Yesus dan Tauhid: Menemukan Jejak Keimanan Para Nabi dalam Alkitab

Pada sebuah sore yang penuh ketenangan di rumah pembinaan Mualaf Center Aya Sofya, suasana hangat tercipta dari dialog antara dua pemuda, Jian Ruben dan Yudistira bersama pembina di sana. Keduanya datang bukan untuk berdebat, melainkan bersilaturahim dan berdiskusi secara terbuka tentang iman, kitab suci, dan sejarah kenabian.

Jian Ruben adalah seorang mahasiswa yang beragama Kristen, sementara Yudistira adalah sahabatnya di kampus yang beragama Islam. Pertemuan mereka dengan ustaz di Mualaf Center itu menjadi ruang dialog yang damai dan penuh pencerahan. Tidak ada paksaan untuk berpindah agama, hanya sebuah ajakan untuk berpikir jernih dan menelusuri kebenaran dari sumber-sumber asli.

Mengenal Kembali Kitab dan Bahasa Aslinya

Dalam percakapan itu, sang ustaz memperlihatkan dua versi Alkitab Terjemahan Baru (TB)  satu terbitan tahun 1999 dan satu lagi versi revisi terbaru tahun 2023, keduanya diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Namun yang menarik, beliau juga menunjukkan naskah berbahasa Ibrani, yaitu bahasa asli Perjanjian Lama yang dikenal juga sebagai Tanakh (Torah, Nevi’im, Ketuvim).

Beliau menjelaskan bahwa Perjanjian Lama adalah kitab suci yang pada awalnya dimiliki oleh kaum Yahudi, kemudian diadopsi oleh umat Kristen sebagai bagian dari Alkitab. Dan dari kitab inilah, kita bisa menemukan rekaman paling tua tentang ajaran para nabi terdahulu, termasuk Nabi Musa, yang ternyata menegaskan keesaan Tuhan.

Nabi Musa dan Seruan Tauhid

Sang ustaz membuka Kitab Ulangan pasal 6 ayat 4, salah satu teks paling penting dalam tradisi Yahudi:

“Syema Yisra’el Adonai Elohenu Adonai Ehad.”

Yang artinya:

“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.”

Ayat ini dikenal sebagai Shema Israel, inti dari pengakuan iman dalam tradisi Yahudi dan Nasrani. Namun jika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kata Ehad (Ibrani) seakar dengan Ahad (Arab), yang berarti satu. Dengan kata lain, Nabi Musa menegaskan bahwa Tuhan yang disembah hanyalah satu, yaitu Allah Yang Maha Esa.

Sang ustaz kemudian menegaskan, tidak ada satu pun ayat dalam Perjanjian Lama yang menyebut nama Yesus sebagai Tuhan. Seluruh nabi dari Musa, Ibrahim, hingga Daud berbicara tentang penyembahan hanya kepada Allah semata.

Sebagai penguat, beliau membaca Kitab Keluaran pasal 20 ayat 3:

“Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku.”

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Nabi Musa menerima perintah langsung dari Allah untuk tidak menyembah selain-Nya.
Jika dalam Islam kalimat itu disebut “La ilaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah), maka dalam Perjanjian Lama pun maknanya sama: satu Tuhan yang harus disembah tanpa sekutu.

Yesus dan Pengakuan tentang Ketauhidan

Selanjutnya, sang ustaz beralih pada Perjanjian Baru, kitab yang dianggap merekam kehidupan Yesus Kristus (Isa Al-Masih). Di sini beliau membacakan Injil Markus pasal 12 ayat 29, di mana Yesus ditanya tentang hukum yang terutama:

“Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”

Menariknya, kata-kata Yesus ini identik dengan ucapan Nabi Musa di Kitab Ulangan tadi.
Artinya, Yesus tidak membawa ajaran baru, melainkan melanjutkan misi para nabi sebelumnya menegakkan tauhid.

Sang ustaz menjelaskan kepada Jian Ruben dan Yudistira:

“Apakah Yesus dalam ayat itu menyatakan dirinya Tuhan? Tidak.
Apakah Yesus dalam ayat itu memiliki Tuhan? Ya, yaitu Allah.”

