KISAH MUALAF: Biodata Singkat
Sari Rosa Jeli Lumbantoruan yang lahir pada 24 Oktober 2002 di Bonandolok, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yang berasal dari keluarga Kristen yang taat. Sejak kecil, ia aktif mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari sekolah minggu, Cerdas Cermat Alkitab (CCA), hingga Cerdas Cermat Buku Ende (CCB).
Namun, kehidupan Sari penuh dengan tantangan. Ibunya menderita penyakit yang cukup serius, sedangkan ayahnya harus berjuang keras mencari nafkah. Sebelum sakit, ayahnya memiliki usaha bengkel yang cukup sukses. Namun, ketika istrinya jatuh sakit, ia harus menutup bengkel tersebut dan mengandalkan pekerjaannya sebagai petani untuk membiayai kehidupan keluarga dan pendidikan anak-anaknya.
Sebagai anak yang memahami kondisi keluarga, Sari tidak tinggal diam. Ia turut membantu ayahnya bekerja di ladang sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Meski demikian, ia tetap semangat menjalani pendidikannya dan berusaha menjadi kebanggaan orang tua.

KISAH MUALAF: Cerita Hidup
Sejak kecil, Sari mengurus dirinya sendiri karena keadaan sang ibu yang sudah sakit-sakitan. Namun, dia selalu percaya bahwa Tuhan yang dulunya dia percayai memiliki jalan hidup terbaik untuknya. Sari Rosa memiliki sosok ayah yang penyayang dan bertanggung jawab. Selain itu sejak kecil, Sari Rosa merupakan anak kesayangan sang ayah dibanding keempat saudaranya.
Sebelum sang ibu jatuh sakit ketika Sari masi duduk di bangku kelas 3 SD, Sari merupakan anak yang manja dan paling pembuat keributan di rumahnya. Hal ini karena, apapun yang dia minta selalu diberikan oleh sang ayah yang membedakannya dari saudara lain. Sang ayah memang tidak pernah menolak apapun yang diminta oleh Sari Rosa meskipun Sari Rosa tidak memaksakannya. Hal ini menjadikan Sari Rosa merasa bahwa tidak ada satupun yang tidak bisa ia dapatkan.
Ayahnya yang dulu merupakan seorang pemilik bengkel memang bisa dikatakan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Namun, semuanya berubah ketika ibunya jatuh sakit. Ibu Sari Rosa jatuh sakit di dalam gereja ketika melakukan ibadah. Dalam HKBP tempat keluarga Sari Rosa menjadi jemaat gereja. Ibu Sari Rosa merupakan salah satu calon penatua gereja. Namun, karena penyakit strooke yang tiba-tiba menyerang ibunya di ketika beribadah, sang ibu akhirnya gagal menjadi penatua. Sari Rosa yang dulunya bersekolah di SD N 173333 Pargaulan, terpaksa berpindah sekolah ke SD N 175775 Bonandolok karena sang ayah yang memutuskan menutup usahanya di Pargaulan dan mengurus sang istri yang sedang sakit di Bonandolok.
Kisah mualaf yang satu ini tak hanya memilukan di sana saja. Perjalanan pahit dimulai ketika Sari Rosa kelas 4 SD, dimana dia tak harus mendapatkan apa yang dia mau lagi. Semasa SD, dia menghabiskan waktunya untuk membantu keluarga di ladang, apalagi di Desa Bonandolok merupakan desa dimana penduduknya berpenghasilan dari hasil tani.
Selama 3 tahun, ia mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tidak sama ketika masa jaya orangtuanya. Namun, dia mengalami hidup yang lebih berat dari kehidupan yang dia alami selama 3 tahun terakhir sejak kakaknya masuk kuliah. Meskipun seberat apa dan sesusah apa kehidupan yang dia alami ketika itu, dia tetap berpegang pada apa yang dia percayai. Dia menganggap bahwa Tuhan yang dia percayai akan segera mengangkat cobaan yang dia terima.
Saat dia SD, dia memiliki seorang sahabat bernama Nurmaida Sihombing. Teman yang sangat dia sayangi dan selalu membantunya ketika kesusahan. Mereka akhirnya berbeda sekolah ketika menduduki bangku SMP. Meskipun masih tinggal di kecamatan yang sama, rumah yang berjauhan membuat keduanya hanya bisa berkomunikasi melalui surat.
Di sela semua lelah yang dia rasakan, Sari Rosa merasa bahwa memiliki Nurmaida adalah salah satu obat lelah yang dikirimkan Tuhan padanya. Dia selalu bersyukur memiliki Nurmaida sebagai sahabatnya. Meskipun dia memiliki teman-teman yang dekat dengannya saat itu, Nurmaida memiliki keistimewaan tersendiri baginya. Dari harinya yang tanpa lelah harus mengikuti ayahnya untuk bekerja di ladang, berteman dengan Nurmaida menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri baginya.
Tapi, kebahagiaan yang dia terima itu hanya bersifat sementara, dimana Nurmaida sahabatnya meninggal dunia ketika mereka di semester 2 kelas 1 SMP. Saat itu, sahabatnya mengikuti kegiatan wisata Gereja ke Danau Toba. Namun, Nurmaida tenggelam di Danau Toba dan dibawa pulang dalam keadaan tak bernyawa. Sari Rosa merasa sangat terpukul dengan kepergian sahabatnya, namun tetap saja dia rajin berdoa dan meyakinkan dirinya pasti akan terjadi sesuatu yang baik padanya.
Sejak SMP, selain menempuh perjalanan selama 45 menit berjalan kaki ke sekolah, jalanan yang naik turun juga menjadi tantangan tersendiri bagi Sari Rosa. Namun meskipun seperti itu, dia tetap berjalan ke sekolah.
Sari Rosa memiliki seorang kakak laki-laki yang duduk di bangku SMA ketika dia SMP. Meskipun mereka tidak dekat, namun mereka kerap berjalan bersama menuju ke sekolah. Kadang kala mereka akan berpisah di tengah jalan ketika kakaknya mendapatkan teman perjalanan lain atau mendapatkan tumpangan ke sekolah. Fisik yang sudah terbiasa menjalani hari yang berat menjadi keunggulan tersendiri baginya.
Keluarga yang dimiliki oleh Sari Rosa merupakan keluarga yang dianugerahi kecerdasan sejak lahir. Di dalam keluarganya, Sari Rosa merasa bahwa hanya dia yang memiliki kecerdasan yang kurang bagus. Hal ini dikarenakan, sejak SD, hanya dia yang tidak pernah mendapatkan prestasi dan juga bakat.
