Perjalanan Pulang ke Islam Bersama Keluarga: Kisah Haru Bu Ine, Zoe, dan Zoya

Alhamdulillah, pada siang hari yang penuh berkah, sebuah momen mengharukan terjadi ketika seorang ibu bernama Bu Ine bersama kedua anaknya, Zoe (15 tahun) dan Zoya (12 tahun), menyatakan diri untuk kembali ke Islam. Perjalanan spiritual mereka bukanlah sesuatu yang singkat, melainkan melalui berbagai ujian kehidupan, pencarian iman, dan akhirnya hidayah Allah yang mengetuk hati mereka.

Momen sakral ini bukan sekadar formalitas perpindahan agama, tetapi sebuah kepulangan ke jalan tauhid yang sudah sejak awal menjadi fitrah manusia.

Latar Belakang Bu Ine

Bu Ine menceritakan bagaimana ia tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang berbeda keyakinan. Sejak muda, ia mencari jalan imannya sendiri. Pernikahan yang dijalani selama 15 tahun tidak lepas dari masalah, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Hingga pada satu titik, ia merasa berada di titik nol dalam hidupnya.

Dalam keadaan terpuruk itu, Bu Ine merenung dan menyadari bahwa dirinya butuh pegangan yang benar. Ia teringat pesan orang tuanya yang sudah lama menginginkan dirinya kembali pada Islam. Namun, pada saat itu hatinya belum terbuka. Baru setelah melalui ujian panjang, ia mulai pelan-pelan memahami bahwa jalan pulang ke Islam adalah jalan yang diridhai Allah.

Dukungan Anak-Anak: Zoe dan Zoya

Hal yang paling menyentuh adalah bagaimana kedua anaknya justru menjadi penguat bagi sang ibu.

Zoe dan Zoya dengan mantap menyatakan bahwa mereka rela hati masuk Islam tanpa paksaan siapapun. Bahkan, mereka berdua meyakinkan sang ibu bahwa keputusan ini adalah jalan terbaik yang telah Allah tentukan.

Ketika ditanya tentang keyakinannya, Zoya dengan yakin menjawab bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah, dan bahwa Yesus (Isa) bukan Tuhan, melainkan nabi dan utusan Allah. Jawaban polos namun penuh keyakinan ini membuat suasana semakin haru.

Refleksi Bu Ine: Saatnya Berbakti pada Orang Tua

Salah satu alasan terkuat yang akhirnya membuat Bu Ine mantap adalah keinginannya untuk berbakti kepada orang tua. Ia menyadari bahwa selama ini mungkin pernah mengecewakan dan membuat ayahnya menanggung luka batin karena pilihannya. Kini, ia bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk kembali sebelum terlambat.

“Dengan keputusan ini, saya merasa bisa membahagiakan orang tua saya. Saya tidak ingin terlambat, karena kalau sampai orang tua saya tiada, mungkin penyesalan itu akan menghantui saya selamanya,” ungkap Bu Ine dengan linangan air mata.

Hidayah Allah: Dari Keraguan Menjadi Keyakinan

Proses hijrah Bu Ine tidaklah instan. Ia mengaku sempat ragu karena merasa usianya tidak lagi muda, belum banyak ilmu, dan khawatir tidak bisa menjadi teladan bagi anak-anak. Namun, ia menemukan kekuatan dari lingkungannya yang mayoritas Muslim, dari teman-teman yang menyambutnya dengan penuh kehangatan, hingga anak-anak yang terus mendampinginya.

Menurutnya, semua kemudahan yang datang, mulai dari pertemuan dengan ustaz, komunikasi yang lancar, hingga dukungan orang-orang sekitar adalah tanda bahwa Allah meridhai langkahnya.

Kesaksian yang Mengguncang Hati

Dalam momen syahadat itu, para ustaz yang hadir menegaskan bahwa Bu Ine dan anak-anaknya bukanlah pindah agama, melainkan kembali ke Islam sesuai fitrah manusia sejak lahir.

