Fenomena yang mencengangkan tengah ramai diperbincangkan di kalangan pemerhati teologi dan perbandingan kitab suci. Dalam salah satu kajian publik yang diunggah di kanal dakwah YouTube, seorang pembicara mengungkapkan bahwa di dalam Alkitab khususnya dalam Injil Markus pasal 16, terdapat 12 ayat tambahan yang tidak pernah ada dalam naskah asli. Tambahan yang misterius ini menimbulkan pertanyaan besar: dari mana ayat-ayat itu muncul? Siapa yang menambahkannya? Dan mengapa gereja tetap mempertahankannya hingga hari ini?
Markus 16:9–20, Dua Belas Ayat Misterius
Isu ini sebenarnya bukan hal baru dalam dunia studi kitab suci. Para ahli tekstual Kristen sendiri telah lama memperdebatkannya. Dalam Biblical Scholarship modern, disebutkan bahwa Markus 16 ayat 9–20 memang tidak ditemukan dalam naskah tertua Injil Markus, baik naskah Codex Sinaiticus maupun Codex Vaticanus yang menjadi rujukan utama Alkitab.
Artinya, penutup asli Injil Markus berhenti di ayat 8, dan tambahan dari ayat 9 hingga 20 baru muncul berabad-abad kemudian. Isinya pun cukup mengagetkan di antaranya kisah kebangkitan Yesus, perintah untuk membaptis, serta mukjizat yang tidak pernah disebutkan di kitab lain.
“Ayat-ayat itu tidak ada dalam naskah kuno. Entah siapa yang menambah, tiba-tiba muncul dua belas ayat, tak tahu dari mana asalnya,” ujar sang pembicara dalam video.
Tambahan ini sangat penting, sebab bagian tersebut menjadi dasar banyak ajaran Kristen modern, terutama tentang baptisan dan penginjilan. Namun jika bagian itu ternyata palsu atau hasil karangan, maka pondasi teologis yang bersumber darinya pun menjadi lemah dan rapuh secara akademik.
Yesus Membaptis dan “Pelacur yang Diampuni”: Kisah yang Tak Pernah Ada
Pembicara dalam video juga menegaskan bahwa banyak cerita populer dalam Alkitab ternyata tidak memiliki dasar teks asli. Misalnya kisah Yesus membaptis, atau perempuan berdosa yang diampuni Yesus, yang sering dijadikan simbol pengampunan kasih.
Kisah “perempuan yang berzina” itu disebut muncul dalam Injil Yohanes 7:53–8:11. Namun fakta mengejutkan: kisah itu tidak ditemukan dalam naskah-naskah Yunani tertua dan baru ditambahkan pada abad ke-4 atau ke-5. Bahkan sejumlah edisi Alkitab modern memberi catatan kaki:
“Bagian ini tidak terdapat dalam naskah tertua.”
Dengan kata lain, cerita yang selama ini dijadikan bahan khotbah dan renungan ternyata tambahan belakangan bukan wahyu asli, melainkan sisipan manusia.
Lalu bagaimana dengan ayat tentang makanan haram dan halal? Di dalam Markus 7:19, diterjemahkan bahwa “Yesus menyatakan semua makanan halal.” Namun teks Yunani aslinya tidak pernah menyebut “semua makanan menjadi halal.” Kata itu hasil tafsir, bukan teks eksplisit. Maka kesimpulan bahwa Yesus menghalalkan babi adalah hasil interpretasi, bukan kutipan naskah orisinal.
Trinitas: Ajaran yang Tak Pernah Diajar Yesus
Hal lain yang disebutkan dalam video ialah ketiadaan ayat Trinitas di dalam Alkitab.
Ayat yang sering dijadikan dasar, yakni 1 Yohanes 5:7–8, ternyata juga termasuk ayat tambahan. Dalam Alkitab terbitan King James Version lama tertulis:
“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”
Namun pada naskah-naskah Yunani kuno, bagian “Bapa, Firman, dan Roh Kudus” tidak ada sama sekali. Tambahan itu baru muncul dalam naskah Latin Vulgata beberapa abad setelah penulisan awal.
