
Link youtube: https://www.youtube.com/live/X8cTJBxQSsI?si=JZuI7BPpFwLm4qq3
Dalam sebuah siaran langsung yang disampaikan oleh Ustaz Kainama, disertai Ustazah Reva dan Ustaz Dani, masyarakat Muslim diingatkan tentang pentingnya menjaga toleransi beragama secara proporsional dan mewaspadai propaganda yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa, khususnya antara umat Islam dan umat Kristen di Indonesia.
Toleransi Proporsional, Bukan Kebebasan Tanpa Batas
Ustaz Kainama menggarisbawahi pentingnya menjaga kehidupan damai dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Ia menegaskan bahwa umat Islam sering kali difitnah sebagai kelompok yang intoleran. Fitnah ini, menurutnya, bukan muncul dari dalam negeri, melainkan hasil ekspor propaganda Islamofobia dari luar negeri yang kini menyasar jemaat Kristen Indonesia.
“Umat Kristen di Republik Indonesia adalah korban dari propaganda Islamofobia yang sudah tidak laku lagi di luar negeri,” tegas Ustaz Kainama.
Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk menyampaikan informasi yang benar kepada saudara-saudara seiman dan sebangsa agar tidak terpengaruh oleh narasi pemecah belah.
Ancaman Ajaran Sesat: “Religion of Peace and Light”
Siaran ini juga menyoroti ancaman serius dari sebuah ajaran menyimpang yang dikenal sebagai “Religion of Peace and Light”, yang disebut-sebut sebagai kelanjutan atau pecahan dari ajaran Syiah 12 Imam dan Ahmadiyah.
Kelompok ini disebut mengklaim bahwa pemimpinnya, Abdullah Hasyim, adalah Imam Mahdi. Mereka memiliki doktrin yang menyimpang seperti:
- Menolak kewajiban puasa Ramadan dan salat Jumat
- Membolehkan konsumsi alkohol dalam batas moderat
- Tidak mewajibkan hijab
- Mendukung komunitas LGBTQ dalam struktur keagamaan mereka
- Mengganti Ka’bah ke lokasi lain di Petra, Yordania
- Mengajarkan reinkarnasi dan transmigrasi jiwa
Kelompok ini sangat aktif menyebarkan ajarannya kepada remaja Muslim, terutama yang hidup di kota-kota besar dan mengadopsi gaya hidup liberal.
“Mereka menyusup ke anak-anak muda lewat jalur modern: game, e-sports, dan gaya hidup bebas. Ketika anak kita terkena, tanggung jawabnya amat berat di hadapan Allah dan para malaikat,” kata Ustaz Kainama dengan nada prihatin.
Pesan kepada Orang Tua Muslim
Para orang tua Muslim diajak untuk kembali memperkuat pendidikan Islam di rumah. Mengajarkan Al-Qur’an, fikih, akidah, dan sirah nabawiyah menjadi benteng utama menghadapi ajaran-ajaran menyimpang yang berkedok kedamaian dan modernitas.
“Jangan bilang, ‘nggak apa-apa modern sedikit’, tapi tidak kenal Al-Qur’an, tidak paham akidah. Itu bisa menjadi awal kehancuran akhlak dan iman anak-anak kita,” ujar beliau.
Waspadai Penyusup di Dunia Maya
Ustaz Kainama juga menyentil keberadaan akun-akun media sosial, khususnya di YouTube dan TikTok, yang mengaku Kristen atau Islam tetapi kerap menyebarkan kebencian, fitnah, dan propaganda keagamaan yang tidak berdasar.
“Mereka bukan Kristen, bukan Islam, mereka adalah manusia liar, penumpang gelap, pengkhianat bangsa,” katanya.
Ia menyebut bahwa channel-channel seperti ini acap kali mengkritik Islam tanpa dasar ilmiah, menggunakan nama palsu, tidak menunjukkan identitas, dan bertujuan memecah belah masyarakat Indonesia.
Membentengi Keluarga dari Pengaruh Ajaran Menyimpang: Refleksi Akidah dan Upaya Perlindungan Anak
Zaman ini menghadirkan tantangan yang tidak ringan bagi keluarga Muslim. Arus informasi yang deras, tren budaya yang asing, dan munculnya simbol-simbol yang tidak sejalan dengan ajaran Islam menjadi tantangan besar bagi para orang tua.
Sebagai pagar pertama bagi anak-anak kita, kita dituntut untuk menciptakan suasana Islami yang kokoh di rumah. Salah satu langkah praktis yang dianjurkan adalah membiasakan salat berjamaah, terutama salat Subuh bersama anak-anak. Dengan ini, anak-anak bukan hanya belajar kedisiplinan, tetapi juga merasakan kehangatan spiritual dalam keluarga.