Berbeda dengan saudaranya, mulai dari kakak perempuannya yang pintar dan selalu mendapatkan ranking dari SD-SMA, kakak laki-lakinya yang sejak SMP selalu masuk perankingan umum 10 besar bahkan memenangkan lomba OSN Matematika sewaktu SD-SMA. Adik perempuannya juga begitu pintar selalu mendapatkan ranking umum dan sering mengikuti beberapa perlombaan baik dalam akademi maupun kesenian serta adik laki-lakinya yang pintar dalam penalaran dan memiliki bakat keturunan dari ayahnya yang pandai dalam bidang bengkel.
Dibandingkan dengan Sari Rosa yang sejak kecil hanya menumpahkan semuanya dalam tulisan-tulisan novel yang bahkan tidak memiliki akhir, mereka masih jauh di atas kecerdasan Sari Rosa. Sejak SD, hobi menulis menjadi bagian yang mengisi hari-hari Sari Rosa. Selain itu, dia juga merupakan seseorang dengan tingkat ketidakpedulian terhadap lingkungan yang tinggi. Hanya saja, ayahnya yang sangat baik selalu menuntunnya untuk menjadi remaja yang memiliki karakter bagus.
Meskipun keluarga yang lain, seperti saudara dari ayahnya merasa bahwa Sari Rosa memang berbeda dari saudaranya yang lain, ayahnya selalu memperlakukan Sari Rosa lebih baik dari saudaranya yang lain. Meskipun dimanjakan oleh sang ayah, hal itu tidak membuat Sari Rosa menjadi anak yang tidak tau diri.
Sari Rosa memang terkenal sombong di desanya, selain itu sifatnya yang tidak peduli terhadap kejadian di sekitarnya kadang menjadi omongan tetangga terhadap ibunya. Hal itu menjadikan ibunya bersikap keras kepada Sari Rosa. Ibunya selalu mamperlakukan Sari Rosa berbanding terbalik dengan ayahnya. Ketika ayahnya selalu berbicara dengan lembut terhadapnya, maka ibunya selalu memarahinya sekecil apapun masalahnya. Ibunya selalu membandingkan Sari Rosa dengan saudaranya yang lain, bahkan memberikan gelar “Sisurang” yang artinya pembuat masalah padanya.
Meskipun hal itu memang menyakitkan, Sari sudah terbiasa dengan hal itu. Bahkan sedikit pun dia tidak peduli dengan hal itu. Lagipula, sejak kecil keluarganya dari jauh juga selalu melontarkan sebutan itu padanya. Sari menganggap bahwa mereka hanya tidak menyukai bahwa dia diperlakukan penuh kasih sayang oleh ayahnya.
Bagi Sari Rosa, ayahnya adalah satu-satunya tujuan hidupnya. Dia selalu mengatakan pada siapapun bahwa dia adalah anak paling beruntung meskipun dalam keterbatasan ekonomi. Dia mendapatkan kasih sayang dari ayahnya yang baik hati dan dia masih merasakan bagaimana rasanya memiliki ibu meskipun ibunya dalam keadaan sakit. Meskipun dia harus mati-matian membantu ayahnya untuk pengobatan sang ibu dan juga biaya kuliah kakak perempuannya di Sekolah Tinggi Bibelvrow, dia mendapatkan semangat dari perjuangan ayahnya untuk keluarganya.
Ayahnya selalu mengatakan padanya bahwa, seburuk apapun sifatnya di pandangan orang lain, dia adalah putri yang lahir karna dirinya, karena itu ayahnya tidak akan membuat Sari Rosa merasa sendirian di dunianya. Itu sebabnya, Sari Rosa bukanlah orang yang terlalu memikirkan masa depan untuk berkeluarga karena dia hanya memiliki perasaan untuk menyayangi ayahnya yang tidak pernah mengecewakannya. Baginya, kemarahan orang lain bukanlah apa-apa, tapi dia paling takut ketika ayahnya sudah mendiamkannya ketika dia bersalah.
Hal ini pernah dia alami ketika kelas 3 SMA, dimana Sari Rosa bertengkar dengan ibunya. Ketika itu, dia memang bersalah karna menolak untuk membantu ibunya mandi dan menyuruh adiknya untuk melakukannya. Dia merasa, hanya dia sendiri yang selalu memandikan ibunya meskipun ibunya selalu memarahinya. Dia merasa tidak adil ketika ibunya hanya membanggakan saudaranya tapi ketika mengurusnya dia mengandalkan Sari Rosa.
Hal itu dikataan langsung oleh Sari Rosa dengan suara yang keras sehingga membuat sang ayah kecewa dan mendiamkannya selama beberapa hari. Benar, harusnya sebagai seorang anak, mengeluhkan hal seperti itu bukanlah hal yang baik. Seperti apapun perlakuan orang tua terhadap anak, bukan berarti orang tua itu tidak menyayangi anaknya.
Sari Rosa adalah anak yang paling sering bertengkar dengan saudaranya, apalagi dengan kakak laki-lakinya. Dia kadang sampai mengusir perempuan yang mendekatinya karena menyukai kakak laki-lakinya. Meskipun dia selalu dimanjakan oleh ayahnya, namun dia berbeda dengan kakak laki-lakinya yang selalu dimanjakan oleh ibunya. Kakak laki-lakinya selalu menganggap membantu Sari Rosa mengerjakan pekerjaan rumah bukanlah hal yang wajar.
Sifat kakak laki-lakinya yang patriotisme itu yang selalu membuat mereka sering bertengkar. Bahkan sejak Sari SMP, keduanya bahkan selalu tak saling mengakui bahwa mereka saudara. Salah satunya ketika Sari Rosa masih kelas 3 SMP, dimana dia dan kakak laki-lakinya berpura-pura tak saling melihat ketika berpapasan di acara lomba lari massal yang dilakukan di Tarutung.
Meskipun dengan banyak keburukan sifatnya, Sari Rosa merupakan orang yang religius dan mengikuti kegiatan keremajaan gerejanya. Bahkan ketika ada lomba CCB (Cerdas Cermat Buku Ende)dan CCA (Cerdas Cermat Alkitab), meskipun hanya belajar semalam dia selalu mampu membawa gerejanya maupun kelompoknya dalam 2 besar. Dibalik sifatnya yang tinggi hati dan angkuh, dia memiliki rasa percaya pada Tuhan yang diikutinya sejak kecil. Bahkan menjadi anggota paduan suara dalam perlombaan antar gereja juga sudah menjadi hal yang biasa saja baginya. Dia adalah salah satu anggota remaja gerejanya yang pintar dalam koor.