Jadi, ajaran Trinitas bukan berasal dari perkataan Yesus, melainkan hasil keputusan konsili gereja pada tahun 325 M di Nicea, di bawah pengaruh politik Romawi. Inilah sebabnya para peneliti menyebut bahwa Trinitas adalah produk teologi gereja, bukan wahyu ilahi.
Bahasa Penulisan: Yunani, Ibrani, atau Latin?
Dalam sesi selanjutnya, pembicara menjelaskan bahwa ada kejanggalan lain: mengapa kitab yang ditulis oleh orang Yahudi, tentang tokoh Yahudi, di tanah Yahudi, justru berbahasa Yunani?
Yesus, para muridnya, dan komunitas awal adalah orang Ibrani yang berbahasa Aram. Maka sangat janggal jika kitab-kitab mereka ditulis dalam bahasa Yunani, apalagi mengingat bahwa bahasa Yunani kala itu bukan bahasa rakyat Yahudi, melainkan bahasa kolonial dan politik kekuasaan.
Bahkan tulisan di atas salib Yesus sendiri, INRI (Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum), adalah dalam bahasa Latin, bukan Yunani. Jika begitu, mengapa Injil tidak ditulis dalam Latin, atau minimal dalam Aram/Ibrani?
Poin ini memperkuat dugaan bahwa naskah-naskah Injil yang kita kenal hari ini merupakan hasil terjemahan dan rekonstruksi berlapis-lapis, bukan catatan langsung dari saksi mata.
Ketidakkonsistenan dan “Kekacauan” Syariat
Dalam penjelasan lanjutan, para narasumber menyampaikan bahwa ajaran Yesus sejatinya adalah kelanjutan dari hukum Taurat, bukan sistem baru yang terpisah. Yesus tidak pernah membawa syariat baru, melainkan menegaskan hukum Musa.
Namun anehnya, ajaran-ajaran yang dijalankan oleh umat Kristen hari ini tidak mengikuti Taurat dan juga tidak mengikuti syariat apa pun. Mereka menolak hukum Yahudi, tapi juga tidak mengamalkan hukum Islam. Akhirnya, secara praktik, ajaran mereka menjadi “tanggung”.
Misalnya:
- Puasa: tidak diatur secara tegas, hanya simbolis.
- Perkawinan: tidak memiliki hukum yang rinci.
- Ibadah: tidak ada tata cara baku, sehingga berkembang 140.000 denominasi dengan cara ibadah berbeda-beda.
Inilah yang dimaksud oleh pembicara sebagai agama tanpa syariat “nanggung”, karena tidak mengikuti pola hukum yang lengkap seperti Taurat dan Al-Qur’an.
Puasa Yesus 40 Hari: Realitas atau Simbolis?
Salah satu perdebatan klasik adalah tentang puasa Yesus selama 40 hari dan 40 malam. Jika Yesus dianggap manusia 100%, maka secara biologis mustahil ia bertahan tanpa makanan dan minuman selama itu. Tetapi jika ia dianggap Tuhan 100%, maka berarti ia bukan manusia biasa.
Kontradiksi ini melahirkan banyak perdebatan teologis yang belum terselesaikan hingga kini. Maka sebagian peneliti menilai kisah itu lebih bersifat simbolis, bukan kejadian faktual. Namun dalam konteks kitab suci yang seharusnya mencatat kebenaran, simbol tanpa dasar historis justru memperlemah keaslian teks.
Dari Perpecahan Denominasi hingga Hilangnya Komando
Kajian tersebut juga menyoroti realitas sosial umat Kristen modern: perpecahan denominasi yang luar biasa banyak. Data menunjukkan bahwa hingga kini terdapat lebih dari 140.000 denominasi di seluruh dunia, masing-masing memiliki tata cara ibadah, tafsir ayat, dan pandangan teologis yang berbeda.
