidak sanggup untuk mengejar berhari-hari karena tipisnya persediaan makanan dan air minum. Pemilik unta yang dicuri juga umumnya tidak hafal daerah padang pasir yang jauh dari rumahnya. Ia akan memilih pulang ke rumah dengan tangan kosong daripada tersesat atau kehausan di padang pasir yang dapat mengakibatkan kematian.
Di tahun kedelapan Hijriyah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengutus Amru bin Ash radhiallahu anhu memimpin ekspedisi militer Dzatus Salasil. Ketika pasukan sampai di bukit Thayyi, Umar bin Khathab radhiallahu anhu mengusulkan kepada Amru bin Ash untuk mencari penunjuk jalan yang handal dari penduduk setempat. Mereka mendapatkan Rafi’ bin Umair orang yang tepat untuk menunaikan tugas tersebut. Rafi’ saat itu belum masuk Islam tapi ia tidak memusuhi kaum muslimin. Ia mau membantu kaum muslimin semata untuk mendapatkan harta.
Selama dalam perjalanan bersama kaum muslimin, Rafi’ memperhatikan kemuliaan akhlak para sahabat radhiallahu anhum. Mereka adalah orang-orang yang ahli ibadah di malam hari dan para ksatria di siang hari. Rafi’ sangat terkesan dengan akhlak para sahabat, terutama Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu. Abu Bakar radhiallahu anhu memberikan perhatian khusus kepada Rafi’. Beliau memberinya tikar untuk tempat tidur Rafi’, memberinya makanan, minuman dan perhatian lainnya yang membuat Rafi’ semakin cinta kepada Dinul Islam.
Selama dalam perjalanan, Rafi’ sangat dekat dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Setelah misi mereka selesai dan tiba saat mereka berpisah dengan Rafi’. Hati Rafi’ sudah terpaut dengan mereka, dia mendatangi Abu Bakar Ash Shiddiq dan bertanya, “Tolong sebutkan apa yang harus aku lakukan jika aku menjaganya maka aku termasuk bagian dari kalian?” Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu mengajarkan rukun Islam yang lima. Alhamdulillah, Rafi’ pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan siap menunaikan empat dari rukun Islam lainnya.
Allah berfirman,
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang-orang yang membatu hatinya?) Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az Zumar: 22)
Sejak hari itu Rafi’ telah menghapus lembaran hidupnya yang kelam di masa lalu sebagai pencuri dan akan membuka lembaran hidup yang baru sebagai pejuang muslim.
Di antara pelajaran yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang bertakwa. Ada pepatah dalam bahasa Arab yang berbunyi, Ash Shaahibu Saahibun (Teman itu akan menarik / menyeret) Jika berteman dengan orang yang shalih in sya Allah akan menarik kepada keshalihan dan apabila bersahabat dengan teman yang buruk akan menyeret kepada keburukan. Seseorang akan menyesal di hari kiamat akibat salah memilih sahabat. (Lihat QS. Al Furqan: 27 – 29)
Bagaimana peranan Rafi’ dalam perjuangan Islam?
MENEMBUS PADANG PASIR BELANTARA
Setelah Rafi’ bin Umair masuk Islam,
beliau hijrah ke Madinah. Para ahli sejarah menceritakan peranan Rafi’ bin Umair radhiallahu anhu di masa khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu.
Di tahun kedua belas hijriyah, Rafi’ bin Umair berjihad dibawah panglima Khalid bin Walid radhiallahu anhu untuk membebaskan negeri Irak. Beliau dipercaya oleh Khalid sebagai penunjuk jalan, karena keahlian dan pengetahuannya tentang seluk beluk padang pasir.
Datanglah surat dari khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk segera membawa Sembilan ribu tentara ke negeri Syam. Pasukan kaum muslimin di Syam sangat butuh tambahan pasukan. Khalifah menugaskan Khalid untuk menjadi panglima pasukan gabungan di Syam untuk bertempur dengan pasukan Romawi. Sebagian tentara kaum muslimin tetap tinggal di Irak dibawah kepemimpinan Mutsanna bin Haritsah.