KISAH MUALAF: Awal Mulai Kehilangan Harapan pada Tuhan..
Kehidupan di desa juga penuh dengan cerita mistis yang sulit dijelaskan dengan logika. Salah satu kejadian yang paling membekas dalam ingatan Sari adalah ketika ayahnya sering mengalami kesurupan setiap malam akhir tahun liturgi HKBP. Keluarga mereka sudah berusaha mencari pertolongan dari pendeta dan pemuka agama, tetapi kejadian itu terus berulang setiap tahunnya.
Sari mulai mempertanyakan banyak hal. “Mengapa doa-doa kami seolah tak pernah dikabulkan?”
Keraguan itu semakin besar ketika Sari melihat bagaimana ayahnya tetap teguh beribadah, tetapi penderitaan justru semakin sering datang. Ia merasa ada sesuatu yang belum ia pahami sepenuhnya.
Ada malam yang rutin sudah 5 tahun berturut-turut sebelum meninggal dunia, ayahnya wajib kesurupan. Dalam HKBP, malam itu disebut malam akhir tahun liturgi gerejawi HKBP, dimana setiap malam sabtu sebelum besoknya akan diumumkan siapa saja yang meninggal dalam satu tahun itu. Malam itu selalu menjadi ketakutan bagi keluarga Sari Rosa.
Meskipun begitu, Sari Rosa selalu percaya bahwa jika dia berdoa setulus-tulusnya, maka ayahnya akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan yang dia percayai kala itu. Namun, pada saat dia semester 2, dia berhenti mengharapkan pertolongan seperti itu pada Tuhan. Dia mulai malas meminta apapun pada Tuhan karena dia merasa satupun permintaannya tidak ada yang dikabulkan.
Ketika malam akhir tahun pada saat dia semester 2, penyakit itu benar-benar kambuh. Bukan hanya itu, ayahnya bahkan sampai membawa sabit dan mengancam ibunya. Sari Rosa dan keluarganya sudah menyerah dengan keadaan seperti itu. Seperti seolah ada yang mengutuk ayahnya untuk tidak mendapatkan kebahagiaan di dunia ini.Meskipun ayahnya sering mengalami hal seperti itu, sekalipun ayahnya sama sekali tidak pernah berhenti berdoa dan membaca Alkitab setiap malam. Bahkan ayahnya selalu dengan kesadaran penuh mempersiapkan kotbah sedetail-detailnya untuk jadwal khotbahnya.
KISAH MUALAF: Kehidupan Perkuliahan
Sari Rosa melanjutkan kuliahnya di Universitas Sumatera Utara, jurusan Sastra Indonesia. Awalnya dia berniat mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Dia pikir nilainya yang selama SMA naik turun akan membuatnya gagal dalam SNMPTN, karena itu dia mencantumkan jurusan Sastra Indonesia tanpa berpikir kemungkinan lulus. Tapi, di luar kendalinya, dia dinyatakan lolos pada tahun 2020. Jika saja ayahnya tidak membujuk, bisa saja dia tidak akan kuliah karena tidak masuk PTN. Sari Rosa tau bahwa dia tidak akan masuk PTN kalau melalui jalur ujian, itu sebabnya dia sempat berpikiran untuk tidak melanjutkan kuliah.
Dia juga memikirkan keadaan sang ayah yang bahkan bajunya saja hanya itu-itu saja dipakainya setiap hari. Baju yang selalu dicuci kering saking tidak terpikirkan untuk mementingkan dirinya sendiri. Sari Rosa bahkan merengek tidak akan mengambil jurusan itu karena tidak akan pernah bisa membuatnya kaya di masa depan. Dia mengatakan bahwa dia lebih baik bekerja daripada kuliah.
Semester 1-3, Sari Rosa merupakan mahasiswa yang cukup susah dihubungi. Karena dia merasa tidak ada yang penting dalam hidupnya kecuali itu tentang kuliah dan ayahnya. Namun, meskipun dia kerap menghindar dari berkomunikasi dengan teman-temannya, tidak ada satupun teman sekelasnya yang tidak mengenalnya. Itu karena dia kerap muncul menjawab pertanyaan dosen atau sekedar bertanya pada dosen. Beberapa kali memang karena dia ingin mencari perhatian saja.
Selain itu, dia bukan orang yang mudah ditindas. Dia selalu menegur siapapun yang tidak disukainya. Bahkan saat dikelasnya ada penindasan, dia akan mengatakan hal yang menyelekit pada pembully itu. Beberapa kali dia sampai bertengkar dengan teman sekelasnya. Itu sebabnya tidak ada yang berani menyuruhnya melakukan apapun dan juga jarang ada yang mau bertanya padanya. Bahkan ketika dia tidak menyukai kakak tingkat, dia tidak akan pernah mencoba mengakrabkan diri dengan mereka.
Semester 1 dan 2 dia mengikuti GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) karena disuruh sang ayah. Meskipun dia adalah tipikal orang yang tidak berniat memasuki UKM seperti itu, dia tetap melakukannya karena ayahnya. Tapi, dia meninggalkan GMKI tanpa sepatah katapun atau tanpa izin dari ketua UKM-nya. Sari Rosa mengatakan sama sekali tidak ada manfaatnya mengikuti hal semacam itu. Meskipun alasan sebenarnya adalah karena dia tidak ingin berdoa dan berharap lagi pada Tuhannya. Dia memutuskan untuk berfokus pada UKM lain, yaitu Pers Mahasiswa Suara USU.
Semester 3, dia benar-benar berhenti dari berbagai kegiatan kegerejaan. Sari hanya melakukan ibadah setiap minggu dan berdoa sewajarnya. Dia benar-benar berhenti berharap setelah bertahun-tahun tak ada satupun harapan yang terkabul. Dia malah merasa hidupnya semakin berantakan dan keluarganya semakin hancur. Dari ayahnya yang memutuskan untuk meminjam uang dari bank sebanyak 50 juta untuk biaya berobat ibu dan untuk kebutuhan mereka semua, dari kakak laki-lakinya yang meskipun sudah lulus kuliah tapi tetap menjadi beban keluarga.