Logika ini sederhana namun mendalam: jika Yesus memiliki Tuhan, berarti ia bukan Tuhan. Bahkan di seluruh isi Alkitab, tidak ada satu ayat pun yang secara tegas menyatakan “Aku, Yesus, adalah Tuhan” atau “Aku, Yesus, adalah Allah.”

Ustaz itu bahkan berkata, “Kami berani memberikan hadiah satu triliun rupiah bagi siapa pun yang bisa menemukan satu ayat yang eksplisit seperti itu.”

Yesus Mengakui Bahwa Ia Beribadah kepada Allah

Dalam Injil Yohanes pasal 20 ayat 17, Yesus berkata:

“Aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu.”

Kalimat ini menegaskan dua hal penting:

  1. Yesus memiliki Tuhan yang ia sebut sebagai “Allahku”.
  2. Tuhan itu sama dengan Tuhannya manusia, “Allahmu”.

Sang ustaz menjelaskan bahwa sebutan “Bapa” hanyalah istilah kasih sayang dalam bahasa Aram, bukan berarti hubungan biologis atau keilahian. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa daerah, maknanya bisa seperti “ayahku dan ayahmu” sama-sama satu sosok, yaitu Allah.

Yesus Mengajarkan untuk Menyembah Allah

Lebih lanjut, beliau membacakan Injil Matius pasal 4 ayat 10:

“Maka berkatalah Yesus kepadanya: Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia saja engkau berbakti.”

Dan juga Injil Lukas pasal 4 ayat 8:

“Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”

Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menyembah dirinya, melainkan mengajak semua orang agar menyembah Allah semata.
Jika Yesus adalah Tuhan, tentu ia akan berkata, “Sembahlah Aku,” tetapi justru Yesus menolak disembah dan memerintahkan agar hanya Allah yang disembah.

Yesus Berdoa dan Bersujud kepada Allah

Puncak penjelasan muncul ketika sang ustaz membuka Injil Lukas pasal 6 ayat 12:

“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa, dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.”

Di sini tampak jelas bahwa Yesus berdoa, memohon, dan bersujud kepada Allah.
Dalam versi Alkitab bahasa Arab Ortodoks Koptik, kata yang digunakan bukan hanya “berdoa”, tetapi “shalat” liusolli, yang berarti melakukan ibadah sebagaimana umat Islam melakukannya.

Artinya, Yesus melakukan shalat kepada Allah, bukan kepada dirinya sendiri. Ia sujud, tunduk, dan mengabdikan diri hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bahasa Aram dan Akar Kesamaan dengan Islam

Yesus adalah seorang Arab dari Palestina, dan bahasa sehari-harinya adalah Aram (Aramaic). Bahasa ini masih satu rumpun dengan bahasa Arab dan Ibrani.
Contohnya:

  • Shalom Aleikhem (Ibrani) = Assalamu’alaikum (Arab) = “Semoga keselamatan tercurah untukmu.”
  • Ehad (Ibrani) = Ahad (Arab) = “Satu.”
  • Isma (Arab) = Shema (Ibrani) = “Dengarlah.”

Kesamaan linguistik ini menunjukkan bahwa ajaran Yesus sangat dekat dengan Islam dari sisi bahasa, budaya, dan nilai-nilai tauhidnya.

Satu Mata Rantai Kenabian

Dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Daud, hingga Isa Al-Masih, semua nabi menyeru pada satu ajaran: menyembah hanya kepada Allah. Tidak ada di antara mereka yang mengajarkan trinitas atau menyatakan diri sebagai Tuhan.
Mereka semua adalah Muslim, yakni orang-orang yang berserah diri kepada Allah.

Sebagaimana diungkapkan ustadz Ipung:

“Yesus Kristus alaihissalam adalah manusia pilihan Allah, seorang rasul yang sangat taat. Ia beribadah, bersujud, dan berdoa kepada Allah. Ia mengajarkan kita untuk menyembah Allah Yang Esa.”

Dialog sederhana di sore hari itu pun menjadi saksi bahwa kebenaran sejati selalu sederhana, tidak lahir dari paksaan, tapi dari kejujuran dan pencarian.
Dan kebenaran itu selalu bermuara pada satu kalimat yang sama sejak awal zaman:

“La ilaha illallah” >> Tiada Tuhan selain Allah.


Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA

PRODUK PARFUM AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.

TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416

BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat

DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451

BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.