Khalid segera menyiapkan pasukannya yang akan berangkat ke Syam karena kedatangannya ditunggu dalam waktu singkat. Sembari memikirkan jika pasukannya berjalan melalui jalan yang biasa dilalui kafilah dagang akan memerlukan waktu yang lama dan kemungkinan besar akan menghadapi gangguan dari pasukan Romawi di tengah perjalanan.
Khalid berencana agar tidak terlambat sampai di Syam, beliau dan pasukannya harus memotong jalan dan menembus padang pasir belantara yang hampir tidak pernah dilalui manusia. Perjalanan dari daerah Qaraqir (akhir wilayah Iraq) untuk sampai di daerah Suwa awal wilayah Syam diperkirakan menempuh waktu lima hari.
Para sahabat terutama penasihat Khalid tidak setuju jika pasukan harus menembus padang pasir belantara. Mereka mengatakan bahwa perjalanan tersebut sangat berisiko bagi satu orang karena tidak ada oase di tengah perjalanan panjang. Apalagi untuk rombongan manusia yang berjumlah sembilan ribu orang disamping kuda dan unta sejumlah itu pula, mereka bisa mati kehausan atau mati tersesat di jalan.
Rafi’ bin Umair sebagai penunjuk jalan bagi rombongan yakin bahwa pasukan akan selamat di negeri Syam dengan izin Allah. Beliau hafal jalan tembus dari Qaraqir ke Suwa sehingga kemungkinan kecil pasukan akan tersesat. Sedangkan tentang masalah bekal air dan makanan, Rafi’ minta disiapkan dua puluh ekor unta yang besar. Dua puluh unta tersebut diberi minum sebanyak banyaknya, dan unta dapat menyimpan air di tubuhnya.
Setiap hari mereka akan memotong empat ekor unta untuk makanan semua pasukan dan air yang terdapat di dalam tubuh unta digunakan sebagai minuman kuda-kuda pasukan yang dicampur dengan susu unta. Adapun perbekalan air untuk semua pasukan ditempatkan di kantung-kantung air dari kulit domba yang sudah disamak dan dinaikkan ke atas punggung kedua puluh unta. Sedangkan pasukan berkuda membawa air secukupnya di atas kuda mereka.
Khalid kagum dengan ide Rafi’ bin Umair dan menyetujuinya, lalu panglima berpidato,
Kaum muslimin, jangan biarkan rasa lemah menjalari kalian, dan rasa takut menguasai kalian. Ingatlah pertolongan Allah itu datang tergantung dengan niat. Dan besarnya pahala tergantung pada kadar kesulitan.” Akhirnya semua pasukan berangkat menembus padang belantara dengan bertawakal kepada Allah.
Alhamdulillah, Allah memberi kelancaran dari hari pertama sampai hari keempat. Di hari kelima persediaan makanan dan minuman pun habis, mereka belum sampai juga ke Suwa. Rafi’ sebagai petunjuk jalan, kedua matanya membengkak dan mengalami kebutaan.
Dalam mengarungi kehidupan terkadang datang masa sulit dan seolah-olah tidak ada jalan keluar. Disitulah manusia diuji apakah ia sabar atau bersangka buruk kepada Allah?
Seorang mukmin tentu ia yakin dengan pertolongan Allah. Ia selalu berdoa, mendekatkan diri kepada Allah dan berikhtiar dengan jalan yang dibolehkan oleh syariat.
Khalid dan pasukannya sudah berada dalam kehausan yang sangat. Perjalanan masih ratusan kilo meter lagi untuk sampai ke Suwa, belum lagi harus melalui beberapa daerah pemukiman penduduk dari orang-orang Arab yang loyal kepada kekaisaran Romawi seperti Arak, Tadmur dan lainnya. Mereka juga harus melewati kota Bushro, yang dikuasai oleh orang-orang Arab dari suku Ghasasinah yang diberi hak otonom oleh kekaisaran Romawi. Jika mereka tidak mendapatkan air, tentu kebinasaan yang akan mereka terima. Suasana pasukan dalam keadaan tegang. Khalid meminta pendapat Rafi’, apa yang mesti mereka perbuat?