Saat itu, kaka kaki-lakinya memiliki mental yang rusak dan sulit diobati. Bahkan kakak laki-lakinya menjadi bahan omongan keluarganya karena sudah setahun lulus tidak juga mendapatkan pekerjaan. Saat itu juga kakaknya yang harusnya sudah wisuda malah selalu mendapatkan pengunduran acara wisuda karena Covid-19. Bahkan sang ayah tidak ikut di acara wisudanya karena kakaknya yang sakit Covid saat itu hingga dia melakukan wisuda di tempat lain sendirian.
Bukan hanya itu, ketika kakak laki-lakinya wisudapun, ayahnya tidak bisa merasakan bagaimana menonton anak yang diperjuangkannya menerima gelar baru karena Covid-19. Semua itu membuat Sari Rosa membenci Tuhan. Dia tidak ingin berharap apapun pada Tuhan dan dia tidak ingin siapapun menyuruhnya berharap pada Tuhan.
Sari Rosa bertekat untuk mempercepat kelulusan agar ayahnya melihatnya wisuda. Dia hanya berusaha menjadi lebih baik meskipun tanpa berharap pada yang namanya Tuhan. Dia memiliki dua orang sahabat yang selalu memberikan pendapat berbeda padanya meskipun keduanya sama-sama bertujuan yang baik. Dimana yang satu memberikan pendapat agar Sari tidak menjauh dari Tuhan, yang satu lagi memberikan pilihan pada Sari karena kecewa itu merupakan hal yang wajar baginya. Meskipun begitu, dia selalu berharap kedua sahabatnya yang selalu ada untuknya sejak SMA, memiliki hidup yang lebih bahagia darinya.

KISAH MUALAF: Kehidupan Ketika Kehilangan Ayah
Dia memiliki impian untuk menemani ayahnya sampai akhir. Sari Rosa hanya memikirkan ayahnya sepanjang hidupnya. Bahkan dia pernah membuat pilihan antara ayah dan ibu, dia akan selalu memilih ayahnya yang lembut dan penyayang. Namun, mimpi hanya tinggal mimpi, harapannya pupus ketika kepergian ayahnya. Yang paling membuatnya dipenuhi kebencian adalah saat sekampung membicarakan bahwa ayahnya meninggal karena disantet oleh tetangganya sendiri yang kalah dalam pemilihan kepala desa. Dan satu hal yang selalu membuatnya trauma sampai benar-benar takut untuk mengingat ayahnya adalah ayahnya meninggal dipangkuannya. Sari Rosa menyaksikan ayahnya merasa tercekik, kehilangan nafas, kesakitan sampai memaki. Kata-kata terakhir ayahnya sebelum meninggal adalah “ikkon pamateonmu nama au sonnari hape babi!” (Sekarang ternyata kau akan membunuhku, babi), entah pada siapa kata-kata itu ditujukan.
Sari Rosa merasa dia lebih baik mati daripada mengingat saat itu. Bahkan tiada hari tanpa dia memaki Tuhan, tiada hari tanpa dia menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada ayahnya. Selama beberapa waktu saat semester 4, Sari Rosa masih mengikuti ibadah gereja meskipun dengan hati yang datar dan tidak ingin berdoa. Baginya, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan sang ayah. Dia hanya menghabiskan harinya tanpa berharap hari esok akan lebih baik. Dia benar-benar merasa tidak ada harapan untuk kehidupannya.
Sari Rosa mendapat perlakuan buruk dari saudara ayahnya yang tidak menyukainya. Semua keluarganya menganggap dia terlalu cuek pada apa yang terjadi bahkan menyalahkan bahwa sifatnya yang tinggi hati adalah sumber penyakit ayah dan ibunya. Meskipun begitu, ibunya selalu marah pada siapapun yang menyalahkan Sari Rosa terhadap keadaan yang sudah terjadi. Di saat seperti itulah, ada satu hal yang diingat oleh Sari Rosa tentang ibunya. Perkataan ayahnya ketika malam hari bercerita banyak tentang ibunya, tentang perilakunya yang keterlaluan pada ibunya, tentang sikap kasarnya yang bisa saja membuat ibunya semakin sakit. “Ibumu itu adalah ibu yang hebat. Bahkan ibu orang lain pun tidak akan mampu sehebat dia. Lihatlah, saat berjalanpun dia tengkat dan tangan kanannya tidak bisa dia gunakan, dia masih memaksakan diri ke ladang demi memperjuangkan anak-anaknya. Tidak ada ibu di desa ini yang lebih hebat dari dia.” Kata-kata itu kembali terngiang seolah ayahnya datang sekejab hanya untuk membisikkannya.
Sari Rosa mendapatkan tujuan hidup hanya dengan mengingat apa yang dikatakan ayahnya selagi dia masih hidup. Dari sebelumnya dia hanya terus menganggap ibunya sebagai pelengkap dalam hidupnya, dia akhirnya memutuskan untuk menjadi anak yang lebih baik dan mengabdi pada ibunya. Meskipun terlewat beberapa kali pemikiran untuk mengakhiri hidupnya, tapi setiap mengingat ucapan-ucapan ayahnya ketika ayahnya masih hidup membuatnya takut mengecewakan ayahnya. Juga dia ingin sekali mewujudkan cita-cita ayahnya agar adik bungsunya menjadi seorang angkatan. Baginya, hidup tanpa ayah bagaikan hidup dalam mimpi buruk berkepanjangan yang tanpa akhir, tapi hidup dengan mengecewakan harapan ayahnyaakan menjadi hal paling jahat yang pernah Sari Rosa lakukan.
KISAH MUALAF: Awal Kebencian pada Gereja
Sari Rosa mengetahui bahwa ternyata sang ayah diperlakukan tidak adil selama menjadi kepala Gereja HKBP Bonandolok. Hal ini diketahuinya ketika kepergian ayahnya. Betapa kuatnya sang ayah memperoleh semua penghinaan dari sebagian besar rekan penatua gerejanya. Bahkan ketika ayahnya sudah meninggal, berita bahwa ayahnya pernah memaki salah seorang penatua gereja tersebar di desanya. Berita itu akhirnya sampai ke telinga Sari Rosa dari ibunya sendiri. Bahkan sepanjang tahu bagaimana penatua lain sangat tidak menerima ayahnya menjadi seorang kepala gereja, hanya ada dendam dan kemarahan dalam pikirannya.