“Engkau tidak masuk Islam, engkau tidak pindah agama. Engkau hanya kembali kepada jalan yang sejak awal Allah tetapkan. Ini bukan pilihan manusia, ini pilihan Allah,” ucap salah satu ustaz dengan suara bergetar.

Suasana penuh haru semakin terasa ketika doa-doa sang ayah yang puluhan tahun dipanjatkan akhirnya terjawab di hari itu.

Pola Penginjilan dan Dogma yang Masuk ke Alam Bawah Sadar

Dalam percakapan yang terbuka dan penuh pengalaman pribadi, Ustaz Kainama menjelaskan bagaimana sistem penginjilan dalam dunia Kristen modern sebenarnya bekerja. Menurut beliau, banyak anak-anak Kristen sejak kecil sudah diarahkan untuk menerima doktrin-doktrin tertentu, bukan melalui pengajaran yang rasional semata, melainkan lewat pola sistematis yang menembus alam bawah sadar.

Cara ini membuat banyak orang seakan “otomatis” menanggapi ayat atau doa tertentu. Misalnya ketika pendeta mengucapkan, “Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi damai sejahtera,” jemaat langsung menanggapi dengan penuh keyakinan, padahal yang sebenarnya terjadi adalah pembiasaan mental sejak kecil.

Ustaz Kainama menegaskan, pola semacam ini bukanlah hal sepele. Ia bahkan menyebutnya sebagai bentuk sistem yang menempel pada saraf, sehingga ketika mendengar kalimat tertentu, tubuh dan pikiran seseorang merespons secara refleks.

Shalom dan Salam: Bahasa yang Satu Akar

Menariknya, Ustaz Kainama menyinggung tentang kata Shalom yang sering diucapkan oleh Yesus dalam tradisi Kristen. Ia mengaitkannya dengan kata Salam dalam Islam. Keduanya berasal dari rumpun bahasa Semit di Timur Tengah, dan sebenarnya memiliki makna yang sama: damai sejahtera.

Yesus, kata beliau, setiap kali bertemu para muridnya akan mengucapkan “Shalom”, yang dalam bahasa Arab ekuivalen dengan “Assalamualaikum.” Maka jelas, ucapan damai yang diajarkan Yesus adalah tradisi ketauhidan yang sama dengan Islam.

Kritik terhadap Pendeta yang Mengklaim “Bertemu Tuhan”

Dalam pengalaman masa lalunya sebagai penganut Kristen, Ustaz Kainama kerap mendengar pendeta yang berkata, “Sebentar, saya tanya Tuhan dulu.” Pernyataan semacam itu menurutnya adalah ajaran sesat. Sebab, Tuhan yang Maha Besar tidak bisa dilihat atau diajak ngobrol sesuka hati oleh manusia.

Beliau menegaskan, manusia hanya bisa mendengarkan wahyu Tuhan melalui utusan-Nya, yaitu para nabi. Dan yang dimaksud tentu saja Isa Putra Maryam dalam tradisi Nasrani, serta Nabi Muhammad ﷺ dalam Islam.

Isra Mi’raj: Perjalanan Nyata Rasulullah ﷺ

Ustaz Kainama juga menyinggung pengalaman ketika ia dulu mempertanyakan klaim seorang pendeta yang katanya naik ke surga lalu turun setiap akhir pekan. Ia mengaku tidak percaya dengan klaim tersebut. Namun ketika ia masuk Islam, ia memahami mengapa umat Islam percaya pada perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ.

Bedanya jelas: Nabi Muhammad ﷺ adalah rasul yang tidak pernah berdusta. Peristiwa Isra Mi’raj adalah mukjizat, bukan klaim pribadi tanpa bukti. Dan justru Yesus sendiri dalam Injil Yohanes 16:13 sudah menubuatkan kedatangan Al Ahmad atau Muhammadin.

