ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)
Jika kita merujuk pada ayat diatas maka sebenarnya Allah melalui Al-Qur’an telah mengingatkan kepada kita bahwa proses menyeruh kepada kebenaran itu tidak dapat dihindari. Tetapi disitu terdapat kunci dari setiap khawatirkan bahwa jika kita hendak berdebat atau berdiskusi maka harus dengan cara yang baik. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ust. Kainama pada postingan sebelumnya (Klik di sini)
Ujung dari perdebatan yang sering muncul di masyarakat mengenai terminologi Kristologi yang seringkali berujung pada benturan-benturan yang menimbulkan efek negatif. Sesungguhnya Al-Qur’an sudah mengingatkan bahwa memang tidak bisa dihindari akan terjadi proses infraksi. Pertanyaannya saat ini adalah bagaimana kita bisa menyampaikan kebenaran kalau tidak ada proses-proses yang harus kita tempuh?
Agama Islam penuh dengan toleransi !!
Tentu ketika berproses menghadapi dua hal yang berbeda tentunya akan terjadi berbedaan konotasi, dalam hal ini adalah satu benar dan satu salah. Sehingga hal itu akan menimbulkan berbagai efek sebagaimana yang digambarkan oleh ust. Kainama pada postingan sebelumnya. Maka solusinya adalah ketika kita berdebat atau berdialog harus menempuh jalur terbaik tetapi bukan berarti dalam hal ini menghapus perdebatan, menghapus dialog, atau menghapus diskusi karena memang semua itu tidak bisa dihindari.
Dialog atau diskusi dalam rangka menyeru pada kebenaran sejatinya tidak bisa dihindari. Pertanyaannya saat ini adalah tentang bagaimana menemukan cara untuk saling berinteraksi agar mendapatkan titik temu yang terindah. Ilmu Kristologi sebenarnnya mengajak untuk mengikuti teks-teks Bible yang justru mengajak pada keIslaman. Jadi istilahnya Bible menyeru pada keIslaman, sehingga ketika berinteraksi seharusnya mengungkapkan konten-konten Bible yang justru menyeru kepada keimanan tauhid.
Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ketika dua opini tentang kebenaran ini dipertemuan maka tidak mungkin bisa menghapus upaya-upaya tentang efek negatif yang berhubungan dengan toleransi. Sedangkan toleransi sejak lama yang menjadi senjata yang ditodongkan kepada umat Islam. Agama Islam selalu dikatakan sebagai agama yang tidak toleransi, entah itu toleransi atau tidak selalu berakhir dengan tanggapan tidak toleran.
Padahal jika dilihat secara historis tentang kemerdekaan Indonesia yang telah melewati banyak proses dengan penuh toleransi. Sebagaimana ketika pancasila pertama yaitu “ketuhanan dan kewajiban dalam menjalankan syariat Islam”, ketika itu ada semacam keberatan dari pihak Kristen yang meminta agar ayat itu diubah maka dengan semangat toleransinya pun akhirnya diubah menjadi ketuhanan yang maha Esa.
Artinnya sejak awal umat Islam di Indonesia sudah sangat toleran karena memang orang Islam tidak mungkin jika tidak bertoleransi, sebagaimana ajaran Islam melarang untuk bersikap intoleran. Islam juga melarang umatnnya untuk memaksakan kepercayaannya kepada orang lain. Jadi umat Islam tidak perna jika tidak toleran tetapi dalam konteks keinginan atau upaya untuk mendapatkan keinginan agar lebih terlihat terhormat lalu munculah serangan-serangan yang sebenarnnya tidak beralasan termasuk serangan intoleran yang ditujuan kepada umat Islam.
Dan yang terjadi saat ini justru umat Islam dituntut untuk menjadi “teleransi” yang membenarkan semua agama, sehingga menghasilkan sebuah pluralisme beragama yang justru digaungkan oleh para tokoh-tokoh terkemuka. Padahal tidak mungkin banyaknya agama dapat dikatakan semuanya benar, semuannya sama, atau semuanya surga ketika kita sendiri mengetahui bahwa konten atau substansinya tidak seperti itu.
Bahwa dalam konteks Islam, ketika kita mengatakan Allah itu ahad, tunggal, dan Allah itu satu maka konsekuensinya adalah Allah hanya menurunkan satu agama yaitu Agama Islam. Sehingga mulai dari Nabi Adam sampai dengan Rasulullah adalah seorang muslim. Islam menjelaskan bahwa ada rangkaian panjang yang harus ditempuh dalam menyampaikan kebenaran sesuai dengan perkembangan masyarakat. Jadi sebenarnya Yesus atau Nabi Isa adalah seorang muslim.
Substansi konten agama adalah hak Allah, tidak ada toleransi dalam hal itu !!
Menurut pemahaman ajaran agama Islam, orang yang mencari kebenaran selain Islam dan orang yang diluar Islam semuannya tertolak dan mereka adalah orang-orang yang merugi. Bahwa dalam hal ini wujud dari toleransi adalah ketika kita tidak memaksakan agama kita kepada orang lain. Itulah toleransi tetapi jika Islam dituntut untuk membenarkan agama lain itu sebenarnnya justru tidak toleransi.
Tidak ada toleransi dalam beragama dan yang adalah adalah toleransi dalam sosial beragama. Artinya sikap hidup seorang manusia ketika berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki keyakinan berbeda dan disitulah terjadi proses-proses toleransi tetapi bukan berarti agamanya sendiri toleran dalam hal membenarkan agama lainnya. Seolah-olah semua agama dituntut untuk menerima pembenaran dan membenarkan semua agama.
Tapi kemudian ada orang-orang yang mencoba menggunakan akalnya tapi tidak berdasarkan dalil sebagaimana dalam Bible, dogma kekristenan, ataupun dalil dalam Islam. Lalu mencoba menciptakan pemahaman-pemahaman baru tentang toleransi yang justru sebenarnya adalah intoleran. Misalnya kita harus menghargai semua agama karena setiap agama itu sama dan tujuannya baik, sesungguhnya hal itu yang tidak tepat dalam bertoleransi.
Jika sudah membicarakan substansi konten agama maka tidak ada toleransi dan itu bukanlah hak kita karena itu adalah hak Allah. Sebagaimana yang dikatakan Allah adalah yang kita sampaikan. Ketika Allah mengatakan tidak ada kebenaran selain agam Islam maka itulah yang harus kita sampaikan kepada siapapun tetapi ketika menyampaikannya pun harus dengan cara yang baik. Menggunaan cara santun sehingga tetap terjaga hubungan baik antar sesama manusia dan yang perlu diingat adalah bahwa tugas kita adalah menyampaikan saja dan bukan memaksakan.
Konteks dakwah seharusnya diposisikan seperti itu dan menghindari adanya penghinaan ketika melakukan sualu dialog. Kita memang benar dan harus merasa benar karena jika tidak begitu maka tidak ada artinya beragama, akan tetapi tidak boleh jika sampai merendahkan dengan menghina. Kenyataannya saat ini ketika dalam perdebatan maka yang terjadi adalah menjatuhkan. Banyaknya para debater yang berdebat dengan saling menjatuhkan. Hampir setiap orang tidak akan tersentuh dengan dakwah kita ketika merasa dijatuhkan.
Menyampaikan kebenaran bukan dengan merendahkan dan menghina !!
Secara etika kita kadang masih keliru dan tidak etis dengan mempermalukan orang didepan umum sehingga sampai kapanpun orang jika telah dipermalukan maka tidak akan menerima ajaran kita dan justru yang terjadi adalah permusuhan. Kita memang harus menang karena kita memang benar, sehingga harus terlihat benar, merasa benar, dan meyakinkan. Serta meskipun kita adalah benar tapi tetap tidak boleh merendahkan dan menjatuhkan orang lain. Selama ini dalam masyarakat ketika membicarakan agama selalu menjurus pada keyakinan dan jika seperti itu akan sulit untuk saling berinteraksikan atau berdialogkan.
Padahal agama bukan hanya soal keyakinan melainkan tentang kebenaran yang harus bisa diungkapkan dengan uji bukti. Manusia memang bisa membenarkan sesuatu jika sudah menemukan bukti-bukti kebenarannya, setelah itu bisa menyakini. Jika hanya meyakini spekulasi tanpa bukti maka bukankah kita sedang bermain-main dalam beragama?
Sehingga diskusi-diskusi lintas agama sesungguhnya sah-sah saja dalam konteks menyampaikan kebenaran asalkan bukan untuk ajang menghina atau menjatuhkan. Penyampaian kebenaran akan lebih baik jika disampaikan berdasarkan hujjah atau dalil pembuktian yang bisa diungkapkan. Dengan hal seperti itu orang akan menjadi semakin tentang suatu kebenarannya tanpa merasa dipermalukan.
Sebagaimana teks dalam bible ketika diungkapkan nyatanya mengajak dan menyeruh kepada agama Islam. Sehingga seharusnnya kita bisa menempatkan agama Kristen pada posisinya yang benar. Seperti yang kita ketahui bahwa agama pada mulanya berproses dari Nabi Adam sebagai nabi pertama sampai pada nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad sebagai penutup dan penyempurna agama.
Jika menggunakan logika konstitusi maka sebenarnya semua agama yang dibawah oleh para nabi itu benar pada masanya sehingga pada akhirnnya Allah terus menyempurnakan hingga akhirnya ditutup dengan khataman nabi yakni Nabi Muhammad. Sehingga dengan demikian ada konsistensi antara satu nabi dengan nabi yang lain. Masalahnya saat ini adalah masih banyak dari manusia yang menganggap bahwa agama adalah sebuah keyakinan padahal agama ada suatu kebenaran yang harus diyakini, untuk bisa meyakini sebuah kebenaran maka diperlukan bukti-bukti yang bisa diungkapkan.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-nya dengan cara belajar agama Islam. Bersama Mualaf Center Sumedang dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya. Siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Kami siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya. Serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
Rekomendasi Artikel:
- Kajian Kristologi Mualaf Center Medan: Gus Mbethik, Agama Bukan Sebagai Iman Tapi Sebagai Pengetahuan
- Kajian Kristologi Mualaf Center Ambon: Tanggapan Ust. Kainama Tentang Merebaknya Narasi-Narasi Kristologi Di Indonesia
- Kajian Kristologi Mualaf Center Petamburan: Memantapkan Aqidah Islam Dengan Mengenal Sejarah Agama Kristen Katolik & Kristen Protestan
- Kajian Kristologi Mualaf Center Pekanbaru: Polemik Trinitas Antar Umat Kristen
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361