Hingga pada suatu hari Sari mengetahui bahwa ternyata yang paling menyakitkan adalah ketika ayahya disebut sebagai orang yang menghancurkan sebuah kelompok koor di gerejanya. Padahal orang yang tidak terima bahwa ayahnya ini menjadi seorang kepala gerejalah yang tidak berkenan memberi rumahnya menjadi tempat untuk latihan koor saat itu. Bahkan karena hal itu ayah Sari Rosa menjadi marah sampai memaki penatua itu. Beritanya menyebar dengan cepat di desanya. Namun, satu desa tau bahwa ayah Sari Rosa adalah orang yang sangat baik dan sangat dihormati oleh warga desa. Bahkan ketika pemilihan kepala desa pun, orang yang berbeda pilihan dengan ayahnya tidak ada yang sanggup memusuhinya karena ayah Sari Rosa terlalu baik untuk dibenci.
Di desa yang ditempati oleh Sari Rosa merupakan desa yang didiami oleh satu kakek moyang, dimana kakek moyangnya memiliki 5 anak laki-laki yang akhirnya membentuk satu desa. Di desanya, ada setengah penduduknya adalah keturunan dari salah satu kakek moyangnya. Garis keturunan kakek moyang Sari Rosa adalah yang paling sedikit di desanya, tapi mereka menjadi keluarga yang plaing dihormati karena mereka merupakan keturunan anak pertama dari kakek moyangnya. Selain itu, keluarganya sebagian besar adalah orang-orang yang sukses di luar kota.
Pada saat pemilihan kepala desa, teman penatua ayahnya hanya 3 orang yang memiliki pilihan yang sama dengannya. Hal itu membuat ayahnya semakin dibenci oleh sesama penatua di gerejanya. Namun, meskipun begitu ayahnya tetap bersikap seolah tidak ada satu hal pun yang terjadi. Meskipun selalu ditekan oleh sesama rekannya, ayahnya tetap melakukan pekerjaan gereja dengan baik. Bahkan dia tahu bahwa semua pekerjaan gereja yang begitu berat ditimpahkan secara pribadi pada ayahnya. Padahal, Guru Huria sebelumnya tidak memiliki tugas yang sebegitu banyak ketika menjabat menjadi kepala gereja. Semakin Sari Rosa mengetahui kebenaran pahit tentang perlakuan gereja pada ayahnya, kebenciannya pada desanya semakin dalam.
KISAH MUALAF: Pudarnya Kepercayaan kepada Kekristenan
Selama setahun sejak meninggalnya ayahnya, Sari Rosa meninggalkan desanya untuk melanjutkan kuliahnya, Sari Rosa tidak pulang sama sekali ke desanya. Dalam pikirannya hanyalah perasaan bersalah, trauma dan kemarahan yang dalam. Dia bahkan tidak berharap sama sekali apapun yang bisa membuatnya bahagia. Meskipun selalu bertahan demi impian ayahnya untuk menjadikan adik laki-lakinya menjadi serang angkatan, selalu saja tersirat rasa ingin mengakhiri hidup.
Selalu berhasil menutupi niat buruknya, setiap orang yang melihatnya seolah merasa dia sudah biasa saja dengan kepergian ayahnya. Mana ada anak yang biasa saja dengan kepergian orang tua yang disayanginya. Bahkan jika itu bertahun-tahun pun akan sulit diterima oleh yang kehilangan ayahnya secara normal, apalagi Sari Rosa yang kehilangan ayahnya dengan cara yang tragis dan penuh trauma. Anak manapun pasti akan sulit menerima hal itu.
Sari Rosa benar-benar berhenti beribadah pada hamper akhir semester 4. Awalnya dia tidak beribadah hanya karena malas. Kemudian minggu depannya dia mulai terpikir beribadah itu tidak akan mengubah hidupnya. Begitulah seterusnya dia tak pernah menginjakkan kakinya di gereja lagi. Kebohongan demi kebohongan dia ucapkan pada kaka perempuannya untuk menghindari pertengkaran. Setiap kali ditanya, dia akan menjawab bahwa dia beribadah. Bahkan kerap ketika ditelepon saat hari minggu tiba untuk mengingatkan dia untuk beribadah dia menolak telepon dan mengatakan bahwa dia sedang berada di gereja.
Sari Rosa memiliki seorang teman dekat di kampusnya bernama Astri, yang merupakan anak strict parents dan hanya menghabiskan waktunya dengan menghafal Alqur’an dan juga menggambar komik. Selama perkuliahan, Sari Rosa merupakan satu-satunya yang mampu menerima keadaan Astri yang mentalnya rusak akibat cara didik orang tua yang salah. Hal itu menyebabkan Sari Rosa menghabiskan banyak waktu hanya untuk menemani Astri untuk menggambar komik atau untuk menghafal Alqur’an di dalam kelasnya.
Semakin hari, banyak hal positif yang membuat Sari Rosa mengagumi teman dekatnya itu. Sari Rosa berpikir sebuah kebebasan hanya dia dapat ketika dia berteman dengan Astri. Selain dia bisa jujur untuk semua masalah dalam kehidupannya, dia juga bisa menceritakan bahkan jika hal memalukan sekalipun tanpa takut ceritanya akan bocor.
Sari Rosa juga sangat mengagumi cara Astri yang konsisten dengan Alqur’an tanpa sekalipun mengeluh betapa sulitnya menghafal. Astri adalah salah satu orang yang memicu iman dalam hati Sari Rosa. Bahkan sebelum dia memutuskan untuk mencari tahu Islam pun, dia kerap beristighfar dan juga berdzikir tanpa tahu apa arti dari kata-kata yang diucapkannya. Hal itu karena dia kerap mendengarkan Astri mengucapkannya.
Sampai pada ujung semester 5, Sari Rosa mendapatkan informasi tentang pembukaan mahasiswa petukaran yang saat itu menerima 5 mahasiswa dari setiap jurusan di fakultasnya. Disinilah kisah mualaf mencari kepercayaannya bermula.
Kebetulan saja saat itu, Sari Rosa yang merasa hidupnya mulai rumit hanya ingin mencoba kehidupan baru di luar provinsi. Dia memutuskan untuk meminta izin pada saudara dan ibunya untuk mengikuti program itu. Saat itu, kakak laki-lakinya belum juga mendapatkan pekerjaan dan kakak perempuannya terpaksa menjadi generasi sandwitch. Sangat berat melepas Sari Rosa pergi sendirian ke luar kota apalagi tidak ada keluarga disana.