Menempatkan Yesus, Muhammad, dan Allah pada Proporsi yang Tepat

Salah satu inti dakwah beliau adalah mengajak umat untuk menempatkan setiap figur sesuai tempatnya. Allah sebagai Pencipta ditempatkan pada derajat tertinggi, di atas segala sesuatu. Nabi Muhammad ﷺ ditempatkan sebagai utusan Allah terakhir yang menyampaikan kebenaran. Sementara Yesus (Isa Putra Maryam) ditempatkan sebagai nabi yang mulia, bukan Tuhan yang disembah.

Sayangnya, menurut beliau, banyak orang Kristen diajarkan untuk celebrate Jesus dengan tarian dan nyanyian, padahal Yesus tidak pernah mengajarkan hal itu. Yang diajarkan Yesus justru doa yang mirip dengan Al-Fatihah: mengagungkan nama Allah, bukan menyembah dirinya.

Penyaliban: Cinta atau Kekeliruan?

Masuk ke bagian paling emosional, Ustaz Kainama menggambarkan betapa tragisnya kisah penyaliban Yesus jika memang benar terjadi. Dari mahkota duri, cambukan, hingga paku di tangan dan kaki, semuanya begitu menyakitkan.

Namun beliau bertanya dengan kritis: “Apakah pantas kita memiliki Tuhan yang diperlakukan seperti itu?”
Menurut beliau, sungguh aneh bila ada yang meyakini bahwa dosa manusia harus ditebus dengan penderitaan seorang nabi yang tidak bersalah. Bukankah itu justru mencerminkan ketidakadilan?

Islam, sebaliknya, memuliakan Yesus. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Yesus tidak disalib, melainkan diselamatkan oleh Allah dan diangkat ke sisi-Nya. Dengan demikian, cinta sejati kepada Yesus adalah dengan mengimani bahwa ia nabi mulia yang dilindungi Allah, bukan korban penyaliban.

Kasih yang Sejati: Mengikuti Jalan Para Nabi

Ustaz Kainama menutup bagian ini dengan ajakan: mari menanggalkan masa lalu yang penuh dogma, lalu membuka hati pada kasih sejati dari Allah melalui Islam. Karena dalam Islam, setiap orang yang bersyahadat bagaikan bayi baru lahir—dosa masa lalunya diampuni, hatinya dibersihkan, dan hidupnya dimulai kembali.

Beliau mengutip ayat Alkitab yang sering dipakai di gereja, bahwa dosa manusia dilempar ke tubir laut yang paling dalam. Bedanya, dalam Islam itu bukan sekadar nyanyian, melainkan realitas: Allah benar-benar Maha Pengampun dan memberi kehidupan baru.

Melalui pengalaman pribadi, kritik tajam, dan penggalian ayat baik dari Alkitab maupun Al-Qur’an, Ustaz Kainama menunjukkan bahwa Islam bukan sekadar agama, tetapi wujud cinta Allah yang nyata. Islam bukan menolak Yesus, justru lebih memuliakan beliau daripada dogma yang menempatkannya secara keliru.

Dan bagi siapa pun yang mencari kebenaran, pelajaran ini menjadi ajakan untuk membuka hati: tempatkan Allah pada puncak ketuhanan, tempatkan Muhammad ﷺ sebagai rasul terakhir, dan muliakan Yesus sebagai nabi yang benar. Itulah jalan menuju cinta sejati yang Allah ridai.


Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).


ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?

REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA


SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:

MUALAF CENTER AYA SOFYA

PRODUK PARFUM AYA SOFYA


MEDIA AYA SOFYA

Website: www.ayasofya.id

Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA

YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA

Instagram: @ayasofyaindonesia

Email: ayasofyaindonesia@gmail.com


HOTLINE:

+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506

+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100

+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361


ADDRESS:

MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.

PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.

TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416

BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat

DEPOK: Jl. Tugu Raya Jl. Klp. Dua Raya, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451

BOGOR: Jl. Komp. Kehutanan Cikoneng No.15, Pagelaran, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16610

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.