Seperti apa Toleransi beragama itu?
Dialog menajubkan dengan pakar Kristologi Nasional yang diadakan oleh Mualaf Center Aya Sofya Medan mengenai toleransi beragama. Menyikapi hal ini memang perkembangan sains dan teknologi bisa berdampak pada perubahan kehidupan berbudaya kita. Antropologi berhubungan dengan sains dan teknologi, itu sesuatu yang tidak bisa dipungkiri lagi. Contoh hal itu yang secara langsung berdampak pada kehidupan kita adalah ketika jarak terlampau jauh tapi kita masih tetap merasa dekat dengan fasilitas yang dihasilkan dari perkembangan teknologi dan sains.
Jika membahasa tentang toleransi. Itu berarti saling menghormati bukan saling mencampuri. Hal ini yang perlu kita ketahui bersama karena sebuah perbedaan pasti akan terjadi dan memang sesuatu yang tidak bisa dihindari, semua itu adalah takdir dari Allah. Sesungguhnya Allah bisa menghendaki segala sesuatu, bisa saja Allah menciptakan seluruh umatnya beragama Islam.
Tetapi Allah justru membuat 2 jalan dan kita diberi kebebasan untuk memilih jalan yang benar atau salah. Oleh karena itu manusia diberi kelebihan pada otak dan dihadirkan seorang guru diantaranya yaitu para nabi, serta adanya kitab-kitab Allah. Sehingga yang dibutuhkan dalam kehidupan ini adalah sebuah kecerdasan berfikir. Sebagaimana kecerdasan berfikir dalam rangka berfikir secara akademis.
Dalam hal ini Mualaf Center Aya Sofya Medan akan berbicara berdasarkan bukti, sehingga memiliki argumentasi akademik yang harus ditunjukan sebenarnnya. Jika memang benar pasti akan diikuti tapi jika tidak benar seharusnnya ditinggalkan. Bukti sejarah tidak bisa dihilangkan begitu saja bahwa memang negeri ini dibangun atas jasa-jasa para ulama, meskipun demikian bukan berarti harus meniadakan sumbangan-sumbangan dari saudara-saudara kita diluar Islam.
Negara Indonesia dibagun atas dasar toleransi yang sangat tinggi. Masyarakat Indonesia itu mayoritas beragama Islam jadi bukan hal umum jika yang menjadi sasaran adalah umat Islam karena memang mayoritas Islam. Jika memang umat Islam di Indonesia dikatakan anti toleransi, maka bisakah kita semua menunjukan contoh negara yang toleransinya lebih besar dari umat Islam di Indonesia?
Jika dalam konteks berbangsa dan bernegara, sudah ada bukti tentang toleransi umat Islam di Indonesia sebagaimana sejak negara ini terbentuk dan sejarah adanya piagam jakarta. Pancasila merupakan hadiah dari umat Islam untuk negeri ini sekaligus menjadi bukti yang tidak bisa diruntuhkan oleh apapun.
Selanjutnya dalam konteks pribadi umat Islam bersifat humanistis menjaga hubungan baik secara horisontal. Seperti contoh ketika ada teman kita non Islam sedang membutuhkan bantuan dan sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu. Tapi jika ditanya apakah diluar Islam ada kebenaran maka jawabannya tidak ada karena hal itu sudah berbeda domain.
Dalam urusan humanis, kita boleh menyuruh mereka menjalankan agamanya dan membantu urusan mereka. Tetapi jika mengenai aqidah maka tidak ada kebenaran diluar agama Islam karena kebenaran itu tunggal. Teman-teman lainnya tidak usah risih dengan klaim-klaim kebenaran itu karena kalau Islam sudah mengatakan bahwa tidak ada kebenaran diluar Islam maka bukankah teman-teman kristen juga memiliki keyakinan yang seperti itu? jadi kita sama-sama memiliki klaim kebenaran yang tidak perlu dipermasalahkan lagi, sehingga yang terpenting adalah saling menghormati dan tidak memaksakan kebenaran.
Bagaimana kita bisa menjadi umat beragama jika tidak mempercayai klaim kebenaran yang kita anut. Dalam hal ini logika berfikir seseorang perlu dipertanyakan jika seperti itu? Seseorang dikatakan beragama maka seseorang itu harus mengklaim bahwa agamanya adalah satu-satunya yang menyelamatkannya. Kalau semua agama benar maka untuk apa kita harus memilih agama?