Saat itu, Sari Rosa tetap memaksa untuk ikut. Dia mengatakan bahwa dia akan diberikan oleh kampus setiap bulannya sebesar Rp 1 juta. Sampai suatu hari, setelah mengalami perdebatan yang berlama-lama, ibunya menyuruhnya pulang terlebih dahulu. Sebenarnya dia sudah disuruh pulang berkali-kali, tapi dia selalu mengatakan berbagai alasan agar dia tidak pulang ke kampungnya saking betapa bencinya dia pada tanah kelahirannya itu.
Itu adalah pertama kali setelah setengah tahun lebih tidak menginjakkan kaki di gereja. Baginya, memasuki gereja yang paling dibencinya adalah cara untuk mengumpulkan dosa sebanyak-banyaknya. Di gereja selain bermain handphone, dia juga sama sekali tidak pernah mendengarkan khotbah. Sari Rosa benar-benar menutup hatinya untuk Tuhan dan juga untuk gereja itu.
KISAH MUALAF: Ketertarikan Pada Islam
Pada tanggal 27 Januari 2023, Sari Rosa bersama 3 orang teman sekampusnya diberangkatkan oleh kampusnya untuk mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa FIB Se-Indonesia. Sari Rosa kembali ke Medan dari desanya pada tanggal 31 Desember malam sebelum pergantian tahun. Dia sudah tidak peduli hal seperti itu karena tahun baru tanpa ayahnya adalah sebuah hal yang tidak ingin dia rayakan. Dia pulang ke kampung untuk memuaskan rasa rindunya terhadap ibunya dan juga meminta restu dari ibunya.
Meskipun kehidupannya berkecukupan selama di Surabaya, tapi dia lebih memilih menghabiskan waktu luangnya untuk berman game dan juga menonton. Bahkan jika minggu suda tiba, dia akan pura-pura mematikan saluran data internet pada Whatsapp-nya karena tidak ingin diingatkan untuk pergi beribadah. Dia bahkan tidak terpikir ingin pergi kemanapun karena uang yang diperoleh pas-pasan untuk hidupnya saja.
Selama di Surabaya dia selalu memperhatikan salah satu temannya yang bernama Adelia. Adelia adalah seorang perempuan muslimah yang begitu indah di mata Sari Rosa. Kecantikannya tetap terlihat meskipun dia memakai cadar. Tidak hanya cantik dari wajahnya yang bisa dilihat dari bentuk matanya yang indah meski tanpa hiasan apapun, Adelia juga cantik dari hatinya yang selalu memberitahukan hal-hal baik pada Sari Rosa.
Dalam kisah mualaf yang satu ini, bisa dilihat bagaimana awalnya Sari akhirnya ingin tahu sedikit tentang Islam. Selama dia hidup, tak pernah terpikirkan sekalipun untuk mencari tahu tentang Islam. Sampai suatu hari, dia benar-benar penasaran dengan perempuan bercadar anak Sastra Indonesia Universitas Airlangga yang membuatnya memutuskan untuk mencari tahu sedikit tentang Islam. Ada satu ayat yang membuatnya lebih penasaran dengan Islam, yaitu Quran Surah Maryam ayat 24. Quran yang membuat dia mulai memikirkan satu hal, yaitu mungkin Yesus bukanlah Tuhan. Dia membaca banyak artikel yang dibuat oleh ustad maupun oleh ahli kitab dari umat muslim. Saat itu sebenarnya dia tidak begitu peduli meski sekalipun yang benar itu adalah Islam, tapi semakin hari dia memandangi Adelia, rasa kagumnya terhadap Islam semakin meningkat.
Ada suatu hari Sari Rosa bertanya pada temannya Astri, bagaimana caranya masuk Islam. Astri mengatakan saat itu bahwa masuk Islam bisa dilakukan dengan cara mengatakan syahadat di depan beberapa saksi. Sari Rosa merasa itu sangatlah memusingkan untuk dilakukan sehingga dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan untuk masuk Islam. Namun, takdir berkata lain. Sari Rosa yang memaksakan diri untuk baik-baik saja ternyata terkadang saat tiba-tiba dia mengingat bagaimana ayahnya meninggal di pangkuannya akan kemabli menangis dan terpuruk.
Bukanlah suatu kebohongan ketika dia teringat kematian ayahnya dia akan berusaha menahan diri untuk tidak melakukan hal yang menyakiti diri sendiri. Sebab dia sudah 2 kali mencoba mengakhiri hidupnya sendiri meskipun akhirnya dia akan merasa takut hingga akhirnya teringat hutang-hutag yang begitu banyak pada sang ayah.
KISAH MUALAF: Masalah yang Bertubi-tubi
Besok hari ketika dia sudah berjuang untuk mengatasi trauma kepergian ayahnya, dia bahkan mendapatkan kabar buruk dimana kakaknya yang dituduh menghabiskan uang yang sebelumnya merupakan sumbangan orang banyak karena kepergian ayahnya.
Keluarganya sampai menekan habis-habisan kakak perempuannya karena uang tersebut tersisa beberapa juta lagi. Padahal mereka tidak tau seberapa banyak utang yang ditinggalkan oleh ayah Sari Rosa ketika dia belum meninggal. Sebagian besar uangnya memang digunakan untuk menutupi utang ayahnya, selain itu saat itu juga uangnya dipinjam oleh istri dari sepupunya Sari Rosa. Hanya saja, Kakak perempuan Sari Rosa tidak tega memberitahukan bahwa uangnya dia pinjamkan pada edanya sendiri.
Saat itu juga, hanya rasa kesal yang ada di pikiran Sari Rosa. Mengapa begitu berat hari yang dia lalui setiap saat? Pertanyaan itu selalu muncul dalam benaknya. Dia tetap tidak ingin meminta pada Tuhan. Kisah mualaf yang berpikir Tuhan hanya menciptakannya sebagai mainan. Baginya, memiliki atau tidak memiliki Tuhan, hidupnya tetap sama saja tidak ada bahagianya. Yang dia rasakan sejak kecil hanyalah penderitaan, penghinaan, kebencian.