Bahkan antarpendeta di media sosial pun sering saling menyerang. Sementara itu, hanya Katolik Roma yang masih memiliki struktur komando tunggal di bawah Vatikan, sementara aliran Protestan dan Karismatik berjalan tanpa kendali pusat.
Dari sinilah muncul kebingungan di kalangan awam:
“Kalau setiap pendeta bisa bikin sekolah teologi dan menafsirkan kitab sesuai selera, lalu siapa yang menjamin kebenaran teks dan tafsir itu sendiri?”
Kritik terhadap Sistem Pendanaan dan Misi
Lebih jauh lagi, pembicara menyinggung bahwa di balik penyebaran teologi tertentu terdapat dukungan dana besar dari negara-negara Barat seperti Jerman, Belanda, dan Inggris. Pendanaan itu menopang proyek misi, pendirian gereja besar, dan bahkan kampanye sosial yang terselubung.
Sebagai contoh, disebutkan gedung besar Sentul International Convention Center (SICC) di Bogor, yang disebut-sebut pernah dipakai untuk kegiatan gerejawi skala Asia Tenggara. Pendanaan luar negeri yang “unlimited” itu menjadi simbol kekuatan finansial lembaga keagamaan Barat dalam menyebarkan pengaruhnya ke dunia ketiga.
Sebaliknya, umat Islam kerap berjuang dengan dana terbatas untuk membangun mushola, masjid, dan pusat dakwah. Namun di sinilah nilai perjuangan Islam tampak — karena dakwah dijalankan dengan keikhlasan, bukan kepentingan finansial.
Islam: Menjawab dengan Ilmu, Bukan Kebencian
Menariknya, meski banyak menyampaikan kritik tajam terhadap kejanggalan teks Alkitab, para narasumber dalam kajian itu tidak menebar kebencian. Mereka justru menegaskan bahwa kritik dilakukan karena kasih sayang terhadap umat Kristen, agar mereka mengenal kembali wahyu yang murni dari Allah.
“Orang Islam bukan menyerang, tapi menyayangi. Kami hanya ingin mereka tahu mana wahyu asli dan mana karangan manusia,” ujar salah satu pembicara.
Ini sejalan dengan semangat dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin, membawa kebenaran dengan kelembutan, namun tetap tegas dalam menunjukkan fakta.
Alkitab Butuh Audit Teks
Dari pembahasan panjang ini, setidaknya ada beberapa kesimpulan penting:
- Terdapat 12 ayat palsu di akhir Injil Markus (16:9–20) yang tidak ada di naskah kuno.
- Kisah perempuan yang diampuni, Yesus membaptis, dan ayat Trinitas juga merupakan tambahan belakangan.
- Bahasa Yunani yang digunakan dalam penulisan Alkitab tidak logis secara historis, karena para penulis dan tokoh adalah orang Ibrani.
- Ajaran Yesus sejatinya mengikuti hukum Taurat, bukan hukum baru.
- Perpecahan denominasi menunjukkan tidak adanya komando tunggal dan kekacauan tafsir dalam tradisi Kristen modern.
- Islam hadir sebagai pelengkap wahyu, menyempurnakan hukum-hukum sebelumnya dan mengembalikan ajaran tauhid yang murni.
Al-Qur’an bukan hasil kutipan, melainkan wahyu langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﷺ, dalam bahasa Arab yang terjaga hingga kini. Itulah mengapa umat Islam meyakini bahwa hanya Al-Qur’an yang dijaga dari perubahan, sebagaimana janji Allah dalam QS. Al-Hijr [15]:9:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
Kajian ini bukan untuk menyinggung keyakinan siapa pun, tetapi untuk mengajak berpikir kritis dan menelusuri sejarah teks dengan kejujuran ilmiah. Sebab kebenaran sejati tidak lahir dari fanatisme, melainkan dari keberanian menelusuri sumber aslinya.
Pertanyaannya kini terbuka bagi siapa pun yang mau berpikir:
Jika ada ayat-ayat yang ditambahkan dan dihapus dari kitab suci, masihkah ia dapat disebut firman Tuhan yang murni?
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.…
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416
BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat
DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451
BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