Bayangkan jika ayah sedang dinas luar kota, lalu anak laki-laki mengambil peran sebagai imam. Ini bukan hanya pendidikan mental dan spiritual, tapi juga langkah nyata membentengi mereka dari pengaruh-pengaruh negatif yang beredar di luar sana.
Waspadai Simbol dan Tren yang Menyusup
Penting bagi orang tua untuk memperhatikan tren pakaian dan simbol yang digunakan anak-anak. Beberapa simbol tertentu, seperti lambang Ahmadiyah yang disebut-sebut dalam sesi ini, mulai dikenakan oleh anak-anak tanpa mereka pahami maknanya. Ini bisa menjadi celah bagi penyusupan ideologi yang menyimpang.
Kita harus waspada terhadap segala simbol atau tren yang menyimpang dari ajaran Islam dan menanamkan pemahaman akidah yang kuat sejak dini.
Ustadz Kainama juga memaparkan sejarah mengenai Paulus dari Tarsus, atau dikenal dalam Kristen sebagai Saulus, tokoh kontroversial yang disebut-sebut mulai mengubah ajaran Tauhid murni Nabi Isa (Yesus) menjadi ajaran Trinitas. Dikatakan bahwa motif pribadi, seperti cinta terhadap seorang putri dari imam Bait Suci Yerusalem, melatarbelakangi langkah radikalnya dalam mengubah ajaran agama.
Paulus dianggap sebagai tokoh yang menentang hukum Taurat dan membawa konsep baru yang akhirnya menjadi dasar ajaran Kristen modern. Salah satu bentuk penyimpangannya adalah menjadikan Yesus sebagai Tuhan (Allah), yang menurut kajian kritis terhadap naskah-naskah kuno, tidak pernah disampaikan oleh Yesus sendiri.
Kajian Kritis terhadap Kitab Suci: Benarkah Yesus Disebut Tuhan?
Sumber yang diangkat dalam kajian ini, seperti Bible.org dan Bible Hub, menunjukkan bahwa banyak naskah Perjanjian Baru yang tidak menyebut secara eksplisit bahwa Yesus adalah Tuhan. Bahkan dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tidak ditemukan klaim Yesus sebagai Tuhan.
Disebut pula oleh beberapa ahli bahwa banyak bagian Alkitab mengalami perubahan atau korupsi teks, terutama setelah abad keempat Masehi. Tokoh seperti Dr. Bart D. Ehrman, seorang profesor terkemuka di bidang sejarah dan linguistik Perjanjian Baru, menegaskan bahwa ada bukti kuat tentang manipulasi teks-teks suci, termasuk dalam kitab Ibrani dan Yohanes.
“Theos” dan “Deus”: Menelusuri Akar Kata dan Potensi Distorsi
Dalam kajian linguistiknya, dibahas bahwa kata “Theos” (Yunani) dan “Deus” (Latin) sering digunakan dalam terjemahan Alkitab untuk menyebut Tuhan. Namun, secara etimologis, “Theos” berarti dewa, bukan Tuhan dalam pengertian Tauhid murni. Ini menjadi kritik keras terhadap penyamaan makna antara Tuhan yang Esa dengan konsep dewa-dewi Yunani kuno.
Etimologinya menyambungkan kata “Deus” dengan Zeus, dewa tertinggi dalam mitologi Yunani. Maka muncul pertanyaan kritis: Apakah Yesus dalam teks-teks itu sebenarnya disamakan dengan Zeus?
Menurut para pemapar dalam transkrip ini, hal itu bukan isapan jempol, karena terdapat banyak jejak linguistik dan historis yang menunjukkan keterkaitan tersebut, terutama dalam versi Latin dan terjemahan awal Injil pasca diangkatnya Nabi Isa ke langit.
Polemik Sejarah Yesus dan Tuduhan Sinkretisme Agama
Dalam sesi lanjutan diskusi kristologi yang disampaikan oleh Ustaz K. Nama melalui kanal YouTube Ayah Sofia, kembali diangkat narasi yang cukup kontroversial dan penuh muatan kritik terhadap sejarah perkembangan agama Kristen. Ustaz K menyampaikan teori bahwa figur Yesus telah mengalami transformasi pemaknaan dari seorang nabi dalam tradisi tauhid menjadi sosok dewa dalam tradisi politeistik Romawi, yakni Zeus.
Melalui narasi historis, kutipan literatur kuno, hingga tuduhan manipulasi teologi, disampaikan klaim bahwa proses transformasi ini bukan hanya akibat kesalahan persepsi, namun merupakan proyek terstruktur dari kekuatan yang tidak menyukai ajaran tauhid.