Yang paling membuatnya tidak percaya pada Tuhan adalah, jika Tuhan ada, mengapa ayahnya meninggal dengan cara yang tidak baik seperti itu? Memangnya orang sebaik ayahnya pantas diperlakukan seperti itu? Dia hanya menangis memikirkan bagaimana kakaknya akan dicemooh oleh keluarganya sendiri sepertimereka memperlakukan ayahnya. Dia benci mengakui bahwa dia tidak pernah menganggap sebagian besar dari keluarga ayahnya sebagai manusia.
Tidak hanya sampai kakaknya yang dituduh saja. Sari Rosa besoknya mengalami satu hal yang sudah sejak lama dianggapnya sembuh. Gendang telinganya yang tiba-tiba pecah membuat dia menghabiskan banyak uang untuk mengobatinya. Saat seperti ini, dia benar-benar tidak tahu harus meminta kepada siapa. Sari Rosa menganggap dunia itu memang terlalu berat di pundaknya.
Dia memutuskan untuk bertanya pada beberapa temannya membantunya menutupi biaya untuk mengobati telinganya. Beberapa temannya mau membantunya, apalagi sahabatnya yang saat itu berkuliah di Bali, namanya May. Tapi, Sari Rosa hanya kebingungan bagaimana membayarkannya dengan cepat. Saat itu ada toyal Rp 850.000,00 yang dia pinjam dari teman-temannya. Hanya untuk membeli satu tablet obat saja, dia harus mengeluarkan 20k dan beda lagi biaya penanganan. Dia sudah sempat berpikir untuk berhenti mengobati telinganya, tapi dia membenci takdir yang mungkin ingin lebih menghancurkan hidupnya dengan cara membuatnya tidak bisa mendengar.
Saat itu, dia benar-benar kesulitan membayarkan utang-utangnya. Bahkan setiap hari dia merasa bersalah pada teman-temannya karena harus memaklumi kekurangannya. Setiap hari dia mencari pekerjaan part time, namun satupun tidak ada yang mau menerima anak kuliahan. Dia bahkan tak bisa memaksakan dirinya untuk menangis saking stresnya. Selama seminggu dia bahkan tidak memiliki nafsu makan dan juga tidak bisa tidur. Sama sekali tidak bisa tidur. Dia hanya menghabiskan waktu ya untuk mencari pekerjaan part time.
Seperti takdir memang memaksanya untuk peduli pada yang namanya Tuhan. Allah tidak membiarkannya untuk tidak mengakui adanya Tuhan. Di malam hari tepat pada adzan isya, Sari Rosa mencoba mendengarkan adzan sampai habis. Dia berkata: “ jika Engkau benar Tuhan yang harus disembah, maka bantulah aku. Akan kumasuki agama-Mu, tapi aku mohon bantulah aku. Jika Engkau memang ada, mengapa kau membiarkan aku semenderita ini bahkan ketika aku tidak tahu apa-apa tentang dunia ini?”
Saat itu, Sari Rosa sama sekali tidak peduli ada saksi atau tidak, dia mengucapkan syahadat sendirian. Bukan sebuah kebohongan, tapi ini memang sebuah kenyataan. Setelah dua minggu lebih dia tidak bisa menangis karena stres tidak tahu mau melakukan apapun, dia bahkan bisa menangis sekuat tenaganya malam itu juga. Selain itu, dia bisa tertidur dengan nyenyak saat itu juga tanpa stress seperti biasa.
Besok harinya bahkan matanya yang masih sembabpun, dia bisa tertawa sendiri karena akhirnya mengalahkan rasa stresnya. Detik itu juga dia tahu satu hal, dia salah karena tidak mau mencari tahu tentang Islam. Dia mencari tahu caranya masuk Islam dengan resmi. Saat itu dia mendatangi sebuah musolah dan bertanya bagaimana caranya agar syahadat diakui, pihak musolah menyarankan untuk melakukan syahadat setelah sholat jumat saat itu.
Sari Rosa memberitahukan pada teman PMM-nya yang tadinya berasal dari kampus yang sama bahwa dia ingin melakukan syahadat, namun salah satu temannya tersebut melarangnya melakukan syahadat secara sembarangan. Hal itu menyebabkan Sari Rosa mengurunkan niat untuk melakukan syahadat saat itu.
Selang seminggu setelah kejadian itu, dia mendapatkan DM dari sebuah kafe bernama Cangkir Coffee. Disana, dia diminta untuk menggantikan salah satu barista yang sedang berduka untuk bekerja selama seminggu. Dan jika diperlukan lagi, dia akan dipanggil setelah hari itu juga. Tentu saja, baginya ini sebuah keajaiban yang dia terima. Apalagi uang yang didaptkannya cukup untuk mebayarkan utangnya.
Setelah seminggu dia bekerja, akhirnya dia fokus lagi untuk mencari tahu tentang tempat melakukan syahadat agar diakui masuk Islam. Dia mencoba membuat akun facebook fake dan masuk ke sebuah grup mualaf, bertanya di Surabaya dimana dia bisa melakukan syahadat. Saat itu seseorang memberikan petunjuk melalui direct massage dan memberikan sebuah nomor pengurus mualaf padanya.
Sari Rosa benar-benar tidak punya keraguan apapun saat itu dan langsung mengirimkan pesan bahwa dia ingin melakukan syahadat. Ustadz yang saat itu menerima pesannya menanggapi baik niat Sari Rosa untuk menjadi seorang mualaf.
Sari Rosa bersyahadat di depan ribuan santri Pondok Pesantren Gontor, pondok pesantren paling besar di Indonesia.Meskipun saat ditanya alasannya masuka Islam Sari Rosa sedikit kebingungan menjawabnya, bahkan mungkin berbeda dari fakta sebenarnya, tapi dia bertekat dia tidak akan petrnah kembali ke agamanya yang sebelumnya. Terlebih saat itu, dia diperkenalan dengan sosok Ustadz G. yang saat itu memberikan kuliah umum pada para santri Gontor. Dengan keberadaan Ustadz G., Sari Rosa semakin yakin bahwa dia tidak salah dalam melangkah.
Baginya, bahkan itu lebih baik dari hidupnya yang sebelumnya. Itu merupakan bukti bahwa Allah benar-benar mengatur jalan hidup Sari Rosa menjadi seorang muslim. Terlepas dari beberapa kali dia mengatakan Tuhan itu tidak ada, namun Allah tidak mengizinkan dia semakin jatuh dalam kegelapan.
