
Pada kesempatan kali ini, kanal YouTube Mualaf Center Ayah Sofya kembali menghadirkan pembahasan menarik dalam kajian Kristologi bersama Ustaz Ahmad Kainama. Tema yang diangkat malam ini cukup unik dan menggugah perhatian banyak pihak, yaitu: “Ternyata Yusuf, Bapaknya Yesus, juga Beragama Islam?”
Meskipun pernyataan ini terdengar kontroversial, Ustaz Kainama menegaskan bahwa yang disampaikan bukan asumsi pribadi, melainkan berdasarkan data dan sumber resmi dari literatur Kristen sendiri, khususnya dari situs The Catholic Gentleman.
Siapa Sebenarnya Yusuf (Joseph)?
Dalam tradisi Kristen, Yusuf dikenal sebagai suami dari Maria (Maryam) dan ayah duniawi dari Yesus (Isa). Dalam artikel Getting to Know St. Joseph di situs The Catholic Gentleman, Yusuf digambarkan sebagai:
- Seorang pria yang saleh (righteous man) – sesuai dengan Matius 1:19.
- Mengasihi Tuhan dan sesamanya.
- Seorang pendoa yang hafal Mazmur dan hukum Musa (Torah).
- Melakukan doa tiga kali sehari, sebagaimana tradisi Yahudi kuno.
Analisis: Apakah Yusuf Seorang Muslim?
1. Istilah “Saleh” dan “Hafiz”
Dalam artikel tersebut, Yusuf disebut sebagai:
- Orang saleh.
- Penghafal Mazmur dan Torah.
Menurut Ustaz Kainama, istilah “saleh” dan “hafiz” bukan istilah khas dalam Kekristenan modern, tetapi justru sangat familiar dalam Islam. Dalam Islam, orang yang hafal kitab suci disebut “hafiz”, dan orang beriman yang taat disebut “saleh”.
Jika seseorang disebut hafiz dan saleh, serta mengamalkan hukum Musa, maka pola keberagamaannya sangat mirip dengan Islam, bukan dengan agama Kristen kontemporer.
2. Yusuf Melakukan Salat Tiga Kali Sehari
Dari sumber Kristen disebutkan bahwa Yusuf melakukan:
- Doa pagi (Shacharit),
- Doa siang (Minchah),
- Doa malam (Maariv / Arvit).
Ini menunjukkan ritual harian seperti salat, meski dalam konteks Yahudi kuno. Ustaz Kainama membandingkannya dengan salat dalam Islam yang juga dilakukan berkiblat dan pada waktu-waktu tertentu.
Selain itu, dalam kutipan dari Kitab Daniel (versi Bible berbahasa Arab), disebutkan bahwa Nabi Daniel berdoa menghadap kiblat Yerusalem dan melakukan rukuk serta sujud. Hal ini sangat identik dengan tata cara salat dalam Islam.
3. Tidak Ada Istilah “Kristen” pada Zaman Yesus
Salah satu poin penting dalam kajian ini adalah bahwa istilah “Kristen” bahkan tidak dikenal oleh Yesus, Maria, atau para pengikut awalnya. Istilah ini muncul jauh setelah masa Yesus, dan menurut data sejarah maupun teologis, Yesus dan keluarganya tetap berada dalam tradisi Tauhid murni ala Bani Israil, bukan gerejawi Romawi.
Bukti Tambahan: Kitab Kristen Sendiri Mengakui
Ustaz Kainama menegaskan bahwa semua data ini bersumber dari:
- Situs-situs resmi Katolik, seperti The Catholic Gentleman.
- Kitab Suci Kristen (Bible), termasuk versi berbahasa Arab.
- Komentar para Romo dan Pastor Katolik, seperti Romo Patris Alegro, yang bahkan mengkritik Protestan karena dianggap “heretik” dalam memahami kitab suci.
Dari berbagai bukti yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa:
- Yusuf (Joseph), ayah duniawi Yesus, adalah pribadi yang taat kepada hukum Taurat, seorang hafiz Mazmur dan Torah, serta tekun dalam berdoa harian.
- Praktik keagamaannya sangat identik dengan Islam atau setidaknya Tauhid murni ala Nabi Musa dan Nabi Ibrahim, bukan seperti praktik Kristen modern yang penuh pengaruh Romawi.
- Tidak ditemukan satupun bukti dari Alkitab bahwa Yusuf mengenal agama Kristen sebagaimana dikenal sekarang.
Maka, secara historis dan teologis, sangat masuk akal bila dikatakan bahwa Yusuf berada dalam jalan Islam, yakni menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang Esa — sebagaimana diajarkan oleh para nabi.
Melanjutkan penelusuran yang telah dibahas sebelumnya mengenai keterkaitan antara praktik keagamaan dalam tradisi Yahudi dan Islam, diskusi dalam sesi live streaming tersebut memasuki fase yang lebih mendalam. Salah satu segmen yang menjadi sorotan adalah pembahasan mengenai kesamaan bentuk ibadah antara Yahudi kuno dan Islam, khususnya dalam konteks doa malam atau ibadah magrib, serta posisi Yesus (Isa al-Masih) sebagai bagian dari tradisi tersebut.