Rafi’ meminta pasukan melihat disekitar mereka apakah ada dua bukit yang berdampingan? Iya, ada dua bukit yang berdampingan di sekitar mereka. Rafi’ meminta agar pasukan mencari pohon ‘Awsaj yang berada di antara dua bukit tersebut. Mereka mencarinya tetapi mereka tidak menemukannya. Rafi’ yakin di sana ada pohon ‘Awsaj, mereka diminta untuk mencari dengan lebih teliti. Akhirnya mereka menemukan akar pohon ‘Awsaj. Batangmya telah ditebang orang.
Rafi’ meminta agar menggali tanah yang berada di sekitar akar pohon tersebut. Beberapa orang menggali tanah di sekitar pohon tersebut sampai akhirnya memancarlah mata air yang deras tidak berhenti. Kaum muslimin bertakbir dan memuji Allah atas pertolonganNya. Mereka bersujud syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan mereka dari kebinasaan. Allah selalu mengabulkan doa orang yang sedang terpepet. Allah berfirman,
أَمَّن يُجِيبُ ٱلْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ ٱلْأَرْضِ ۗ أَءِلَٰهٌ مَّعَ ٱللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kalian mengingati(Nya).” (QS. An Naml: 62)
Alhamdulillah, para pasukan dan hewan yang mereka tunggangi pun minum dari mata air tersebut. Mereka juga membawa air sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan. Rafi’ ditanya bagaimana dia tahu akan daerah tersebut dan bagaimana sampai tahu di sekitar tempat tersebut terdapat pohon ‘Awsaj dan mata air? Beliau menjawab bahwa tiga puluh tahun lalu, ia pernah diajak oleh ayahnya ke daerah ini. Sejak itu ia belum pernah ke sini lagi. Allah Akbar! Allah memberikan kelebihan kepada sebagian hambaNya berupa kekuatan daya ingat.
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua agar menggunakan segala potensi dan karuniaNya di jalan yang diridhaiNya, aamiin. Alhamdulillah singkat cerita, panglima Khalid bin Walid dan pasukannya sampai di daerah Syam dan bertemu dengan pasukan kaum muslimin yang sedang menunggu kedatangan mereka.
Rafi’ diberi gelar dengan panggilan Rafi’ Al Khair (Rafi’ Orang Baik), dikarenakan perhatian beliau kepada orang-orang fakir miskin. Beliau sering memberi makan kepada mereka, mungkin beliau teringat masa lalunya yang penuh dengan kesulitan makanan. Rafi’ berusaha menebus dosa-dosa di masa lalu dengan berbagai amal kebaikan
dan berharap ganjaran dari Allah. Termasuk memberi makan, merupakan amal shalih yang dianjurkan dalam Al Quran. Allah berfirman menceritakan amalan ahli Jannah,
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al Insan: 8-9)
Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang berjuang di jalan Nya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Sebagai orang-orang yang bertawakal kepada Nya, dan memberikan taufik dalam melakukan amalan-amalan ahli Jannah. Dan mengaruniakan kepada kita keikhlasan dan menerima amal ibadah kita.
Aamiin.
Senin,
16 Rabiul Awal 1442 H
2 November 2020 M
Referensi:
- Kitab Shuwar min Hayatish Shahabah
Oleh : Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya rahimahuLLAH. - Shuwarun min Hayatish Shahabah
Oleh : Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya rahimahullah - Artikel “Hajjatu Khalid wa Amrush Shiddiq lahu bilkhuruji ila Asy Syam”
Oleh : Prof. Dr. Ali Shallabi (alsallabi.com) - Dan lain-lain
Tentang Penulis:
Ulama dan Penulis Lebih Dari 15 Buku Best Seller,
Pembina Mualaf Center Nasional Aya Sofya Cirebon.
Rekomendasi artikel:
- Surat Terbuka Kepada Orang-Orang yang Tertutup Pintu Hatinya
- Kisah Mualaf Australia, Sesungguhnya Shalat Mencegah Perbuatan Keji Dan Mungkar
- Kisah Jaabir ‘Atsaraatil Kiraam, Menghibur Kesulitan Sang Dermawan
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
SURABAYA: Pesantren JEHA Dolly. Jl. Putat Jaya No. 4B, Putat Jaya, Kota Surabaya.
DEPOK: Jl. Tugu Raya No. 8 Kelapa Dua Cimanggis, Depok.