KISAH MUALAF: Pasca Mualaf
Di dalam kisah mualaf yang satu ini, Sari memang berantakan sebelum menjadi seorang muslim, namun sejak dia mengenal Islam, ada banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya. Dari dia yang sehari-harinya sudah bisa tersenyum, dia yang merasa nyaman berpakaian ketika menggunakan jilbab, sampai dia yang mulai membuka diri pada pertemanan yang baru. Sebenarnya para ustadz menyarankan untuk dia tidak usah kembali ke Sumatera Utara karena takut akan terjadi sesuatu yang buruk padanya, namun dia tetap bersikeras untuk kembali ke Sumatera Utara menemui ibunya.
Keluarganya yang merupakan keluarga Kristen garis keras tidak tinggal diam mendengar pengakuan dari Sari Rosa. Hingga suatu hari, dia benar-benar dilarang untuk tinggal sendirian karena dia harus kembali menjadi seorang Kristen. Sari Rosa bahkan kesulitan hanya untuk memakai jilbab saja. Sholat pun harus menunggu semua orang sibuk. Dia bahkan sering kali mengqodho sholat.
Satu hal yang menjadi penyesalan Sari Rosa adalah, andai saja sat itu dia mendengar omongan dari para Ustadz untuk tidak kembali ke Sumatera Utara pasti dia sudah lancer membaca Alqur’an dan bebas memakai jilbab tanpa rasa takut. Bahkan ketika dia KKN, dia harus menerima sifat dingin teman-temannya karena meraka mayoritas Kristen. Selama seminggu lebih dia seolah dikucilkan dan hanya ada dua orang saja yang mau berteman dengannya. Namun, Allah mendengar doanya agar hati teman-temannya dilembutkan.
Minggu kedua teman-temannya mulai menyukai Sari Rosa karena dia selalu memperhatikan teman-temannya bahkan sekecil apapun itu. Dia rajin memasak diantara teman-temannya yang tidak tau cara memasak, dia berusaha membantu meskipun kadang bantuannya diabaikan, dia tetap solat meskipun dia dibicarakan oleh temannya yang lain. Meskipun dia menangis ketika sendirian, tapi dia tetap ingin menjadi muslim yang baik.
Sampai akhir KKN, teman-temannya terus menyebutkan bahwa mereka senang mengenal Sari Rosa. Bahkan beberapa teman KKN-nya tetap mengajaknya bermain ketika KKN sudah selesai. Allah selalu memberikan yang terbaik bagi umat yang percaya kepada-Nya.
KISAH MUALAF: Kembali ke Pulau Jawa
Sari Rosa memutuskan untuk kembali ke Pulau Jawa dibantu oleh Bunda Wati, istri dari Ustadz Aziz yang merupakan salah satu usadz yang memualafkan banyak orang. Sari Rosa datang ke Pulau Jawa tanpa memberitahukan apapun pada keluarganya. Dia tahu bahwa dia akan dilarang pergi jika dia meminta izin. Tapi, meskipun tanpa restu keluarga, Sari Rosa ingin kembali ke Pulau Jawa memperbaiki apa yang memudar dalam dirinya. Dia tetap nekat walau bisa saja dia akan dicari oleh keluarganya kesana. Rasa malu memang tertanam dalam dirinya, ada banyak hal yang tidak ingin dia ceritakan selama menjadi mualaf, dari dia yang kesulitan melakukan sholat, kesulitan menggunakan jilbab dan banyak lagi karena menurutnya, semua itu menyangkut privasi keluarganya.
Kisah mualaf Sari Rosa menggambarkan bahwa Allah tidak akan mebiarkan hambanya jatuh dalam kegelapan. Kehidupan yang awalnya dia rasa tidak akan pernah berubah, benar-benar berubah sejak dia memutuskan menjadi seorang Islam. Bahkan dia merasa seterpuruk apapun keadaannya, dia sudah tidak sefrustasi dulu lagi karena ada tempat mengadu dan dia selalu merasakan pertolongan dari Allah.
Kisah-kisah mualaf seperti ini juga memberitahukan pembaca bahwa, segelap apapun kehidupan seseorang saat dirinya mengagumi apapun yang berkaitan dengan Allah, pasti akan dipancarkan sedikit demi sedikit cahaya hingga cahaya itu akan menerangi gelap itu sampai setitikpun tidak akan ada gelap yang tersisa.
Kisah mualaf ini mengajarkan untuk percaya pada setiap rencana Allah dan jangan pernah mencoba sesuatu hal yang buruk yang akan merugikan hidup yang diberikan oleh Allah.
Mualaf Center Nasional AYA SOFYA Indonesia Adalah Lembaga Sosial. Berdiri Untuk Semua Golongan. Membantu dan Advokasi Bagi Para Mualaf di Seluruh Indonesia. Dengan Founder Ust. Insan LS Mokoginta (Bapak Kristolog Nasional).
ANDA INGIN SUPPORT KAMI UNTUK GERAKAN DUKUNGAN BAGI MUALAF INDONESIA?
REKENING DONASI MUALAF CENTER NASIONAL AYA SOFYA INDONESIA
BANK MANDIRI 141-00-2243196-9
AN. MUALAF CENTER AYA SOFYA
SAKSIKAN Petualangan Dakwah Seru Kami Di Spesial Channel YouTube Kami:
MUALAF CENTER AYA SOFYA
MEDIA AYA SOFYA
Website: www.ayasofya.id
Facebook: Mualaf Center AYA SOFYA
YouTube: MUALAF CENTER AYA SOFYA
Instagram: @ayasofyaindonesia
Email: ayasofyaindonesia@gmail.com
HOTLINE:
+62 851-7301-0506 (Admin Center)
CHAT: wa.me/6285173010506
+62 8233-121-6100 (Ust. Ipung)
CHAT: wa.me/6282331216100
+62 8233-735-6361 (Ust. Fitroh)
CHAT: wa.me/6282337356361
ADDRESS:
MALANG: INSAN MOKOGINTA INSTITUTE, Puncak Buring Indah Blok Q8, Citra Garden, Kota Malang, Jawa Timur.
PURWOKERTO: RT.04/RW.01, Kel. Mersi, Kec. Purwokerto Timur., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
SIDOARJO: MASJID AYA SOFYA SIDOARJO, Pasar Wisata F2 No. 1, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.
SURABAYA: Purimas Regency B3 No. 57 B, Kec. Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294.
TANGERANG: Jl. Villa Pamulang No.3 Blok CE 1, Pd. Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416
BEKASI: Jl. Bambu Kuning IX No.78, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat 17114