“Maariv” dan “Magrib”: Doa Senja dalam Dua Tradisi
Dalam penjelasan yang dibacakan dari sumber-sumber akademik Yahudi seperti My Jewish Learning, disebutkan bahwa:
- Maariv (Ibrani) adalah doa malam yang dilakukan pada waktu senja, merupakan bagian dari ritual harian dalam Yudaisme.
- Magrib (Arab) merujuk pada waktu terbenamnya matahari dan merupakan salah satu dari lima waktu salat wajib dalam Islam.
Penekanan ini menunjukkan bahwa baik Maariv maupun Magrib berada dalam struktur ibadah harian yang sangat serupa, menekankan koneksi historis dan teologis antara Islam dan tradisi keagamaan Bani Israel.
Gerakan Fisik dalam Ibadah Yahudi dan Islam
Dilanjutkan dengan penjelasan mengenai gerakan tubuh dalam doa Yahudi, seperti:
- Membungkuk hingga tulang belakang menjadi rileks (disebut dalam Talmud Berakhot 28b).
- Sujud penuh ke tanah sebagaimana dilakukan oleh Nabi Daniel, yang berdoa tiga kali sehari dengan penuh pengabdian.
Paralel ini menggambarkan kesamaan bentuk ibadah antara Yahudi awal dan Islam, mencakup arah kiblat, bentuk rukuk dan sujud, serta penggunaan tempat-tempat khusus seperti bait suci dalam Yudaisme yang sepadan dengan masjid dalam Islam.
Yesus di Dalam Masjid dan Ka’bah?
Kutipan dari terjemahan-terjemahan Alkitab kuno seperti Alkitab Mobile Sabda 1912 dan Clean Card 1879 menyebut bahwa:
“Telah selang tiga hari, maka didapatinya akan dia di dalam Ka’bah, duduk di tengah guru-guru serta mendengar akan mereka itu…”
Juga disebut dalam Matius 13:54 (terjemahan lama):
“…setelah masuk ke dalam negerinya sendiri, diajarnya mereka itu dalam masjidnya…”
Kutipan-kutipan ini dipakai oleh narator sebagai bukti bahwa Yesus adalah bagian dari komunitas yang beribadah di tempat ibadah yang disebut ‘masjid’, bukan gereja, yang baru muncul kemudian dalam sejarah.
Beth Midrash = Madrasah: Jejak Pendidikan Keagamaan
Dari Jewish Encyclopedia disebut bahwa istilah Beth Midrash, yang berarti rumah belajar dalam tradisi Yahudi, berevolusi menjadi istilah “madrasah” dalam dunia Islam. Maka, narator menyimpulkan bahwa:
“Yesus adalah anak madrasah, lulus jadi rabi, dan mengajar di masjid di sekitar Ka’bah.”
Ini menjadi klaim kuat bahwa Yesus (Isa) berada dalam jalur pendidikan dan ibadah yang identik dengan struktur Islam kontemporer.
Tidak Ada Pengakuan Yesus Sebagai Kristen
Pertanyaan krusial muncul dari penonton:
“Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?”
Jawaban yang diberikan dengan tegas adalah: tidak ada.
Narator menekankan bahwa istilah “Kristen” justru muncul jauh setelah Yesus wafat, dan dalam Alkitab sendiri, sebutan itu baru muncul di Kisah Para Rasul 11:26, sebagai julukan dari luar kepada para pengikut Yesus di Antiokhia, bukan dari Yesus sendiri.
Yesus dan Keluarganya “Islam”?
Sebagai simpulan besar, disampaikan bahwa:
- Yesus, Bunda Maryam, dan Yosef (bapaknya secara sosial) adalah Muslim.
- Para murid Yesus — Petrus, Matius, Yohanes, Andreas, bahkan Yudas Iskariot — diklaim sebagai Muslim.
- Nabi-nabi sebelum Yesus seperti Musa, Zakaria, Abraham, dan Ishak juga disebut “Islam”.
- Kristen dikatakan sebagai agama hasil adopsi yang tidak memiliki legitimasi dari tradisi Yahudi maupun dari Yesus sendiri.
Seruan Toleransi di Akhir Sesi
Meskipun nada debat dalam siaran tersebut sangat konfrontatif, penutupan acara mengajak pemirsa untuk bersikap toleran terhadap umat Kristen:
“Mari kita hormati dan kita toleransi kepada saudara-saudara kita Kristen… secara proporsional, tidak lebai.”
Terdapat penegasan bahwa umat Kristen adalah warga negara yang harus dihormati, meskipun dari segi teologis dianggap telah keluar dari ajaran asli para nabi.
Sesi ini berusaha membangun argumen bahwa praktik ibadah Yahudi kuno, salat dalam Islam, dan ajaran Yesus memiliki benang merah yang tegas, mulai dari waktu ibadah, arah kiblat, hingga tempat belajar dan beribadah.
Di sisi lain, narasi ini mengkritisi Kekristenan modern sebagai hasil tafsir yang lepas dari akar semitiknya. Sumber-sumber seperti Talmud, Mishnah, dan terjemahan Alkitab lama digunakan sebagai pendukung naratif, meski tidak lepas dari kontroversi dan perdebatan interpretatif.
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416
BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat
DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451
BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16610