Selain itu hal itu jelas tidak mungkin karena kebenaran itu tidak plural melainkan tunggal. Permasalahannya saat ini adalah bagaimana klaim kebenaran itu dapat diungkapkan tanpa memaksa orang lain untuk mengikuti kebenaran yang kita klaim. Sehingga hal itulah yang perlu digaris bawahi mengenai toleransi.
Berdebat itu boleh !
Perkembangan sains dan teknologi nyatanya juga memberikan kontribusi terhadap maraknya Kristologi dan itu merupakan suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri. Secara politis dan teologis, pada zaman dahulu belum ada teknologi secanggih sekarang dan kristologi tidak semarak saat ini karena dahulu konsumsinya hanya sebatas pribadi. Sehingga dalam hal ini jika membahas tentang kristologi maka ada beberapa hal yang perlu diajukan berdasarkan logika nalar yang kita punya tentang bagaimana lahirnnya kristologi? apakah itu secara nalar atau by design?
Jika memang berdirinya kristologi adalah by design maka yang menjadi pertanyaan kita adalah siapa yang mendesign? dan apa tujuannya? Karena kita sama-sama tidak mengetahui soal itu. Sementara saat ini perdebatan dimaknai dengan makna yang negatif. Faktor yang menyebabkan itu salah satunya adalahh berkembang bahasa sebagaimana kata “tuan” dan “tuhan” yang pada awalnya memiliki arti sama, sehingga ketika Yesus disebut tuhan itu sama saja dengan Yesus disebut tuan. Tetapi saat ini kedua kata itu memiliki arti yang berbeda sehingga menjadi sangat kacau.
Debat sejatinya sesuatu yang baik yakni menguji suatu kebenaran karena seharusnya saat berdebat parameter yang dihadirkan bukan menang atau kalah melainkan benar atau salah. Oleh karena itu setiap kajian-kajian kristologi harus dipandang dalam bingkai akademis, ring akademis harus dibuat terlebih dahulu. Dalam ring akademis kita memposisikan agama bukan sebagai iman karena iman itu harus dihormati. Tapi ketika kita memposisikan agama dalam bingkai akademis maka akan menjadi suatu pengetahuan.
Segala bentuk pengetahuan maka boleh dilakukan pengujian, selama masih dalam kerangka akademis maka bebas mengklaim dan menjustifikas. Sehingga tahu seberapa jahu kecerdasan kita dalam memahami agama masing-masing. Jadi dalam debat itu kita menjelaskan dengan parameter benar atau salah, supaya kita tahu benar atau salah maka harus dijelaskan. Sebagaiman yang dijelaskan oleh Ust. Kainama, kita akan menjadi turun atau terdegradasi ketika berangkat ke kursi perdebatan dengan menghadirkan parameter menang-kalah, jika seperti itu tidak ada bedanya dengan pereman pasar.
Tapi jika kita memiliki kecerdasan berfikir dan banyak belajar maka kita akan lebih menghormati setiap perbedaan, sehingga dalam berdialog maka para meternya adalah benar atau kalah. Sebagaimana yang benar akan kita ikuti dan yang kalah akan kita tinggalkan.
Prespektif keIslaman menyatakan bahwa berdebatan-berdebatan itu hukumnya sunnah sebagaimana Nabi Muhammad juga berdialog dengan seorang kafir najran selama 3 hari 3 malam. Semua selesai dan tuntas dijelaskan oleh beliau. Namun dalam dialog itu masih ada persoalan mengenai siapa Yesus dan Maryam sehingga turun suatu firman Allah kepada untuk mengadakan Mubahala, sebagaimana berikut ini:
فَمَنْ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا۟ نَدْعُ أَبْنَآءَنَا وَأَبْنَآءَكُمْ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمْ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَٰذِبِينَ
Artinya: Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. Ali Imran: 61)
Jadi dari disi kita tahu bahwa Mubahala bukan hanya untuk sesama Islam. Ketika logika, rasionalitas, informatif, dan historis sudah dipaparkan oleh Rasulullah kepada kafir najran bawa Nabi Isa adalah manusia yang dipilih oleh Allah sebagai utusan yang mendahului Nabi Muhammad tapi mereka masih menolak kebenaran tersebut, sehingga untuk mengetahui yang benar dan salah Allah menurunkan firman-Nya yaitu tentang Mubahalah.