Kutipan Sastra Kuno dan Pengaitan Yesus dengan Zeus
Diskusi diawali dengan pengutipan puisi kuno karya Aratus dan Cleanthes, yang memuliakan sosok dewa Zeus. Dalam kutipan tersebut, Zeus digambarkan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, bahkan sebagai asal muasal manusia.
Aratus, seorang penyair Stoik dari Tarsus yang hidup sekitar 270 SM, yang juga merupakan kota asal Rasul Paulus, disebut menulis dalam puisinya bahwa “kita semua adalah keturunan Zeus.” Kalimat serupa dikutip dalam Kisah Para Rasul 17:28, yang dinyatakan oleh Paulus di Areopagus, Athena. Dalam tafsir Ustaz K, hal ini dianggap sebagai indikasi bahwa Paulus telah mengadopsi narasi paganisme ke dalam pesan Injil.
Yesus Menjadi Zeus: Dari Narasi Teologis ke Tuduhan Sinkretisme
Pembahasan berlanjut dengan penelusuran sejarah religius Romawi, khususnya masa Kaisar Konstantinus. Dalam transkrip yang dibacakan, disebutkan bahwa Konstantinus menggabungkan berbagai unsur keagamaan dalam rangka membangun persatuan politik dan religius di bawah satu kekuasaan.
Merujuk pada “Catholic Encyclopedia”, disebutkan bahwa Kaisar Konstantinus sempat terjerat keyakinan sinkretis, yakni upaya mencampuradukkan agama Kristen dengan penyembahan dewa matahari seperti Sol Invictus dan Mithras. Tuduhan ini kemudian dikembangkan menjadi argumen bahwa figur Yesus secara bertahap dirubah menjadi sosok Zeus demi menciptakan agama negara yang lebih dapat diterima oleh rakyat kekaisaran.
Simbol “halo” yang sering digambarkan pada kepala Yesus dalam lukisan-lukisan gereja juga dipertanyakan. Dalam pembahasan ini, halo disamakan dengan cahaya yang biasa digambarkan di sekitar kepala dewa-dewa pagan, terutama Sol Invictus dan Mithras. Dengan demikian, dituduhkan bahwa citra Yesus dalam seni Kristen memiliki akar dari tradisi penyembahan dewa-dewa matahari.
Tudingan kepada Paulus dan Sejarah Kristen Awal
Ustaz K kemudian menekankan bahwa Paulus bukan pembawa ajaran asli Yesus, melainkan perancang awal perubahan doktrin yang kelak dikenal sebagai Kekristenan. Dalam narasinya, disebutkan bahwa pada masa hidup Paulus, “Kristen” bukan nama agama, melainkan julukan penghinaan kepada para pengikut Yesus di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:26).
Istilah “Kristen” disebut memiliki kemiripan linguistik dengan kata “cretin” dalam bahasa Perancis Kuno, yang bermakna hinaan atau ejekan.
Tanggapan atas Dalil-Dalil Penyaliban
Kritik tajam juga dilontarkan terhadap keabsahan narasi penyaliban Yesus dalam Injil. Ustaz K menuding bahwa tidak ada keseragaman kisah, mulai dari waktu penyaliban, siapa yang memikul salib, hingga kondisi kematian Yesus. Ia menyebut adanya kontradiksi dalam Injil Markus, Lukas, Matius, dan Yohanes.
Bahkan, benda-benda peninggalan yang dipercaya terkait penyaliban, seperti kain kafan Turin, paku salib, mahkota duri, hingga tulisan “INRI” dinyatakan tidak otentik setelah dilakukan uji karbon. Semua artefak tersebut diyakini berasal dari masa jauh setelah peristiwa penyaliban diyakini terjadi.
Narasi Alternatif: Yesus Sang Nabi, Bukan Tuhan
Puncak dari diskusi ini adalah kesimpulan bahwa Yesus bukan Tuhan dan tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan, melainkan utusan Allah dan nabi yang mengajarkan tauhid. Penyaliban, penebusan dosa, dan kebangkitan dinilai sebagai rekayasa teologis yang muncul setelah ajaran Yesus mengalami distorsi besar selama berabad-abad.
Ustaz K menegaskan bahwa ajaran monoteisme murni dari Yesus telah dirusak oleh berbagai kepentingan politik dan keagamaan, yang berpuncak pada konsili-konsili gereja awal seperti Konsili Nicea (325 M).
Diskusi malam itu ditutup dengan seruan untuk memperkuat iman anak-anak Muslim terhadap tauhid, serta mewaspadai narasi-narasi agama luar yang dianggap sudah tidak murni. Meski sarat kritik, pembicara menekankan bahwa pembahasan ini bukan untuk menyerang pemeluk Kristen dan Katolik secara personal, melainkan bertujuan memperkaya pengetahuan internal umat Islam agar tetap teguh pada ajaran tauhid.
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416
BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat