Memahami Tanakh, Perjanjian Lama, dan Perbandingannya dengan Al-Qur’an

Kajian lintas agama seringkali membuka cakrawala baru tentang bagaimana kitab suci dipahami dalam tradisi yang berbeda. Dalam sebuah sesi yang dipandu oleh Ustaz Aziz, tampil Ustazah Etika, seorang kristolog yang juga mendalami Yudaisme yang akan mengajarkan tentang Tanakh. Menariknya, beliau berguru langsung kepada Rabi Tovia Singer, seorang Yahudi yang dikenal aktif dalam membentengi umatnya dari upaya kristenisasi.

Dari pengalaman dan kajian tersebut, Ustazah Etika memaparkan perbedaan mendasar antara Tanakh (kitab suci Yahudi), Perjanjian Lama dalam Kekristenan, serta bagaimana Islam memandang konsep wahyu yang otentik melalui Al-Qur’an.

Kajian ini menjadi penting karena banyak orang masih menyamakan begitu saja antara Taurat, Tanakh, dan Perjanjian Lama, padahal kedudukannya berbeda. Umat Yahudi tidak pernah mengakui Perjanjian Baru, sementara umat Kristen menafsirkan Perjanjian Lama dengan sudut pandang mesianik. Islam sendiri menegaskan bahwa wahyu terdahulu benar adanya, tetapi isi kitab sudah banyak mengalami perubahan.

Apa Itu Tanakh?

Tanakh adalah kitab suci umat Yahudi, yang hingga kini tetap menjadi pegangan utama mereka sampai akhir zaman. Nama “Tanakh” berasal dari singkatan tiga bagian besar kitab:

  1. Torah (Taurat)
    • Lima kitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan.
    • Berisi sejarah penciptaan, kisah leluhur bangsa Israel, serta syariat yang diberikan kepada Nabi Musa di Gunung Sinai.
    • Torah menjadi pondasi hukum Yahudi dan dibacakan rutin dalam ibadah di sinagoga.
  2. Nevi’im (Nabi-nabi)
    • Berisi kisah para nabi besar dan kecil, seperti Yosua, Samuel, Yeremia, Yesaya, Amos, Hosea, dan lain-lain.
    • Nevi’im menekankan peran nabi sebagai pengingat bangsa Israel yang sering lalai dan jatuh pada penyembahan berhala.
    • Kisah-kisah ini menegaskan pola: setiap kali umat menyimpang, Allah mengutus nabi untuk meluruskan mereka.
  3. Ketuvim (Tulisan-tulisan)
    • Kumpulan kitab yang lebih bervariasi, mulai dari sastra kebijaksanaan (Amsal, Pengkhotbah), syair (Mazmur), hingga kisah sejarah (Rut, Ester, Ezra, Daniel).
    • Kitab Mazmur (Zabur) yang dinisbatkan kepada Nabi Daud sangat populer. Banyak orang Yahudi modern membawa Mazmur sebagai kitab doa pribadi, sebagaimana Muslim membawa mushaf Al-Qur’an.

Dengan demikian, Tanakh tidak hanya menjadi teks sejarah, tetapi juga kitab doa, pedoman hukum, dan dokumen teologis utama yang membentuk identitas Yahudi hingga sekarang.

Pandangan Yahudi terhadap Yesus dan Kekristenan

Ustazah Etika mengutip penjelasan Rabi Tovia Singer bahwa orang Yahudi menolak keras jika Elohim (Tuhan dalam Tanakh) disamakan dengan Yesus. Bagi mereka, Tuhan adalah Maha Suci, tidak beranak, dan tidak mungkin menjelma menjadi manusia fana.

Menurut pandangan Yahudi:

  • Yesus dianggap sebagai tokoh sejarah, tetapi bukan Mesias yang dijanjikan.
  • Klaim ketuhanan Yesus dianggap bertentangan dengan syema (doa pokok Yahudi): “Dengarlah hai Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa” (Ulangan 6:4).
  • Mereka tetap menunggu Mesias yang dijanjikan, tetapi bukan sosok yang sudah wafat atau dianggap Tuhan.

Rabi Tovia Singer menegaskan:

  • “Silakan umat Kristen meyakini Yesus sebagai Tuhan, itu hak mereka.”
  • “Namun jangan membawa-bawa Elohim Yahudi ke dalam konsep tersebut.”

Itulah sebabnya Yahudi menolak Perjanjian Baru, karena bagi mereka Tanakh sudah lengkap dan final.

Perbedaan Konsep Pemurtadan

Ustazah Etika juga membandingkan perbedaan misi agama:

  • Dalam Kekristenan, terdapat Amanat Agung: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.” (Matius 28:19).
  • Dalam Islam, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.”

Perbedaan ini sangat mendasar. Kekristenan menjadikan misi penyebaran sebagai inti ajaran. Islam, sebaliknya, menekankan dakwah dengan hikmah, tetapi tidak memaksa orang lain masuk Islam.

Dari sini terlihat bahwa upaya pemurtadan yang sering muncul bukanlah hal asing, melainkan memang tertulis dalam doktrin misi Kristen. Sedangkan Islam menekankan penyampaian kebenaran tanpa paksaan: “Tidak ada paksaan dalam agama” (QS. Al-Baqarah: 256).

Pentingnya Bahasa Asli dalam Memahami Kitab

Bahasa asli menjadi kunci penting. Ustazah Etika menjelaskan bahwa penyimpangan makna sering muncul akibat terjemahan.

  • Yahudi → Tanakh berbahasa Ibrani, dipertahankan dalam ibadah hingga kini.
  • Islam → Al-Qur’an berbahasa Arab, tetap sama di seluruh dunia tanpa perubahan.
  • Kristen → Injil diterjemahkan ke lebih dari 2000 bahasa, sehingga perbedaan kata bisa mengubah makna.

Contoh sederhana: dalam bahasa Inggris “your eyes” artinya matamu. Tetapi dalam konteks Jawa, frasa itu bisa bermakna makian. Artinya, sebuah kata tidak bisa dipindahkan begitu saja ke bahasa lain tanpa memahami konteks budaya.

Hal ini menjelaskan mengapa terjadi perbedaan terjemahan Alkitab. Misalnya: dalam Injil versi King James ada kata “wife” (istri), tetapi di terjemahan Indonesia kata itu bisa berubah atau bahkan dihilangkan. Perbedaan kecil semacam ini bisa menimbulkan perbedaan besar dalam doktrin.

Dari Tanakh ke Perjanjian Lama

Perjalanan teks Yahudi menjadi Perjanjian Lama Kristen melalui beberapa tahapan panjang:

  1. Septuaginta (LXX)
    • Terjemahan Tanakh ke bahasa Yunani Koine pada abad ke-3 SM.
    • Dikerjakan oleh 72 ahli Yahudi di Alexandria.
    • Meski lengkap, sebagian besar otoritas Yahudi hanya mengakui bagian Torah, sementara bagian Nevi’im dan Ketuvim dianggap kurang sahih.
  2. Vulgata Latin
    • Pada abad ke-4 M, Jerome menerjemahkan Alkitab ke bahasa Latin.
    • Vulgata menjadi kitab resmi Gereja Katolik selama berabad-abad.
  3. Versi Inggris & Lokal
    • Tahun 1611, muncul King James Version (KJV) yang sangat berpengaruh di dunia berbahasa Inggris.
    • Dari sini, Injil diterjemahkan ke berbagai bahasa lokal, termasuk Indonesia, Batak, dan Madura.

Perbedaan jumlah kitab kemudian muncul:

  • Yahudi → 24 kitab.
  • Protestan → 39 kitab PL (total 66 kitab dengan PB).
  • Katolik → 73 kitab.
  • Koptik → 78 kitab.
  • Etiopia → 81 kitab.

Sementara Al-Qur’an tetap 114 surah di seluruh dunia, tidak berkurang dan tidak bertambah.

Tauhid vs Trinitas

Perbedaan paling mendasar terletak pada konsep ketuhanan:

  • YahudiEhad (satu, tunggal).
  • IslamAhad (satu, tunggal).
  • Kristen → Trinitas (Bapa, Anak, Roh Kudus).

Islam menegaskan tauhid secara sederhana: bahkan seorang anak kecil bisa menjawab, “Siapa Tuhanmu? Allah. Siapa Nabimu? Muhammad.”

Sementara dalam Kristen, perbedaan aliran memunculkan beragam jawaban: ada yang trinitarian, ada yang hanya menganggap Yesus Tuhan, ada pula yang menolak roh kudus sebagai pribadi. Perbedaan internal ini menimbulkan kebingungan di kalangan awam.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Kajian ini menegaskan pentingnya memahami kitab-kitab terdahulu dengan benar:

  • Bagi Yahudi → Tanakh adalah kitab final, tidak ada tambahan Perjanjian Baru.
  • Bagi Kristen → Perjanjian Lama dan Baru menjadi dasar iman, meski penuh terjemahan dan perbedaan jumlah kitab.
  • Bagi Muslim → Al-Qur’an adalah wahyu terakhir yang terjaga keasliannya, sekaligus pengoreksi penyimpangan kitab sebelumnya.

Perbedaan ini bukan sekadar tafsir, tetapi menyangkut fondasi akidah. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengenal sejarah wahyu terdahulu untuk memahami konteks, namun tetap menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan utama.


Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA

PRODUK PARFUM AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.

TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416

BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat

DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451

BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16610

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.