Secara historis menandakan bahwa perdebatan itu boleh dilakukan dan sangat terbuka bagi umat Islam, hanya kerangka berfikir dan parameter yang dihadirkan harus benar-salah bukan menang-salah. Sebagaimana kata Dr. Suryadi dalam podcast di Mualaf Center Aya Sofya Medan bahwa tidak ada orang yang akan masuk Islam jika telah dihinakan, sebagaimana mungkin kita jangan sampai melukai teman yang menjadi lawan diskusi kita. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَلَا تُجَٰدِلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا بِٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَٰحِدٌ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Artinya: Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya
berserah diri”. (QS. Al-‘Ankabut: 46)
Ayat itu sudah jelas, walaupun bahasanya sangat bagus retorikanya sepertinya melarang padahal menyuruh. Ayat ini sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh surat Petrus yang mengatakan bahwa:
Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan ! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, [ 1 Petrus 3:15 ]
Jadi jika umat Islam dan Kristen sama-sama memahami kitab sucinya maka tidak akan ada saling hujat dan menghujat. Bagi siapapun yang menghujat itu berarti dia sedang melanggar pesan dari kitap sucinya masing-masing.
Bagaimana jika maraknya kristologi karena by design?
Jika ternyata maraknya perdebatan Islam kristen yang memunculkan kristolong adalah by design, maka saat ini kita sedang diadu domba sebagai anak bangsa. Kecerdasan berfikir harus ditumbuhkan jika memang kristologi itu by design karena mereka tahu bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam dan kedua adalah Kristen, sehingga jika terjadinya pertarungan maka tidak bisa dihindarkan. Hal itu nyatanya bisa dimainkan, untuk memecah kesatuan bangsa dengan cara yang paling mudah adalah tentang suatu agama karena setiap orang pasti tidak suka jika agamanya dihinakan.
Tidak ada persaudaraan dalam keimanan jika antar agama lain, karena sebenarnnya agama tidak boleh saling bertoleransi. Tidak ada satu agamapun yang bisa membenarkan agama lainnya karena agama sudah pasti akan melakukan klaim sebagai agama yang benar. Jadi kita tidak akan perna bertemu dalam ranah keimanan tapi bertemu sebagai saudara sebangsa dan setanah air Indonesia.
Disisi lain kita juga harus menyayangi sesama manusia apapun agama, ras, pandangan politik dan perbedaan lainnya maka harus kita hormati. Agama Islam mengajarkan untu menghormati sesama manusia. Sebagaimana ketika Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat tiba-tiba ada orang Yahudi datang mengusung keranda lalu Rasulullah berdiri untuk memberi hormat, seketika itu para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah mereka itu Yahudi?”. Lalu dengan penuh kemuliaan, Rasulullah menjawab: “iya dia Yahudi, tapi dia juga manusia”.
“Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai Agamaku dan Muhammad sebagai Nabi-ku dan Rasul utusan Allah”: maka aku adalah penjaminnya, dan akan aku gandeng dia dengan memegang tangannya, sampai aku memasukkannya ke dalam Surga. (HR. At-Thabrani)
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita (ummat Islam) untuk senantiasa mengajak saudara kita yang belum mendapatkan hidayah Allah untuk berusaha mendapatkan hidayah-nya dengan cara belajar agama Islam. Bersama Mualaf Center Medan dan Mualaf Center Nasional Aya Sofya Medan, siap membantu mualaf yang membutuhkan pertolongan baik secara fisik, materi, ataupun solusi dari masalah yang dialami seorang mualaf.
Mualaf Center Nasional Aya Sofya Medan siap melakukan edukasi atau advokasi bagi mualaf di seluruh Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kesehariannya, serta membina para mualaf agar produktif dalam syi’ar dan dakwah, serta mandiri secara finansial dalam kehidupan yang berlandaskan iman, taqwa, dan cinta tanah air.
Rekomendasi Artikel:
- Kajian Kristologi Mualaf Center Sumedang: Tanggapan Dr. Suryadi Tentang Islam Anti Toleransi Gara-Gara Kristologi
- Kajian Kristologi Mualaf Center Ambon: Tanggapan Ust. Kainama Tentang Merebaknya Narasi-Narasi Kristologi Di Indonesia
- Kajian Kristologi Mualaf Center Petamburan: Memantapkan Aqidah Islam Dengan Mengenal Sejarah Agama Kristen Katolik & Kristen Protestan
- Kajian Kristologi Mualaf Center Pekanbaru: Polemik Trinitas Antar Umat Kristen
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361